JAJANAN PASAR: KLEPON
Views: 0
Bacaan: Lukas 6:45
“Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sepertinya hampir semua diantara kita ini mengenal satu jenis camilan ‘jajanan pasar’ yang bernama klepon. Bentuknya seperti bola-bola kecil berwarna hijau dengan isian gula jawa / merah, dan disajikan dengan parutan kelapa. Dalam renungan kali ini kita akan belajar dari filosofi kelpon ini. Dari berbagai sumber, saya mencoba merangkum pelajaran-pelajaran menarik dari filosofi klepon ini menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: wujud atau penampakanan, proses pembuatan dan penyajian.
Pertama: wujud atau penampakan. Bila dilihat dari bentuk atau penampakannya, maka klepon ini memiliki makna kesederhanaan. Manusia mesti menunjukkan sifat sederhana, bersahaja atau tidak berlebihan dalam kehidupannya. Bentuknya yang bulat (namun) tidak sempurna ini, melambangkan bahwa hidup ini memang tidak sempurna dan tidak ada yang tahu di mana ujungnya. Warna hijau daun pandan atau suji ini melambangkan kehidupan. Selama hidup, manusia mesti terus menghadirkan kebaikan agar kehidupan itu bisa terjaga. Gula jawa / merah yang ada di dalam klepon ini melambangkan kebaikan hati. Walapun tidak nampak, namun bisa dirasakan. Sedangkan parutan kelapa ini melambangkan tahapan kehidupan yang harus dilalui oleh manusia. Untuk mendapatkan parutan kelapa, maka buah kelapa mesti diproses tahap demi tahap terlebih dahulu, bukan?
Kedua: proses pembuatan. Meski sederhana dan bahannya mudah didapatkan, namun membuatnya tidak boleh sembarangan. Untuk membuat klepon yang lezat dibutuhkan kemampuan untuk mencampur bahan-bahan dengan takaran yang pas. Proses pembuatan klepon melambangkan pentingnya ketepatan, ketelitian, dan kesabaran dalam melakukan berbagai pekerjaan. Selain itu, agar matang, klepon mesti dikukus. Hal ini melambangkan ujian di dalam kehidupan. Bahwa untuk mencapai kematangan kehidupan, maka manusia mesti melalui berbagai macam ujian kehidupan.
Ketiga: Penyajian. Klepon selalu disajikan bersama. Tidak pernah klepon ini disajikan hanya sebutir saja. Hal itu melambangkan kerjasama / team work, bukan keegoisan. Satu istilah yang sering kita gunakan di gereja adalah kolektif kolegial. Selain itu, setiap kali kita menyantap klepon, maka mulut kita mesti terkatup. Sebab jika sambil bercakap, maka cairan gula merah bisa muncrat keluar. Hal itu melambangkan banyak kerja dari pada banyak cakap.
Ternyata dari klepon ini kita belajar tentang kualitas sejati manusia, yaitu: tidak sombong, tidak banyak cakap, tidak pamer, menjaga kehidupan, bekerjasama, baik hati dan sebagainya. Semua kualitas itu harus dibuktikan selama kita hidup. Berbicara tentang kualitas kehidupan manusia ini, mengingatkan kita mengenai salah satu ajaran Tuhan Yesus bahwa pohon dikenali kualitasnya dari buah yang dihasilkan. Baik atau tidaknya pohon itu, terbukti dari buah yang dihasilkan. Lebih jauh Tuhan Yesus menyatakan: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya”.
Kualitas hidup kita akan nampak dari apa yang kita pikirkan, katakan dan lakukan. Selama hayat masih dikandung badan, mari kita terus berupaya untuk terus menjadi berkat, sehingga kita dapat mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan Nama Tuhan. Jadilah seperti klepon, meski sederhana namun kaya akan makna.
Selamat berjuang, Saudaraku! Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, kami diingatkan kembali agar mampu menyatakan kualitas kehidupan kami bukan dengajn kesombongan melainkan dengan kesederhanaan. Kami percaya bahwa Tuhan akan menopang danmenolong kami agar dapat melakukan yang terbaik. Terpujilah nama-Mu, ya Tuhan Yesus. Amin.