DAMAI MELAMPAUI AKAL
Views: 0
Bacaan: Filipi 4: 1-8
Salam sejahtera, semoga dalam melakukan tugas, usaha bisnis dan pelayanan kita mengalami damai sejahtera yang melampaui segala akal, seperti diungkapkan dalam Filipi 4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Menurut Filipi 4, damai tidak berasal dari uang, materi, rumah bagus, mobil bagus, pemandangan indah, rekreasi, makanan, harta. Damai bukan dari diri kita sendiri, tapi dari Tuhan. Bapak A hidup sendirian di dalam gua bertahun-tahun, dia merasakan damai karena tidak ada yang menganggu, tidak ada masalah. Damai yang dimaksud Filipi 4 bukan seperti yang dialami bapak A, tapi ketika orang berjuang memberitakan Injil di tengah masyarakat, bersama-sama dengan kawan-kawan sekerja. Walau dalam penjara, Paulus tetap mengalami damai dari Tuhan yang melampaui akal manusia. Damai itu dirasakan Paulus karena hidup bersama, dan ada rasa kasih, rindu, sukacita dan bangga dengan jemaat Filipi. Mendengar keadaan jemaat Filipi, Paulus sudah bersukacita, rindu, bangga. Orang yang merasakan damai dari Tuhan bukan karena hidup sendirian, egois, individualis, hanya berkegiatan di kamar, tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau melayani di rumah, di gereja atau di masyarakat.
Damai dari Tuhan ketika orang tersebut berjuang untuk pertumbuhan iman, berjumpa dengan anggota keluarga dan orang lain, melayani di rumah di gereja atau ditengah masyarakat. Damai dari Tuhan ketika kita bergumul dalam perjuangan iman, dalam melayani Tuhan dan sesama. Tapi tidak semua orang melayani di keluarga, gereja, masyarakat merasakan damai dari Tuhan. Ibu B rajin melayani di gereja dan di masyarakat, tapi hidupnya stres dalam pelayanan. Ibu B stres, bisa jadi karena dalam melayani ada orang yang tidak dikasihinya, yang dibenci, yang tidak dirindukan, yang tidak membuat dia sukacita dan bangga, malah ingin menghina orang tersebut. Memang ada orang tertentu yang membenci, menganiaya, bahkan memenjarakan Paulus, tetapi Paulus fokus pada kebersamaan dengan kawan-kawan yang berjuang bersama memberitakan Injil, bukan fokus pada kebencian, sakit hati dan dendam. Dalam keluarga, tempat kerja, gereja kalau tidak ada rasa kasih, tidak ada rasa rindu, tidak ada sukacita dan bangga, maka tidak mendapat damai dari Tuhan, yang ada konflik, merasa kering dan sepi. Tuhan memberikan damai, ketika bersama-sama melayani Tuhan dan sesama, dengan rasa kasih, rindu, sukacita dan bangga.
Damai dari Tuhan diberikan ketika orang teguh dalam mengikuti kehendak Tuhan, bukan mengikuti kehendak sendiri. Dalam persekutuan bersama, kalau tidak teguh dalam Tuhan, maka hati dan pikiran orang bisa menyimpang dari kehendak Tuhan. Pikirannya negatif, dendam, benci. Orang yang berdiri teguh dalam Tuhan berarti menerima kuasa dari Tuhan untuk melawan dosa, yang membuat kita menyimpang dari kehendak Tuhan. Orang yang teguh digambarkan seperti prajurit sejati, yang berperang terus melawan musuh, sampai di mati atau menang. Orang yang teguh dalam Tuhan, dia melawan terus segala bentuk kekalahan, kegagalan, kesalahan. Kalau orang punya kesalahan, kegagalan, kekalahan dia tidak langsung putus asa, mundur, tapi dia melawan, berjuang menghadapi kesalahan, kegagalan, kekalahan, dan memperbaiki diri agar tidak terjadi kesalahan, kekalahan dan kegagalan. Orang yang teguh, dalam kuasa Tuhan, ia bangkit untuk menang. Keteguhan itu karena kekuatan dari Tuhan. Dalam keadaan sakit, tidak berpikiran negatif terhadap Tuhan tapi teguh mengimani bahwa Tuhan baik, sangat mengasihi, sangat peduli. Kalau tidak teguh, akan menyimpang dan berpikiran negatif tentang Tuhan, menyalahkan Tuhan akibatnya makin stres, tidak ada damai. Berdiri teguh berarti apapun yang terjadi dalam hidup, kita tetap bergantung pada Tuhan.
