LULUS UJIAN
Views: 0
Bacaan: Matius 6:13a
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Dunia pada umumnya, karena pandemik covid-19, serasa runtuhnya model kehidupan yang karena harus menerapkan model yang di bawah kekuasaan musuh besar bangsa-bangsa yaitu kuasa virus corona. Banyak masalah menyangkut urusan covid-19, harus menjalankan protokol kesehatan dengan 5 M. Salah satu dalam urusan perjalanan, kita harus menjalani ujian, atau test untuk tubuh kita, apa tidak terpapar atau positif terpapar covid-19, diuji dengan percobaan, swab antigen atau swab PCR. Di sini kita ketemu dengan kata diuji, ditest, apakah tubuh kita lulus untuk suatu perjalanan, seperti naik pesawat, atau K.A ke Jogja atau ke Surabaya. Ujian tubuh ini hampir sama juga maknanya dengan ujian di kuliah, atau di Sekolah. Murid atau mahasiswa harus mengikuti ujian untuk menentukan apakah dia patut mendapat kwalifikasi sesuai dengan tahap pendidikannya.
Dengan kata ujian, ada saatnya kita berkata, tahun kemarin atau bulan-bulan yang lalu saya sungguh mengalami ujian dari Tuhan. Ucapan ini hendak mengatakan pada tahun atau bulan lalu dia mengalami kesukaran, penderitaan, mungkin penyakit berat atau kesulitan keuangan atau masalah pekerjaan. Tetapi persoalan atau kesukaran itu telah berangsur hilang, pikiran, rencana atau kesehatannya sudah normal berjalan.
Keadaan ini kita sebutkan ujian iman. Firman Tuhan (I Pet 4:12) mengatakan ujian itu bagaikan api, kalau api bisa dikuasai, maka dari bekas-bekas api itu kita mengucap syukur, bisa terhindar dari kebinasaan. Kalau kita lulus atau menang dari ujian itu maka yang dihasilkannya ialah ketekunan, tekun ikut Tuhan, tekun dalam iman walau dalam kekurangan dalam hidup sehari-hari. “Bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yak 1:3). Ketekunan yang dimaksud itu yang tidak ditemukan dalam kehidupan umat Israel dalam perjalanan mereka di padang gurung menuju Tanah Perjanjian. Kita bisa bercermin dari perjalanan umat Israel di padang gurun banyak sekali ujian-ujian iman yang menguji ketaatan, kesabaran, kepasrahan, dalam Tuhan. Ternyata banyak sekali mereka gagal menjadi umat Tuhan, tidak layak ikut dalam barisan itu sehingga mereka binasa di perjalanan. Sebaliknya seperti Yosua dan Kaleb mendapat pujian dari Allah yang teguh dan setia dalam iman kepada Allah.
Bahan renungan kita didasarkan dari bagian Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dari ayat 13a, suatu pokok doa memohon: “… jangan membawa kami ke dalam pencobaan”, “Tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Kalau kita lihat dalam kehidupan Tuhan Yesus, sesudah Dia dibaptis dan sebelum Dia memulai pelayanan-Nya, ternyata Dia dibawa oleh Roh untuk dicobai Iblis. Kalau kita amati pencobaan itu maka dua hal penting. Pertama, sebagai ujian iman, ujian ketaatan, apakah Yesus teguh tak tergoyahkan atau mengikuti saran Iblis dengan “menjadikan batu jadi roti, atau menjatuhkan diri dari menara yang tinggi? Apakah Yesus turut permintaan Iblis atau mengabaikan permintaan itu, walaupun dalam keadaan yang lapar? Dia diuji, ternyata Tuhan Yesus lulus mengabaikan permintaan Iblis. Kedua, Dia dicobai, dengan imbalan yang kedengarannya sangat indah. Kalau Yesus sujud di depan Iblis, maka Iblis undur dari kemuliaan dunia, tetapi naik memiliki kemuliaan sorga. Cobaan seperti ini, yaitu melakukan permintaan Iblis untuk mendapatkan harta yang besar. Kalau tadi permintaan Iblis agar menjadikan batu menjadi roti, hanyalah sekedar kenyang. Tetapi sujud di hadapan Iblis akan mendapat harta, uang, emas, jabatan yang indah dan nikmat. Ujian seperti ini banyak orang tidak tahan, kemudian korupsi, menyelewengkan jabatannya. Berarti permintaan ini lebih kejam, lebih keras, tetapi Yesus sadar, tidak sekali-kali menyembah siapapun kecuali menyembah Tuhan Allah. Akhirnya Yesus harus melepaskan diri dari Iblis, diganti dengan malaikat Tuhan yang melayani dia. Karena itu Tuhan Yesus mengajar kita berdoa: janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.
Kita dalami renungan ini dengan pokok sbb:
- Saat kapan Anda menang dari ujian iman, dan kapan Anda kalah dari ujian iman?
- Senjata apa yang harus kita miliki menghadapi serangan Iblis?
- Apa yang Anda peroleh saat menang menghadapi ujian dan serangan Iblis?
Mari berdoa:
Bapa kami yang di sorga, firman Tuhan mengingatkan kami yang selalu menghadapi ujian dan serangan Iblis, tetapi kami harus menang. Roh Kudus menolong sehingga ujian demi ujian, serangan Iblis yang membawa kesukaran membuat iman kami justru mengalami kemajuan. Kenikmatan dunia menjadi senjata Iblis menggoda kami, tetapi firman Tuhan menjadi harapan kami yaitu memperoleh kenikmatan sorgawi, yang jauh lebih indah dari kemuliaan dunia. Ajar kami memperlengkapi diri dengan senjata rohani yaitu firman Tuhan, agar kami mampu memadamkan api si jahat. Dalam Kristus kami mohon, Amin. [AS27092021]