CIMPLUNG
Views: 1
Bacaan: Yehezkiel 36:26-27 (TB 2)
“Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru dan roh yang baru dalam batinmu. Aku akan menyingkirkan dari tubuhmu hati yang membatu dan memberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kutaruh dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku serta melakukannya”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, pernahkah Anda mendengar ada jenis penganan yang bernama cimplung? Ya, cimplung adalah makanan khas Banyumas, Jawa Tengah yang pada umumnya berbahan dasar umbi-umbian dan kemudian diolah dengan cara direbus dalam air nira (lêgén) yang mendidih. Jenis umbi-umbian yang digunakan biasanya adalah singkong, ubi jalar / munthul, talas dan jenis umbi-umbian lain. Selain singkong, bahan dasar cimplung juga bisa menggunakan pisang atau kelapa muda. Karena direbus dengan air nira yang berwarna cokelat keemasan, tekstur dan rasa pada cimplung ini seperti gula karamel dan tentunya memiliki rasa yang manis. Makanan khas Banyumas ini memang belum terlalu tereksplorasi karena pada dasarnya cimplung hanyalah makanan pelengkap saja sembari menunggu olahan air nira kelapa menjadi gula merah, sehingga biasanya cimplung ini hanya dijumpai di tempat-tempat pengolahan gula merah. Meski demikian, cimplung ini tetap memiliki cita rasa yang tinggi dan sangat cocok untuk dijadikan sarapan di pagi hari atau sebagai teman minum kopi. Sementara itu dilansir dari berbagai sumber, olahan singkong ini sangat cocok disantap saat udara dingin, seperti saat hujan turun. Nama cimplung sendiri berasal dari Bahasa Jawa, yaitu ‘cemplung’ yang artinya masuk ke dalam air. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pengolahan makanan ini adalah dengan dimasukan (cemplung) ke dalam air nira yang memiliki aroma dan rasa manis alami dari gula jawa. Air nira yang mendidih itu telah mengubah tekstur singkong atau ubi-ubian yang lain dari tekstur yang keras dan rasa yang hambar menjadi bertekstur lembut dan memiliki rasa nikmat serta aroma yang gurih wangi.
Saudaraku, kisah tentang cimplung ini mengingatkan kita tentang bagaimana Tuhan memproses dan membentuk kita sebagai anak-anak-Nya. Dalam berbagai persoalan kehidupan, seringkali kita lebih sering bersungut-sungut dari pada mengucap syukur kepada Tuhan. Padahal, berbagai persoalan itu seringkali terjadi sebagai dampak dari kesalahan yang kita buat sendiri. Sikap kita itu mirip dengan sikap umat Yehuda yang telah berlaku tidak patuh dan tidak setia kepada Allah. Meskipun sudah berkali-kali diingatkan, tetapi mereka lebih mendengar perkataan dari nabi-nabi palsu. Akibatnya, mereka kalah perang dan dibuang ke Babel. Namun, Tuhan tidak tinggal diam. Ia menjanjikan adanya pemulihan bagi umat-Nya. Melalui Yehezkiel, Tuhan bersabda: “Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru dan roh yang baru dalam batinmu. Aku akan menyingkirkan dari tubuhmu hati yang membatu dan memberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kutaruh dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku serta melakukannya”. Pertama-tama, Tuhan hendak memulihkan hati. Hati yang membatu itu akan diubah menjadi hati yang taat. Dengan memiliki hati yang taat, maka akan mendorong manusia untuk melakukan perintah Allah. Setelah itu barulah Allah akan memulihkan ekonomi, social, politik, dan budaya dan segala aspek kehidupan jasmani umat-Nya. Yehezkiel secara khusus menunjukkan kepada kita bahwa kehancuran umat Allah disebabkan oleh hati yang membatu, karena mereka meninggalkan Allah. Dan pembuangan menjadi sarana untuk membentuk Yehuda sebagai umat yang baru.
Saudaraku, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak mengeraskan hati sebab hati yang keras membawa kehancuran hidup. Seperti halnya singkong telah menjadi cimplung yang lembut dan nikmat setelah diproses dalam air nira yang mendidih. Demikian hendaknya kita juga belajar untuk membuka hati terhadap kehendak Allah melalui setiap hal di dalam kehidupan kita. Selamat berjuang, saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, lembutkanlah hati kami yang seringkali masih berkeras dalam mengikuti-Mu. Bentuklah kami seturut kehendak-Mu, sebab kami ini adalah tanah liat dan Engkau adalah penjunan kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.