MEMUJI NAMANYA DENGAN SEGENAP BATIN
Views: 0
Bacaan: Mazmur 103: 1-5
Salam sejahtera semoga kita makin mampu memotivasi hati, jiwa, batin kita untuk memuji dan bersyukur pada Tuhan seperti ungkapan dalam Mazmur 103:1 Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku ! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku.
Ayat ini mendorong, mengajak hati jiwa batin pikiran kita untuk memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh dan benar, bukan asal-asalan. Kita memuji seseorang kalau sudah kenal dengan baik. Kalau belum mengenal, kita tidak tahu apa yang dipuji, tidak bisa memuji dengan baik. Walaupun sudah kenal, ada orang tidak bisa memuji yang lain. Kita bisa memuji Tuhan kalau kita sudah mengenal Tuhan, melalui hasil perenungan setiap hari, siang dan malam, dengan sukacita. Kita merenungkan perbuatan dan janji Tuhan. Merenungkan, memahami, mendalami, menyelidiki Firman Tuhan sehingga meresapi firman Tuhan dalam hati, jiwa, batin dan pikiran, lama kelamaan nilai-nilai Firman Tuhan menjadi mendarah daging dalam hidup kita. Makan roti hidup, artinya mencerna, merenungkan, menggali, menghayati, memahami, mendalami, menyelidiki Firman Tuhan, perintah, kehendak Tuhan. Roti Hidup yang dimakan akan menjadi daging artinya menjadi darah daging, menjadi kebiasaan, nilai-nilai yang tidak hilang dari hidup kita, tidak melupakan Firman Tuhan (Mazmur 103:2)
Orang yang memuji Tuhan, kalau tidak merenungkan makna lagu dengan sepenuh hati atau jiwa maka hanya menjadi ucapan dibibir saja, memuji nama Tuhan dengan sia-sia, tanpa makna, tanpa penghayatan dalam hati. Dalam paduan suara makna lagu diulang-ulang, kalau ada salah diulang. Pengulangan tanpa perenungan, pendalaman makna, penghayatan akan membosankan. Demikian lagu yang kita nyanyikan dalam kebaktian minggu, kebaktian keluarga, kalau hanya dengan bibir saja, berarti kita memuji Tuhan tidak dengan segenap hati jiwa batin kita. Kalau belum menghayati makna lagu dalam kebaktian, kita perlu mengulang di rumah, dipahami, direnungkan makna, dihayati, hal itu membuat kita makin percaya, makin kuat iman, makin dewasa iman dan berbuah dengan melakukan firman Tuhan.
Orang yang belum mengenal Allah, akan memuji menyembah, berserah pada berhala dunia, menganggap berhala dunia penolong penyelamat pemelihara hidupnya. Memuji Allah, karena mengenal Allah yang dapat diandalkan untuk menolong menyelamatkan memelihara, mengasihi penyayang panjang sabar. Memuji Tuhan karena hati melekat pada Tuhan dan menyerahkan segenap hati pada arahan, perintah, kehendak Tuhan.
