IA MENYINARI KITA DENGAN WAJAH-NYA
Views: 1
Bacaan: Mazmur 67: 1-8
Salam sejahtera , semoga hari ini kita makin percaya bahwa Tuhan menyinari kita dengan wajah-Nya, artinya: Allah hadir, memperhatikan, dan mengasihi kita. Berkat-Nya memberi kita perlindungan, kasih karunia, dan damai sejahtera (Mazmur 67:2).
Ketika wajah Allah bersinar atas kita, itu adalah tanda penyertaan-Nya — bahwa Ia tidak meninggalkan kita. Mengapa Allah tidak meninggalkan kita? Karena kasih-Nya setia untuk selama-lamanya.
Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah Roh (Yohanes 4:24) dan tidak dapat dilihat oleh mata manusia (1 Timotius 6:16; Yohanes 1:18). Jadi, ketika Alkitab memakai ungkapan seperti “wajah Allah bersinar”, itu jelas merupakan bahasa kiasan (metafora).
Yohanes 4:24: “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” Ini berarti Allah tidak dilihat dalam bentuk fisik atau materi. Kita menyembah-Nya bukan dengan melihat wajah atau bentuk lahiriah, tetapi dari hati, dengan roh manusia yang dipimpin oleh kebenaran Allah. Penyembahan sejati bukan soal ritual lahiriah, melainkan hubungan yang tulus, lahir dari pengertian akan kebenaran Allah.
Yohanes 1:18 “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Ini berarti Allah Bapa tidak terlihat oleh manusia, karena Dia Roh yang tidak kelihatan. Namun, Yesus Kristus (Anak Allah) adalah pernyataan sempurna dari siapa Allah itu. Melalui Yesus, kita mengenal sifat, kehendak, dan kasih Allah secara nyata. Yesus adalah jalan satu-satunya bagi manusia untuk memahami dan mengenal Allah dengan benar.
1 Timotius 6:16: “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, yang bersemayam dalam terang yang tak terhampiri; seorangpun dari manusia tidak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa kekal!” Ini berarti Allah itu transenden (melampaui segala ciptaan), mulia, dan tidak dapat didekati oleh manusia dalam kondisi jasmani biasa. Tidak ada manusia yang dapat melihat Allah dalam kemuliaan-Nya yang penuh dan tetap hidup. Ini menekankan keagungan, kekudusan, dan kemuliaan Allah yang tak terselami oleh akal manusia.
Dalam Mazmur 67 dijelaskan bahwa Allah mengasihani, memberkati, dan menyinari kita dengan Wajah-Nya supaya jalan Tuhan dikenal di bumi, apa maksudnya ? Jawabnya adalah berkat Allah tidak pernah hanya untuk kita sendiri, tetapi supaya kemuliaan-Nya memancar kepada dunia. Berkat Allah adalah sarana kesaksian, bukan sekadar alat untuk kenyamanan pribadi. Allah memberkati kita supaya kita diutus di antara segala bangsa, membawa terang-Nya. Allah memberkati kita supaya Nama-Nya dikenal segala bangsa.
Ketika Allah mengasihani dan memberkati umat-Nya, tujuannya bukan supaya umat hidup nyaman , tetapi supaya bangsa-bangsa lain melihat siapa Allah yang disembah. Hidup yang diberkati dan menjadi kesaksian, sehingga orang lain mengenal jalan Tuhan, mengenal kehendak Tuhan, dan mengenal karya keselamatan Yesus. Kehadiran Allah dalam hidup kita menjadi terang yang memancar ke sekitar, sehingga mereka melihat keadilan, damai, sukacita, dan kekudusan yang nyata di tengah umat Allah.
Kasih dan Keselamatan Allah bersifat universal. Karya keselamatan Allah bukan hanya untuk umat sendiri, tetapi untuk segala bangsa. Bila Allah mengasihani, memberkati, dan menyinari umat-Nya, itu bukan hanya demi kesejahteraan umat, tetapi supaya: Dunia melihat siapa Allah. Dunia mengenal jalan-jalan-Nya: keadilan, kasih, keselamatan. Bangsa-bangsa lain tertarik untuk datang kepada terang-Nya. Kita dipanggil untuk hidup sebagai saluran berkat: membawa terang kasih, kebenaran, dan keselamatan Allah kepada siapa pun yang kita jumpai.
Setiap hari kita menerima berkat dari Tuhan — dalam bentuk kesehatan, rezeki, keluarga, keberhasilan, bahkan hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh. Namun, pernahkah kita berpikir: untuk apa Tuhan memberikan semua ini? Apakah hanya supaya kita merasa puas, nyaman, dan aman?
Berkat adalah alat, bukan tujuan akhir. Keberhasilan, kelimpahan, kesejahteraan bukanlah tanda puncak kehidupan rohani, tetapi sarana untuk mengasihi sesama, membagikan kabar baik, dan menjadi saksi kemuliaan Tuhan.
Setiap berkat membawa tanggung jawab. Bukan hanya sekadar bersyukur, tetapi juga bertanya: “Bagaimana kita bisa membagikan ini? Bagaimana kita bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain?”
Doa kita melampaui diri sendiri. Kita diingatkan untuk tidak hanya berdoa untuk kebutuhan pribadi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa, bagi mereka yang belum mengenal Tuhan, dan untuk mendukung pelayanan misi di mana pun kita berada.
Kita mengukur keberhasilan secara rohani. Keberhasilan sejati bukan diukur dari seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dari seberapa besar semua itu bisa memuliakan Allah dan memberkati orang lain.
Refleksi bagi kita: Siapa saja di sekitar kita yang saat ini membutuhkan sentuhan terang Tuhan melalui hidup kita? Bagaimana kita bisa menjadi saluran berkat — bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga perhatian, doa, atau waktu?
Pernahkah kita sungguh-sungguh berdoa untuk bangsa lain, orang lain, atau mereka yang belum mengenal Tuhan?
Apa langkah kecil yang bisa kita ambil minggu ini untuk mendukung pelayanan misi (misalnya lewat doa, memberi, atau ikut terlibat dalam pelayanan)?
Apa pengalaman atau kesaksian pribadi kita tentang merasakan terang dan berkat Tuhan dalam hidup?
Apakah selama ini kita melihat berkat Tuhan sebagai tujuan akhir, atau sebagai alat untuk memuliakan-Nya?
Kita mengimani bahwa wajah Tuhan yang ramah bercahaya pada kita dan memberikan damai sejahtera seperti ungkapan dalam KJ 350 ayat 2. WajahMu kiranya ramah bercahaya, pada kami b’rikanlah damai dan sejahtera! amin
Berdoa:
Ya Tuhan kami makin mempercayai bahwa Tuhan menyinari kami berarti Allah hadir. Allah memperhatikan dan mengasihi kami. Berkat Tuhan memberi kami perlindungan, kasih karunia dan damai sejahtera, dalam nama Yesus kami berdoa.