Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
August 3, 2024

”SEGO BERKAT”

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/wkG5XuKnoRg?si=4PNVJEptqeJNHxwH

Bacaan: 2 Korintus 3:3 (TB 2)
“Sebab, telah ternyata bahwa kamulah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Saudaraku, salah satu kauliner khas Gunung Kidul adalah ‘sego berkat’ (nasi berkat). Sejatinya ‘sego berkat’ merupakan makanan asli masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namun sekarang, tampaknya hanya daerah Gunung Kidul yang masih ‘nguri-uri’ (melestarikan) kuliner satu ini. Pada awalnya ‘sego berkat’ ini merupakan komponen wajib dalam upacara s’lametan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa Kuno. Sego berkat menjadi khas, karena dibungkus dengan daun jati sehingga menambah citarasanya.

Sego berkat merupakan ‘sego sak lawuhe kang diwenehake marang wong-wong kang melu s’lametan’. Artinya adalah nasi dan lauk yang diberikan kepada orang-orang yang mengikuti prosesi selamatan. Sejak dahulu, masyarakat Jawa mempercayai adanya realitas sebagai daya kekuatan yang luar biasa yang bersemayam dalam diri manusia, binatang, tumbuhan dan segala yang hidup di alam semesta. Upacara s’lametan ini dilakukan sebagai wujud kesadaran bahwa manusia adalah mahluk yang lemah yang bergantung pada kuasa illahi di luar dirinya. Disebut sebagai sego berkat karena berasal dari sego tumpeng yang dipotong dan dibagi-bagi, setelah menerima doa keselamatan kepada Yang Maha Kuasa. Diharapkan dengan memakan ‘sego berkat’, maka orang-orang juga akan mendapatkan perlindungan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Makna filosofis sego berkat mencakup ’hasta laku’ alias delapan sikap / tindakan, yaitu: (1) tepo seliro (toleransi); (2) welas asih (murah hati dan berbelas kasih); (3) andhab ashor (rendah hati dan sopan santun), (4) grapyak semanak (keramahtamahan); (5) gotong royong (tolong menolong dan saling membantu); (6) guyub rukun (persaudaranaan dan kerukunan); (7) ewuh pakewuh (menjaga nilai-nilai kesopanan); dan (8) pangerten (bersedia saling mengerti). ‘Sego berkat’ merupakan refleksi pemikiran orang jawa mengenai kehidupan spiritualis mereka, di mana harus terjadi keseimbangan dan keselarasan antara manusia, binatang, tumbuhan dan alam semesta. Oleh karena itu, setiap orang yang menyantap ‘sego berkat’ ini diharapkan dapat mewujudkan sikap hidup hasta laku (delapan tindakan) tersebut.

Saudaraku, ‘sego berkat’ ini mengingatkan tentang jati diri kita sebagai anak-anak Tuhan. Rasul Paulus mengingatkan bahwa orang percaya telah mengalami pengudusan melalui karya Roh Kudus yang melepaskan manusia dari pencemaran dosa dan untuk memulihkan gambar diri Allah yang rusak. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa seseorang yang telah mendapatkan keselamatan melalui Yesus akan mengalami pembaruan di dalam hidupnya. Ia akan terlibat di dalam proses pembentukan untuk menjadi serupa dengan Kristus. Paulus menyebutkan, “Sebab, telah ternyata bahwa kamulah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia”. Rasul Paulus menghingatkan bahwa kehidupan rohani kita bukan sekedar berbicara tentang aktivitas beragama, melainkan tentang bagaimana cara kita hidup di tengah-tengah dunia. Sebagai orang percaya, kita adalah surat Kristus yang terbuka, yang bisa dibaca oleh orang lain. Apapun yang tertulis dalam hidup kita, yaitu: sikap, tingkah laku dan perbuatan kita, dapat dengan mudah dibaca oleh orang lain.

Saudaraku, kiranya sajian ‘sego berkat’ hari ini mengingatkan bahwa sebagai abdi-abdi Tuhan masa kini kita dipanggil untuk menjadi surat Kristus yang menghadirkan hasta laku (delapan laku) kehidupan yang peduli kepada sesama, sehingga dapat membawa banyak orang kepada Kristus. Semua itu akan dapat diwujudkan apabila kita bersedia hidup dalam tuntunan Roh Kudus dan memuliakan Allah. Selamat berjuang, saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan Keluarga.

Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk menjadi surat Kristus yang hidup. Dengan demikian, orang-orang lain dapat melihat Yesus yang hidup di dalam hidup kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.

DIALAH SANG PENOLONG SEJATI Kebaktian Minggu – 04 Agustus 2024

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025