Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
July 13, 2024

LOPIS

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/vXZWrxMGTJo?si=wpr0og5S69uCU9Iz

Bacaan: Efesus 2:21-22 (TB 2)
“Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Lopis (lupis) dikenal sebagai salah satu jenis jajanan pasar. Ya, lopis merupakan makanan khas Indonesia terutama di daerah Jawa. Kue lopis identik dengan taburan kelapa dan gula jawa cair dengan rasa manis dan legit. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Karena dibungkus dengan daun pisang, maka pada umumnya lopis berwarna putih kehijauan. Ada dua bentuk lupis yang umum ditemui, yakni berbentuk segitiga atau bulat memanjang seperti lontong. Makanan ini biasanya disantap saat sarapan atau sebagai camilan.

Bagi masyarakat Jawa, kue lopis ini juga memiliki makna filosofis tersendiri, yaitu: pertama, mengajarkan tentang persaudaraan. Ketika masih berbentuk beras ketan, masing-masing butirnya terpisah. Namun ketika dikukus dengan uap air yang panas, maka beras ketan itu lambat laun menjadi lengket satu dengan yang lain. Hal ini mengajarkan bahwa ujian dan tantangan justru semakin mengeratkan persaudaraan. Kedua, menyimbolkan harapan. Untuk membungkus lopis, dipakai daun pisang berwarna hijau. Warna hijau ini menyimbolkan pengharapan tentang proses yang akan semakin mematangkan karakter manusia – baik sebagai pribadi maupun kelompok. Ketiga, menyimbolkan kesediaan untuk menerima dan melengkapi. Lopis akan semakin nikmat bila disantap dengan taburan parutan kelapa dan siraman gula merah cair. Ketiganya akan menyatu menciptakan sensasi rasa yang nikmat di lidah. Tanpa kelapa dan gula merah, lopis hanya akan terasa hambar.

Filosopi lopis ini mengingatkan kita kepada salah satu nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat Efesus. Paulus melihat adanya “tembok pemisah” yang membuat persekutuan di Efesus tidak berjalan dengan baik. Tembok ini adalah “tembok kultural” antara orang orang Yahudi dan bangsa lain. Paulus memulai masihatnya dengan membangun sebuah teologi yang tepat, yaitu: Identitas pribadi di hadapan Tuhan harus mendahului tindakan yang bersangkutan di depan orang lain. Siapa diri kita di hadapaan Tuhan lebih penting daripada apa atau bagaimana kita bertindak. Paulus menyebutkan bahwa melalui karya penebusan Kristus, semua orang percaya – tidak peduli latar belakang etnis mereka – dipersatukan dan memperoleh jalan masuk yang sama kepada Allah yang benar (bdk Ef. 2:11-18). Bahkan setiap pribadi yang percaya kepada Kristus disusun oleh Tuhan menjadi bait Allah di mana Allah berdiam di dalamnya. Paulus menyebutkan, “Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh”. Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus – siapapun mereka – bukan saja memiliki jalan masuk kepada Bapa, melainkan juga dipakai Tuhan untuk menjadi bait Allah yang kudus – tempat kediaman Allah. Bangunan ini dapat terwujud karena para rasul adalah fondasi bangunannya dan Kristus adalah batu penjurunya (Ef. 2:20), sedangkan semua orang-orang yang percaya kepada Kristus adalah pernak-pernik bagian dari bangunan tersebut (Ef. 2:21-22).

Saudaraku, kiranya sajian lopis hari ini mengingatkan kita tentang pentingnya persekutuan dalam membangun Gereja sebagai tubuh Kristus. Seperti halnya lopis yang lengket, demikian pula seharusnya persekutuan kita tetap dekat satu dengan yang lain. Dan tentunya persekutuan kita tetap memelihara pengharapan tentang Allah sebagai sumber kakuatan dan kehidupan. Persekutuan itu sendiri akan tetap terpeliharan apabila masing-masing bagian bersedia untuk saling menerima dan melengkapi seperti lopis, parutan kelapa dan saos gula jawa. Selamat berjuang, saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan keluarga.

Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk tetap bersekutu dengan erat di dalam Engkau. Oleh karena itu kami terus belajar untuk rendah hati sehingga dapat saling menerima dan memperlengkapi. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.

MERANGKUL SETIAP PERISTIWA Kebaktian Minggu – 14 Juli 2024

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025