PERLU MENAMPAR PIPIMU SENDIRI?
Views: 0
Apakah kita pernah menyadari bahwa selama ini, Tuhan telah memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan. Jika kita sudah menyadarinya maka pasti kita akan mudah bersyukur. Ternyata Tuhan selalu memenuhi kebutuhan kita. Jika kita tak punya ini, kita punya itu dan ternyata itu lah yang kita butuhkan, bukan yang ini, atau tak ada ini pun tak apa-apa, saya akan baik-baik saja. Begitulah sehari lepas sehari Tuhan menuntun kita untuk mencari, melihat, dan menemukan segala yang kita butuhkan dan terpenuhinya semua itu karena pertolongan Tuhan jua.
Jadi, apakah yang sering membuat kita kuatir? Ini disebabkan oleh karena kita terlena pada tarikan keinginan sendiri melulu (yang seringkali didorong oleh nilai orang lain yang kita paksakan untuk diri kita), lalu melupakan apa yang menjadi kehendak Allah dalam setiap rencanaNya dalam kehidupan kita.
Jika nilai diri kita adalah berjuang untuk melakukan kehendak-Nya, maka dengan iman teguh, kita akan mendapatkan segala kebutuhan untuk melakukannya; burung pipit mungkin tidak langsung menemukan makanannya, ia harus terbang ke sana atau ke mari, tapi burung pipit tidak perlu kuatir bahwa tidak akan tersedia makanan baginya. Ia mungkin hanya harus terbang lebih jauh sedikit, atau mungkin saja ada seorang baik hati meletakkan kelebihan nasi atau berasnya di tepi pagar rumahnya, yang sengaja disediakan bagi burung pipit agar mendapatkan kecukupan makannya. Entahlah bagaimana, cara ajaib Tuhan menyediakan kecukupan bagi anak2Nya agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Setiap anak Tuhan itu layak dan berharga di mataNya. Oleh karena itu mereka memiliki kepercayaan diri bahwa mereka dikasihi Tuhan. Ini bagai aura indah bunga bakung yang dipandang indah dan menawan karena Tuhan sendiri yang mendandani mereka dengan kasih karuniaNya.
Jadi persoalan kekuatiran ini lebih dipengaruhi oleh masalah ‘cukup ‘ atau ‘kurang’. Jika seorang yang mengaku anak Tuhan, merasa kurang karena keinginannya terlalu banyak atau malah tak berpadanan dengan kehendak Tuhan, maka hidupnya akan merasa kurang terus, lalu kuatir terus. Repotnya, keinginan diri itu tak ada batasnya dan cenderung meresahkan. Akhirnya kekuatiran muncul. Kekuatiran itu dapat tidak hanya soal apa yang di hadapan, melainkan malah juga kuatir pada apa yang tidak/belum dihadapi. Dalam berangan-angan saja lalu sudah dikuasai kekuatiran. Malah sesungguhnya apa yang kita kuatirkan memang, hampir sebagian lebih besar, bukan soal apa yang sedang dihadapi, melainkan soal yang tidak/belum dihadapi.
Kita perlu memperhatikan jika sang kekuatiran hadir tiba-tiba dalam perasaan kita. Apakah dengan kekuatiran, lalu itu membangunkan pikiran dan spiritual kita agar lebih bijak, lebih cerdas, lebih waspada, lebih teliti, lebih bergantung pada Tuhan dan lebih banyak bersyukur? Jika demikian, berarti kekuatiran kita letakkan pada fungsi pemantik agar hidup kita tetap bertahan, kuat, lalu bergerak maju. Namun jika kekuatiran demikian menguasai kita terus menerus, sehingga kita menjadi lemah, buntu, patah semangat, semua terasa gelap. Maka kita perlu menampar pipi kita di depan cermin, dan berkata pada diri: “apakah kau akan terus patah semangat demikian, sudah, cukup kekuatiran untuk satu hari saja!, karena kamu berharga di mataNya, Tuhan menghendaki mu terus berusaha.Tuhan sudah dan akan memberi yang terbaik bagi mu!!”. Lalu bangun, dan berjalah, karena masih banyak pekerjaan Tuhan yang harus kita kerjakan. Jangan Kuatir, Tuhan ada di bersama kita.
Keyakinan bahwa Tuhan ada bersama kita selalu, memberikan kita semangat dan motivasi untuk selalu bersyukur atas segala kecukupan yang Tuhan telah berikan dan keyakinan bahwa dalam perjalanan ke depan, kita akan dicukupi oleh Tuhan. Iman ini, memberi kepada kita kepercayaan diri bahwa kita dapat selalu memancarkan keindahanNya, dalam warna warna-warni kehidupan ini. Semua sudah Tuhan cukupi dan kita beriman Tuhan akan mencukupi kebutuhan kita, dan hidup kita dipenuhi dengan syukur. (LiN30082021)