Memuji Tuhan berarti memuji nama Tuhan. Mengapa memuji nama Tuhan? Sebab Tuhan bukan manusia, tapi Tuhan mempunyai sifat, pribadi. Nama adalah indentitas dari oknum, pribadi. Allah yang hidup punya nama, dan nama itu yang diperkenalkan kepada umat, supaya nama itu diingat, dimuliakan dipuji. Nama Tuhan bukan hasil pikiran manusia, itu dari Allah sendiri. Abraham mendengar suara Allah yang menjelaskan namaNya. Aku adalah Aku Yahwe. Artinya Aku menyertai, hadir bersamamu. Allah yang menyayangi, memberi pertolongan, menyelamat, memelihara, Allah berpihak pada manusia yang percaya. Memuji nama Tuhan dalam doa, dalam ibadah, dalam hidup sehari-hari tidak sembarangan, tidak asal menyebut nama Tuhan. Kita tidak menyebut nama Tuhan tanpa percaya pada Tuhan. Kita memuji Tuhan karena mengasihi nama Tuhan, yang menggambarkan sifat Tuhan yang adil penyayang, yang mengampuni kesalahan, menebus dosa, agar kita mendapat hidup kekal, mendapat kesembuhan dari penyakit, mengalami kasih setia dan rahmat, agar hasrat hati kita dipuaskan dengan kebaikan, menjadikan hati yang baru, agar bisa menjalankan sifat Allah yang penuh keadilan penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia
Memuji Tuhan, berarti menyembah dan tunduk pada Allah. Memuji Tuhan tapi tidak menyembah dan tidak tunduk pada Tuhan, maka pujian pada Tuhan sia-sia. Memuji Tuhan berarti memuji karya Tuhan, bukan memuji karya sendiri, karya manusia, dan tidak berpikir bahwa manusia lebih dari Tuhan. Orang ateis merasa karya manusia lebih hebat dari karya Tuhan, bahkan mereka berpikir tidak ada karya Tuhan. Kita harus bertobat dari sifat memuji membanggakan diri sendiri, membanggakan hal-hal duniawi dari diri sendiri, agar bisa memuji Tuhan segenap hati, jiwa, batin. Memuji Tuhan berarti Allah menjadi pusat, teosentris, bukan manusia menjadi pusat, homosentris. Memuji hasil karya sendiri, karya manusia, maka orang tidak akan memuji Tuhan segenap hati jiwa batin, tapi mendua hati.
Kita memuji Tuhan jangan dengan pikiran yang salah tentang Allah. Orang berpendapat Allah Maha Kuasa, tapi tidak mengakui kekudusan Allah, tidak mengakui kemurahan, kasih Allah, keadilan Allah, maka orang ini berpikiran salah tentang Allah. Kita memuji Allah yang Esa, tapi tidak memuji Yesus dan Roh Kudus, maka kita berpikiran yang salah tentang Allah yang Esa. Orang mengakui Allah pengasih penyayang tapi tidak mengakui kemahakuasaan Allah, maka pikirannya yang salah tentang Allah. Orang mengakui Allah Maha Kuasa dan Mulia tapi tidak mengakui Allah memelihara, mengurus, menolong menyelamatkan dunia dan isinya, maka orang ini berpikiran salah tentang Allah. Memuji Tuhan berarti mementingkan Allah lebih dari ajaran tentang Allah. Pemimpin Yahudi lebih mementingkan ajaran dari pada Allah. Karena itu mereka menolak Yesus sebagai Mesias utusan Allah. Ajaran bukan puji-pujian atau pengakuan yang hidup pada Allah yang hidup, kalau orang bergantung pada ajaran tapi tidak bergantung pada Allah yang hidup, maka agama itu menjadi sia-sia, tidak menghidupkan.
Kita memuji Allah, karena kita mengenal Allah melalui Yesus yang telah menebus dosa. Allah disembah dalam bimbingan Roh Kudus dan kebenaran Allah. Tanpa bimbingan Roh maka hati jiwa batin kita tidak bisa memuji Tuhan dengan penuh. Kita memuji Allah, yang tidak kelihatan, sebab Allah bukan manusia, tapi Roh dan Kebenaran Firman. Kita bisa memuji Tuhan segenap hati, kalau kita bergaul, dekat, bersekutu dengan Tuhan. Orang yang tidak dekat dengan Firman Tuhan, tidak bisa memuji Tuhan.
Marilah kita merenungkan pemberian Tuhan dalam Penebusan Yesus. Kita mengenang darah Yesus yang dicurahkan kepada kita, maka jiwa kita memuji Tuhan, bahwa sungguh besar Allah kita, seperti ungkapan dalam KJ. 64 ayat 2. Ya Tuhanku, pabila kurenungkan pemberianMu dalam Penebus, ‘ku tertegun: bagiku dicurahkan oleh PutraMu darahNya kudus. Maka jiwaku pun memujiMu: “Sungguh besar Kau, Allahku!” Maka jiwaku pun memujiMu: “Sungguh besar Kau, Allahku!”
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami makin mampu memotivasi hati, jiwa, batin kami untuk memuji dan bersyukur pada Tuhan dengan segenap hati, untuk memuji bahwa Tuhan yang sungguh besar, yang memberi penebusan melalui Yesus. Kami berdoa dalam nana Yesus. Amin