PLANET KERDIL BERNAMA PLUTO
Views: 0
Bacaan: Pengkhotbah 3:11
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sampai dengan lulus SMA dahulu, saya mengenal nama-nama planet di dalam tata surya itu adalah: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Nama Pluto ditambahkan sebagai planet ke sembilan dan terjauh setelah Clyde Tombaugh, seorang Astronom Amerika Serikat, menemukannya di tahun 1930. Namun, 76 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2006, pertemuan umum International Astronomy Union (IAU) menetapkan bahwa status Pluto tidak lagi disebut sebagai planet.
Sebenarnya Pluto sendiri tidak berubah, tetapi yang berubah adalah definisi mengenai apa yang disebut planet itu. Menurut IAU, agar benda langit dapat disebut sebagai planet, maka harus memenuhi tiga buah syarat, yaitu: Pertama, planet harus bulat. Kedua, sebuah planet harus mengorbit Matahari. Ketiga, sebuah planet harus “membersihkan lingkungan” dari orbitnya. Maksudnya adalah bahwa ketika sebuah planet bergerak, gravitasinya menyapu dan membersihkan ruang di sekitarnya dari benda-benda lain. Menurut para ahli, Pluto hanya memenuhi syarat pertama dan kedua saja. Artinya Pluto belum membersihkan lingkungan orbitnya di ruang angkasa. Oleh karena hanya memenuhi 2 (dua) kriteria tentang definisi planet tersebut, maka sekarang sebutan Pluto adalah “planet kerdil”.
Dari kisah tentang Pluto ini, kita dapat belajar bahwa perubahan itu sangat mungkin terjadi. Benarlah apa yang disebutkan oleh Filsuf Herakleitos, “panta rhei kai ouden menei” yang artinya: semua berubah dan tidak ada yang tinggal tetap. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya anak-anak Tuhan dapat menerima perubahan itu dengan bijak, dan bukan sebaliknya menolak perubahan.
Kapan perubahan itu dapat terjadi? Setidaknya saya melihat ada 2 (dua) kemungkinan. Kemungkinan pertama: apa yang biasa dilakukan itu ternyata sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman sekadang ini yang menuntut efisiensi dan efektifitas (out of date). Itu berarti bahwa agar mampu bertahan, maka harus terus berupaya tetap up to date. Dalam hal ini, perubahan dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas. Mereka yang tidak dapat berakselerasi pasti akan tertingal. Kemungkinan kedua: memang sudah tiba waktunya untuk berubah sesuai dengan kesepakatan atau aturan. Sebagai contoh pensiun, pergantian kepengurusan organisasi, mutasi dan lain sebagainya. Dalam hal ini, perubahan itu dimaksudkan untuk regenerasi. Nah, melihat dua kemungkinan tadi, maka kita mesti mempersiapkan diri dan mengantisipasi perubahan.
Senang atau tidak, setiap kita akan menghadapi perubahan itu, termasuk juga gereja. Untuk itu kita memang mesti legowo (bhs. Jw. lapang dada) dalam menerima perubahan dan pembaruan yang ada. Bila kita jujur melihat dan mengakui, maka sebetulnya pandemi covid-19 ini telah memaksa kita semua untuk berubah dalam banyak hal, bukan? Pada awalnya, mungkin kita merasa canggung, ragu-ragu, kuatir saat terjadi perubahan itu. Akan tetapi ketika sudah diterima, dimasuki dan dijalani akhirnya dapat dinikmati dengan baik. Kalaupun masih perlu penyesuaian di sana-sini, tentunya merupakan hal yang sangat wajar. Semua ada waktunya, bukan? Dan yang pasti, seiring dengan berjalannya waktu, maka kita dapat mengatakan, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Selama 76 tahun Pluto disebut sebagai planet, nyatanya toh bisa berubah juga. Sebutan Pluto bukan lagi planet, melainkan planet kerdil. Kita mesti ingat bahwa tidak ada yang tetap, kecuali perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, mari kita terus berakselerasi dengan perkembangan yang ada di sekitar kita. Bukan dengan kekuatan kita sendiri melainkan dengan hikmat dan tuntunan Tuhan. Jangan berhenti untuk membarui diri.
Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati!
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, karena Engkau telah mengingatkan kami akan pentingnya perubahan untuk pembaruan. Kami rindu agar dapat berakselerasi terhadap perubahan di sekitar kami dengan tuntunan dan pertolongan-Mu, ya Tuhan. Terpujilah Nama-Mu, ya Kristus. Amin.