BERSAMA TUHAN TERUS BERKARYA
Views: 0
Bacaan: Mazmur 69: 31-37
BERSAMA TUHAN TERUS BERKARYA
Matahari masih terlelap , saya sudah bangun, lalu bersiap untuk mengantar ibu saya ke berobat ke RS. Harus pagi-pagi benar datangnya, karena jika terlalu siang, ibu saya akan mendapat nomer antrian yang sudah berangka besar. Kesiangan sedikit saja, sangat berpengaruh jauuh perbedaannya, akan sakin lama antriannya di Pendaftaran, lalu nanti harus menunggu antrian lagi di Poli Jantung, dan disini akan menunggu lama juga. Begitulah keadaannya. Pasien Jantung lansia banyak sekali jadi ada waktu yang lama sekali sampai dipanggil untuk pemeriksaan.
Saya memperhatikan banyaknya orang yang menunggu dan lalu lalang. Saya melihat wajah-wajah lemah dan tergesa-gesa. Ibu-ibu atau bapak-bapak lansia yang duduk di kursi roda atau duduk si kursi biasa yang telah disediakan, kelihatan begitu lemah dan muram. Para pengantar mereka, suami/istri atau anak mereka menunjukkan wajah yang bosan dan lelah. Di Rumah sakit, “auranya” muram.
Dalam keadaan seperti di atas, Jika saya memilih untuk berkeluh- kesah, sebenarnya sangat mudah. Bukankah waktu yang lama dalam menunggu adalah pekerjaan yang tak menyenangkan?. Ditambah lagi dengan wajah resah dan ‘sakit ‘ yang saya lihat di sekitar saya. Itu adalah keadaan memudahkan seseorang untuk merasa sangat tak nyaman dan mudah menular. Alih-alih tenggelam dalam ketidak nyamanan yang dapat menyedot emosi merosot ke bawah; karena dikuasai oleh Aura Negatif, saya memilih untuk tak membiarkan dikuasainya. Itulah sebabnya lalu dari pada menunggu lama dan menjadi tak nyaman, dalam situasi seperti itu, saya lebih memilih untuk menunggu di luar saja lalu milih menjemur diri, sementara ibu saya, saya minta duduk di tempat yang jauh dan sepi dari kerumunan. Toh masih lama dipanggilnya. Mondar-mandir sambil “mencari”matahari” yang baru saja muncul dari peraduannya, lalu masuk, melihat sudah dekatkah nomer antriannya?. Begitu beberapa kali saya lakukan. Tidak jarang juga, jika ada waktu yang cukup lama menunggu, saya gunakan waktu itu untuk melakukan tugas-tugas: membuat liturgi, persiapan khotbah dll. Saya jadi menyadari bahwa kita akan dikuatkan dan ditolong oleh Tuhan, walau dalam keadaan yang “tak menyenangkan” untuk tetap dapat miliki kekuatan untuk tetap berkarya dalam keadaan tiap keadaan karena mau terus berkarya bagi Tuhan.
Saya dicelikkan oleh Mazmur 69:31-37. Sang pemazmur adalah seseorang yang menyadari adanya kebesaran dan kuasa Allah walau dalam keadaan tertindas dan sakit; yang menjadi miskin dan menjadi tahanan karena ketidak adilan dan keserakahan. Mengapa pemazmur menjadi dapat memuji-muji Allah dalam keadaan tak nyaman itu? Karena dirinya lebih memilih dikuasai oleh Allah yang adalah penguasa langit, bumi dan lautan yang takluk dan muliakan Dia. Allahlah sumber keselamatan, kekuatan sukacita bagi tiap orang yang bersandar kepadanya; mereka inilah pewaris kerajaanNya. Dalam keadaan apapun, Ia yang mencintai Allah akan menerima kehidupan kuat dan baik di Kotanya. Bukankan ini menguatkan kita juga? Mungkin ada di antara kita yang berada pada situasi tak nyaman, entah dalam bentuk apa. Dalam tantangan seperti itu, kita, umat yang mengasihinya meyakini akan mendapatkan kekuatan. Kita akan tidak dibiarkan hanyut dalam kebingungan dan ketidak- berdayaan di tengah dunia ini. Bagi kita yang bersandar padanya, Kita akan tetap menemukan kekuatan dan pengharapan, sehingga dapat terus menemukan panggilan untuk mengisi dan berkarya karena bergantung penuh kekuatan dan keadilan Tuhan. Mata hati dan pikiran kita, umat yang mengasihinya terarah pada berbagai peluang dan kesempatan yang dibukakan oleh Tuhan di hadapan kita, sehingga dimampukan dan dikuatkan untuk menghadapi dan menjalani kehidupan di tengah tantangan itu. Bukan tantangan dan gangguan menjadi tak ada karena Tuhan, namun tantangan dan gangguan itu tak lagi menjadi fokus yang dapat merampas ketenangan dan kekuatan kita; Di dalam tantangan itu, selalu ditemukan jalan dan kesempatan untuk berkarya memuliakan namaNya. Itulah yang menjadikan kita sebagai umat yang tak mudah menyerah dan mundur. Kita percaya, Tuhan sang Penguasa dan Penyelamat itu ada di pihak kita. Ia lah yang akan memulihkan kota-kota kehidupan kita. Yang tadinya mati dan tak nyaman, menjadi kota kehidupan yang penuh dengan pemandangan yang menguatkan.
Kiranya setiap kita, umat Allah, akan menjadi sosok yang terus melihat kekuatan dan kebesaran Allah yang memberikan kepada kita peluang untuk terus berkarya bagiNya, dalam segala keadaan. Kita akan tetap menjadi umat yang memuji dan membesarkan namaNya karena hati dan pikiran kita lebih memilih untuk fokus pada kebaikan dan kesempatan dari Tuhan Allah, sumber kekuatan dan sukacita kita. (LiN30-11-2021)