”PA’PIONG”
Views: 0
Bacaan: 1 Yohanes 4:10 (TB 2)
“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, pa’piong merupakan salah satu makanan khas Toraja yang menggunakan daging babi sebagai bahan utamanya. Pa’piong inilah yang menjadi menu makan siang yang disajikan dalam pembukaan Sidang Raya ke-18 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang di selenggarakan di Rantepao Toraja Utara. Kenikmatan rasa pa’piong_ini menyatu dalam keakraban bersama masyarakat yang turut hadir dalam ibadah. _Pa’piong berasal dari kata “pa’” dan “piong”. Piong dalam bahasa lokal Toraja berarti tabung bambu. Sementara kata Pa’ di awalnya berarti makanan ini terbuat dari bahan dasar daging babi. Dengan demikian pa’piong berarti daging babi yang dimasak di dalam tabung bambu. Masakan pa’piong itu sendiri terdiri dari potongan daging babi yang dicampur dengan daun miana – sejenis tanaman hias yang berwarna ungu dan kaya manfaat. Kemudian, bambu yang telah berisi bahan-bahan makanan ini dibakar hingga dagingnya matang.
Selain rasanya yang lesat, pa’piong juga menyimpan kisah tentang cinta dan pengurbanan. Alkisah cikal bakal leluhur orang Toraja yang bernama Pong Gaunti Kembong sedang terbang dan melihat seorang perempuan yang cantik rupawan di daratan. Ia pun ingin mempersuntingnya. Namun, perempuan itu bersembunyi dan masuk ke dalam batu. Perempuan ini bersedia keluar dan menjadi istri, dengan syarat: Pong Gaunti Kembong bersedia membuat makanan pa’piong Sanglampa. Pong Gaunti Kembong pun berusaha memenuhi syarat itu dan akhirnya perempuan itu keluar dari batu dan menikah dengannya. Dari perkawinan itu, lahirlah Pong Mattua, yang menjadi leluhur dan sosok yang disakralkan oleh masyarakat Toraja. Rupanya kelezatan pa’piong ini muncul karena ada cinta kasih yang mewarnai proses pembuatannya.
Saudaraku, kerelaan berkurban dengan dasar cinta kasih, merupakan pesan dari Injil. Rasul Yohanes menyatakan, “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”. Pernyataan ini mesti dipahami dalam kerangka nasihat Rasul Yohanes kepada Jemaat Kristen waktu itu yang sedang menghadapi persoalan pengajaran. Persoalan yang paling menonjol ialah ajaran palsu / sesat yang mengajarkan bahwa Yesus itu bukanlah Kristus (1 Yoh. 2:22, 1 Yoh. 5:1) dan menolak bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1 Yoh. 4:2-3). Ajaran sesat itu juga mengajarkan untuk tidak perlu menaati perintah Kristus (1 Yoh. 2:3-4, 1 Yoh 5:3), tidak perlu hidup kudus dan terpisah dari dosa (1 Yoh. 3:7-12) maupun dari dunia (1 Yoh. 2:15-17). Nah, dalam rangka menangkal ajaran sesat itu, maka Rasul Yohanes kembali menegaskan kemmbali tentang karya Tuhan Yesus Kristus yang telah membawa keselamatan. Karya Kristus ini didasari oleh kasih Allah sendiri. Hanya karena kasih-NYA-lah maka Allah telah mengutus Yesus Kristus sebagai kurban pendamaian bagi keselamtan umat manusia. Dari apa yang ditegaskan oleh Rasul Yohanes ini, kita memahami bahwa kasih Allah telah mendorong terjadinya pengurbanan yang maha agung melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Oleh karena itu, sebagai umat yang percaya dan tetap memegang iman kepada Kristus, maka kita mesti membuktikan kasih kita kepada-Nya dengan cara mengasihi sesama. Sumber inspirasi dari tindakan kasih itu adalah karya Tuhan Yesus sendiri yang bersedia mengasihi hingga IA terluka dan mati.
Saudaraku, kita semua adalah insan-insan yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah kita benar-benar mengimani dan mengamini kasih-Nya kepada kita. Dengan demikian, biarlah kita terus menyatakan kasih kepada siapapun, di manapun dan kapanpun agar Kristus dimuliakan. Kiranya sajian pa’piong hari ini mengingatkan kita agar terus menyatakan kasih itu. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami percaya bahwa Engkau begitu mengasihi kami. Oleh karena itu kami rindu untuk dapat menyatakan kasih kepada sesama kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.