”KUE DONGKAL”
Views: 0
Bacaan: Mazmur 123:1-2 (TB 2)
“Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang berse-mayam di surga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki tertuju kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan tertuju kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Kue dongkal merupakan salah satu jenis kue tradisional Indonesia yang berasal Betawi. Kue ini memiliki bentuk kerucut menyerupai tumpeng putih serta rasa yang manis dan gurih. Bentuk kerucut kue dongkal ini berasal dari kukusan kerucut yang terbuat dari bambu. Bahan dasar kue dongkal mirip dengan kue putu, yaitu terbuat dari tepung beras dan diisi dengan gula aren lalu dikukus. Lapisan gula aren yang dikukus bersama tepung beras akan mempercantik tampilan kue dongkal dengan warna belang-belang hasil kombinasi warna coklat dan putih. Berbeda dengan kue putu, kue dongkal memiliki tekstur yang lebih kenyal dibandingkan kue putu. Selain itu, kue dongkal berwarna putih (karena tidak ada campuran warna) sedangkan kue putu berwarna hijau dari daun suji. Kue Dongkal biasanya disajikan dengan taburan kelapa parut sehingga rasanya menjadi lebih gurih. Sedangkan nama dongkal berasal dari cara pengambilan kue ini yaitu dengan cara diiris dan didongkal (dicongkel) dengan centong.
Ada filosofi yang menarik di balik nikmatnya kue dongkal ini. Kue dongkal yang berbentuk kerucut mengingatkan bahwa kehidupan itu mesti memiliki fondasi yang kuat dan senantiasa mengarah kepada Tuhan. Sedangkan manisnya gula aren di antara lapisan tepung beras yang pulen dimaknai sebagai kehidupan yang dijalani tak selamanya pahit. Selain itu, kue dongkal ini juga mengajarkan bahwa persoalan yang menerpa kehidupan justru akan membuat kehidupan manusia semakin matang, menghasilkan rasa manis dan nampak cantik.
Filosofi kue dongkal ini mengingatkan kita pada sikap iman pemazmur ketika sedang menghadapi persoalan hidup. Kala itu Pemazmur sedang mengalami penghinaan dari orang-orang yang secara ekonomi dan sosial sangat mapan dan juga penghinaan dari orang-orang sombong. Di tengah-tengah penderitaannya inilah, ia memohon pertolongan Tuhan. Imannya yang kuat telah mengarahkan hatinya hanya kepada Tuhan. Pemazmur berkata, “Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di surga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki tertuju kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan tertuju kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita”. Pemazmur meletakkan pengharapannya hanya kepada Tuhan. Pemazmur yakin bahwa Tuhan adalah Raja Surga yang tidak ada tandingannya dan Ia mampu menyelamatkannya. Mungkin ia harus menunggu lama dalam menantikan datangnya pertolongan, namun demikianlah pengharapannya diuji. Itu sebabnya sang pemazmur memusatkan diri hanya kepada Allah.
Saudaraku, berbagai macam persoalan atau penderitaan hidup yang berat memang bisa membuat kita bertanya-tanya tentang makna hidup, bahkan juga tentang keberadaan dan pertolongan Tuhan Allah. Namun hari ini, kita diajak untuk meneladani sikap iman Pemazmur yang sungguh berharap hanya kepada Tuhan. Kita sadar bahwa membutuhkan kesabaran dan kepekaan untuk melihat kehendak Tuhan, akan tetapi habis hujan akan tampak pelangi. Kiranya sajian kue dongkal kali ini, mengingatkan kita tentang sikap terarah kepada Tuhan yang akan membuat kita mampu menghayati bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan kebaikan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Ya Tuhan, kadangkala kami merasa gentar manakala berhadapan dengan berbagai persoalan kehidupan. Kami rindu untuk terus berpegang pada tangan-Mu yang perkasa namun penuh dengan kelembutan itu, sehingga kami dapat berserah pada kehendak dan rancangan-Mu atas kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk tetap dapat menjaga iman percaya kami kepada-Mu. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.