Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
November 9, 2024

”WEDANG RONDE”

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/ihqqG_ViApc?si=ErJ-qzVYRvnG3-7U

Bacaan: Mazmur 133:1-3 (TB 2)
“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara berdiam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang berharga di atas kepala meleleh ke janggut, ke janggut Harun, turun ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas Gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Wedang ronde merupakan salah satu minuman khas Indonesia yang merupakan asimilasi budaya Nusantara dan Tionghoa. Biasanya wedang ronde disajikan dalam keadaan hangat di mangkuk dan piring kecil pada malam hari dan dinikmati besama keluarga. Ronde sendiri terbuat dari adonan tepung ketan yang dicampur dengan sedikit air dan dibentuk menjadi bola-bola kecil. Adonan tersebut menjadi isian utama dalam wedang. Ronde disajikan dengan kuah khas yang terdiri dari jahe yang dicampur gula Jawa, bahkan juga banyak yang mencampurnya dengan susu. Bahan-bahan ronde juga memiliki sebuah filosofi, misalnya seperti air jahe, manisan jahe yang memiliki khasiat menghangatkan tubuh. Sementara tiga bola ronde yang berbeda-beda yakni merah, hijau dan putih dengan isian gula Jawa; memiliki filosofi tersendiri.

Nama ronde merupakan serapan dari bahasa Belanda yang artinya “bulat”. Sebelum Belanda datang namanya edang ronde disebut dengan nama Wedang Guyub (minuman keakraban). Karena, Bentuk bulat itu sendiri merupakan simbol keakraban, Sedangkan warna-warni ronde bermakna: warna merah memiliki makna keberanian, hijau merupakan karunia, putih artinya hati bersih dan air jahe adalah kehangatan. Sementara rasa manis jadi simbol keberkahan.

Saudaraku, kehangatan dan keakraban menjadi dambaan di dalam hidup persaudaraan. Kehangatan dan keakraban akan muncul bila masing-masing anggota keluarga atau komunitas memiliki hati yang bersih. Dan situasi ini tentu akan dapat menghadirkan berkat. Gambaran wedang ronde menjadi relevan untuk berbicara tentang keakraban dan kehangatan di dalam persekutuan baik di dalam Gereja maupun keluarga. Pemazmur menyebutkan, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara berdiam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang berharga di atas kepala meleleh ke janggut, ke janggut Harun, turun ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas Gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya”. Meski istilah ‘saudara-saudara’ sering diartikan dalam kerangka hubungan keluarga, namun istilah ini juga bisa dipakai dalam konteks yang lebih luas, yaitu seluruh umat Tuhan. Jika sebuah persaudaraan diwarnai dengan kesatuan, maka hal itu merupakan sesuatu yang ‘baik dan indah’. Pemakaian dua kata ini secara sekaligus menyiratkan sebuah penekanan. Kata yang diterjemahkan sebagai ‘indah’, lebih tepat diterjemahkan dengan “menyenangkan”. Semua versi di dalam Bahasa Inggris juga bermaknam menyenangkan, bukan sekadar “indah”. Maksudnya, kata itu hendak menggambarkan bahwa keakraban di dalam persaudaraan itu bukan hanya indah untuk dilihat, tetapi menyenangkan untuk dirasakan. Betapa baik dan menyenangkannya persekutuan persaudaraan ini, digambarkan dengan ilustrasi minyak yang meleleh ke janggut Harun dan embun Gunung Hermon yang mengalir ke Sion. Dengan kata lain, Kedekatan, kehangatan, keakraban dalam relasi persuadaraan, menjadi pintu masuk bagi mengalirnya berkat Tuhan.

Saudaraku, keberadaan persekutuan yang akrab dapat membuka tingkap-tingkap berkat dari Tuhan, oleh karena itu kita dipanggil untuk dapat mewujudkannya. Kiranya sajian wedang ronde hari ini, menginspirasi kita untuk tetap memelihara persaudaraan yang akrab baik di dalam persekutuan Gereja maupun bagi seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, maka keberanian, kesucian hati, kehangatan dan berkat dapat mengalir di dalam persaudaraan ini. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan keluarga.

Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk dapat mewujudkan keakraban di antara setiap anak-anak Tuhan, baik di dalam keluarga muapun persekutuan. Kami percaya bahwa Roh Kudus akan menolong kami di dalam mewujudkan damai-Mu. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.

JANGAN SAMPAI JADI BOM WAKTU Kebaktian Minggu 10 November

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025