Damai itu diberikan Tuhan kepada orang yang sehati sepikiran. Sehati itu adalah satu hati. Hati adalah pusat kemauan kita. Dua atau lebih orang yang sehati, berarti mereka bersama-sama menghayati, mendalami dan sepakat tentang kehendak Tuhan yang akan mereka lakukan bersama. Bukan mengikuti kehendak masing-masing. Suami istri yang sehati, sepikiran berarti kehendak Tuhan yang akan disampaikan kepada anak-anak harus disepakati bersama dulu. Suami istri, persekutuan, yang tidak sehati sepikiran dalam hal berdoa, beribadah, dan memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, yang suci, yang manis, yang sedap didengar, yang bajik dan yang patut dipuji, maka tidak ada damai, seperti yang dialami Euodia dan Sintikhe. Perbedaan pendapat bisa terjadi, tapi tetap dicari kesepakatan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam melayani Tuhan dan sesama. Di rumah, ketika anggota keluarga sehati sepikiran untuk pergi ke gereja agar tidak terlambat, maka mereka sehati sepikiran mempersiapkan diri agar tidak terlambat. Orang yang keras kepala, tinggi hati, sulit sehati sepikiran, karena merasa paling benar, tidak mau sepakat dalam mengikut kehendak Tuhan. Orang yang rendah hati, mudah untuk sehati sepikiran dalam melakukan kehendak Tuhan. Kalau belum ada kerendahan hati, maka kita terus berdoa agar dijauhkan dari kesombongan dan keras kepala, agar kita bisa diberikan kerendahan hati.
Orang yang teguh berdiri dalam Tuhan, yang sehati sepikiran, maka orang tersebut akan bersukacita dalam melayani Tuhan dan sesama, di rumah di gereja, tempat kerja dan masyarakat, tidak mengerutu, tidak terpaksa, dan tidak tertekan. Yusuf walau hidup sebagai budak Potifar dan dipenjara, dia tetap bersukacita bekerja, melayani sehingga dia diberi tanggung jawab yang besar oleh Potifar dan kepala penjara bahkan oleh Firaun. Bersukacita ketika melayani Tuhan dan sesama bukan melayani diri sendiri dan bukan minta dilayani. Tuhan memberikan damai pada orang yang bersukacita dalam melayani suami, melayani istri, melayani orangtua, melayani anak, melayani saudara, melayani di gereja dan di masyarakat. Bersukacita bukan karena makan dan minum enak, tapi karena melayani Tuhan, melakukan kebaikan, menolong melayani sesama.
Orang yang mendapat damai dari Tuhan, ketika orang tersebut membuang kekuatiran dalam hati dan pikirannya. Orang yang kuatir, tidak percaya pada kuasa Tuhan tentang masa depan, ia menanggung sendiri kekuatiran hidup. Orang yang menyerahkan kekuatiran pada Tuhan, maka kekuatiran itu tidak menguasai hati dan pikirannya, dan damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran dalam Kristus Yesus. Melampaui akal berarti damai yang tidak dimengerti manusia akan menjaga hati dan pikiran yang sudah bersatu dengan kehendak Yesus. Damai Tuhan akan menjadikan hati dan pikiran tenang dan tentram, karena orang tersebut mempercayakan hidupnya pada Yesus. Damai sejahtera dari Allah begitu ajaib, sehingga kita tidak dapat mengerti, tapi kita alami. Mari kita menghayati PKJ 186 Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Amin.
Berdoa:
Ya Tuhan berilah hati yang mengasihi, merindukan, bersukacita, bangga dengan sesama kami. Kuatkan kami agar teguh dalam melakukan kehendak Tuhan. Berilah kemampuan untuk sehati sepikiran dalam keluarga, dalam persekutuan, dalam masyarakat. Mampukan makin bersukacita dalam melayani Tuhan dan sesama. Mampukan kami membuang kekuatiran dalam hidup kami, serta berserah pada Tuhan. Berilah damai sejahtera dari Tuhan yang melampaui segala akal manusia. Dalam Yesus kami berdoa. amin