”BIR PLETOK”
Views: 0
Bacaan: 1 Samuel 16:7 (TB 2)
“Tetapi, TUHAN berfirman kepada Samuel, “Jangan pandang rupanya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan seperti yang dilihat manusia, sebab manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, pernah suatu kali saya menawarkan ‘bir pletok’ kepada salah seorang anggota jemaat yang berkunjung ke Pastori Duren Sawit. Kebetulan, saya baru saja membeli beberapa botol bir peltok produksi SLB Surya Wiyata. Namun, ternyata anggota jemaat ini berkata, “masa Pak Pendeta menawarkan bir kepada kami. Enggak, pak. Kan kita tidak boleh minum bir”. Banyak orang salah sangka terhadap bir pletok. Meski bernama ‘bir’, namun sejatinya minuman ini tidak mengandung alkohol sama sekali. Bir pletok adalah sejenis minuman penghangat khas masyarakat Betawi. Bahan baku utama minuman ini adalah jahe dan secang, serta berbagai macam rempah-rempah lainnya. Jahe sebagai komponen dengan porsi paling besar menyumbang rasa pedas dan hangat yang dominan. Sementara, secang digunakan sebagai pewarna merah cokelat alami. Pada umumnya, jahe yang digunakan mencakup jahe emprit, jahe gajah, jahe merah, atau kombinasi dari ketiganya. Ada juga yang menambahkan kencur, temulawak, dan temu kunci untuk menambah rasa. Dalam mengolah bir pletok, digunakan juga rempah kering dan rempah segar. Rempah kering yang digunakan adalah: adas, bunga lawang, cabai jawa, cengkeh, jintan hitam, kapulaga, kayu angin, kayu manis, kayu mesoyi, dan pala. Sedangkan rempah segarnya adalah: daun pandan wangi, daun jeruk purut, dan serai. Sebagai minuman berbahan rempah, bir pletok kaya akan kandungan senyawa antioksidan fenol yang mampu menangkal radikal bebas. Oh ya, pada tahun 2014, minuman ini sudah diakui sebagai warisan budaya takbenda di tingkat nasional. Dan melalui Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2015 serta Peraturan Gubernur Nomor 11 tahun 2017, pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan bir pletok sebagai salah satu dari delapan ikon kebudayaan Betawi yang wajib didukung pelestariannya.
Saudaraku, seringkali kita bersikap ‘judge the book by it’s cover’. Maksudnya menilai seseorang atau sesuatu hanya dari penampilannya saja tanpa melihat kualitas yang sesungguhnya. Dalam proses suksesi kepemimpinan umat, Tuhan mengutus Samuel untuk pergi ke rumah Isai dari suku Yehuda yang tinggal di Betlehem. Tuhan menunjukkan bahwa salah seorang anak Isai akan diurapi menjadi raja Israel menggantikan Saul. Saat melihat Eliab yang berperawakan tinggi besar, samuel berpikir bahwa dialah yang akan diurapi. Bagaimana respon Tuhan? Alkitab memberikan kesaksiakan sebagai berikut: “Tetapi, TUHAN berfirman kepada Samuel, “Jangan pandang rupanya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan seperti yang dilihat manusia, sebab manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”. Respon terhadap apa yang dipikirkan oleh Samuel ini menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan dapat membaca hati, sikap, dan motif seseorang. Tuhan tidak terpengaruh oleh penampilan luar, perbuatan baik, atau kata-kata yang manis dari bibir seseorang, karena semua itu bisa menutupi hatinya yang penuh dengan tipu daya. Penampilan memang bisa menipu. Di akhir kisah diceritakan bahwa Samuel mengurapi Daud yang saat itu baru dijemput dari padang penggembalaan. Pipi Daud kemerah-merahan, matanya indah dan wajahnya tampan. Sejarah membuktikan bahwa pilihan Allah tidaklah salah. Meski bukan manusia sempurna, namun Daud dapat menunjukkan kualitas hidup yang baik. Dalam hidupnya, Daud sungguh mempercayai dan mengandalkan Tuhan (1 Sam. 17:45), bukan pendendam (1 Sam. 24:11), mau mendengarkan kritik dari orang lain (2 Sam. 12:13) dan mau bertobat dari kesalahannya dengan sungguh-sungguh (2 Sam. 12:16).
Saudaraku, “dont’t judge the book by it’s cover”! Samuel sebagai hamba Tuhan bisa saja keliru ketika hanya melihat penampilan seseorang, bukan? Meski namanya ‘bir pletok’, namun ternyata ia adalah minuman tanpa alkohol dan mengandung anti oksidan yang baik. Nah, yang penting bagi kita adalah jangan berusaha untuk menyenangkan hati manusia, tetapi marilah kita berjuang untuk menyenangkan hati Tuhan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, mampukanlah diri kami untuk memiliki hati yang bersih sehingga tidak mudah untuk menilai orang lain dari penampilannya saja. Tolonglah kami juga, bila dengan ketulusan kami rindu untuk berupaya menyenangkan hati Tuhan. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.