KISAH DUA EKOR KODOK
Views: 0
Bacaan: 2 Korintus 8:21
“Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
“Kodok ngorek, kodok ngorek. Ngorek pinggir kali, theot theblung, theot theblung. Theot-theot theblung”. Walau sudah berlalu puluhan tahun, namun saya masih ingat dan hafal lagu tadi. Lagu tadi, mengingatkan saya bahwa ada banyak inspirasi yang dapat digali dari cerita fabel tentang kodok ini.
Alkisah ada dua ekor kodok terperosok dan terjebak dalam sebuah lobang. Segera teman-temannya berkerumun di bibir lobang itu. Mereka mulai bersorak memberikan semangat agar kedua kodok tadi melompat keluar dari lobang itu. “Ayo…ayo, kamu bisa. Semangat….!”, demikian teriak para kodok. Mendengar teriakan itu, kedua kodok itu melompat dengan semangat. Namun, karena lobang itu lumayan dalam bagi kedua kodok itu, mereka berdua tidak langsung bisa keluar dari lobang itu. Berkali-kali mereka gagal dan jatuh kembali ke dalam lobang.
Waktu terus berjalan, teriakan yang tadinya berisi penyemangat sekarang berubah menjadi cemoohan. “Kalau tidak bisa, mati sajalah kalian di lobang ini!”, demikian teriak para kodok di bibir lobang. Apa yang diteriakkan oleh para kodok tadi, sangat mempengaruhi kedua kodok yang memang sudah lelah ini. Kodok yang satu memilih untuk diam dan akhirnya memang mati di dalam lobang. Sedangkan kodok yang satu lagi, justru semakin bersemangat untuk melompat dan akhirnya bisa keluar dari lobang itu.
Saudaraku, sadarkah kita bahwa kita ini ibarat kadok dalam kisah tadi. Sedankan persoalan kehidupan – termasuk pandemi dan dampaknya ini – ibarat lobang yang memerangkap kita. Ada orang-orang di sekitar kita yang memberikan semangat, namun tidak sedikit pula yang justru mematahkan semangat. Bagaimana kita dapat berhasil melalui dan keluar dari perangkap persoalan itu bergantung dari diri kita. Apakah kita akan patah semangat dan gagal, atau sebaliknya tetap berupaya dan akhirnya berhasil. Yang pasti kita tidak dapat membuat semua orang memberikan semangat dan mendukung kita, namun kita bisa memilih untuk tetap memiliki keteguhan dan semangat juang.
Bagaimana agar kita dapat tetap memiliki keteguhan dan semangat juang di tengah-tengah berbagai macam sikap orang yang cenderung melemahkan semangat? Rasul Paulus memberikan nasihat yang sangat menarik, demikian “Karena kami memikirkan yang baik, bukan hanya di hadapan Tuhan, tetapi juga di hadapan manusia”. Rasul Paulus mengungkapkan hal ini di tengah-tengah banyaknya celaan yang diterimanya saat menggalang bantuan untuk menolong Jemaat Yerusalem. Coba bayangkan, di tengah-tengah pelayanan untuk meringankan beban Jemaat Yerusalem – yang nota bene untuk memuliakan Nama Tuhan, ternyata masih ada saja pihak-pihak yang mencela Rasul Paulus. Setidaknya untuk mengatasi celaan itu, Rasul Paulus berupaya untuk “memikirkan yang baik”. Kata yang diterjemahkan dengan “memikirkan yang baik” itu mengandung makna memiliki perencanaan dan pelaksanaan yang baik serta konsisten (di hadapan Tuhan dan manusia), sehingga tetap dapat berpikir secara positif. Paulus mampu memikirkan yang baik itu karena sumber kekuatannya adalah Tuhan Yesus sendiri.
Pandemi sudah mulai melandai, namun mungkin ada di antara kita yang masih terperangkap di dalam lobang pergumulan masing-masing. Kita tidak tahu pasti bagaimana siakp orang-orang di sekitar kita. Akan tetapi, mari kita tetap menata diri dengan sebaik-baiknya, konsisten di dalam memelihara semangat dan spiritualitas, sebab Tuhan Yesus ada bersama-sama dengan kita. Jangan menjadi seperti kodok yang patah semangat, melainkan kodok yang tetap berjuang untuk berhasil. Rasakanlah bahwa Tuhan – Sang Sumber perrtolongan – berjalan di depan kita untuk membuka jalan.
Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Sungguh, ya Tuhan, kami tidak dapat membuat semua orang untuk mendukung kami, namun demikian kami ingin untuk tetap memikirkan yang baik dengan pertolongan-MU. Kami rindu untuk melanjutkan perjuangan untuk melalui pandemi ini dengan kekuatan-Mu. Terimakasih, Tuhan Yesus. Amin.