MELIHAT DARI KETINGGIAN
Views: 0
Bacaan: Mazmur 62:2-3
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ketika kita berada di tempat yang cukup tinggi, seperti misalnya di puncak sebuah bukit, kemudian kita memandang ke sekeliling, maka kita dapat melihat pemandangan yang ada di daerah bawah bukit itu. Bagi sebagian besar orang, memandang pemandangan dari ketinggian menimbulkan perasaan sukacita. Pemandangan yang sehari-hari tampak biasa saja akan kelihatan lebih indah ketika dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Di puncak bukit itu kita sedang seolah memandang miniatur alam ciptaan Tuhan. Hal yang sama akan dialami ketika kita memandang keluar jendela di sebuah gedung tinggi, maka pemandangan sekitar akan menjadi lebih indah, seolah memandang miniatur kota.
Pernahkah kita berpikir mengapa banyak orang senang menikmati pemadangan dari ketinggian? Rupanya ada jawaban menarik secara psikologi. Di dalam laman psychologytoday.com, Sally Augustin, PhD, seorang psikolog dari Design With Sciene, menjelaskan bahwa berada di ketinggian, dengan pemandangan yang luas dan menyeluruh, membuat kita merasa aman dan terlindungi, karena kita menyaksikan keindahan itu dari tempat yang aman.
Memperhatikan penjelasan ini, maka pikiran saya langsung melayang kepada umat Israel khususnya terkait dengan sejarah perjumpaan dengan Tuhan. Banyak kisah di dalam perjanjian lama yang menceritakan tentang pengalaman perjumpaan para hamba atau umat Tuhan dengan mengambil lokasi di puncak gunung. Bahkan bait Allah juga didirikan di kota Yerusalem yang sesungguhnya merupakan puncak sebuah bukit. Demikian juga dengan kesaksian perjanjian baru di mana puncak bukit juga menjadi lokasi di mana Tuhan Yesus mengalami pengalaman spiritual dan juga menyampaikan pengajaran.
Ketika kita berada di atas ketinggian, maka secara psikologis kita merasa aman dan terlindungi. Apa yang membuat kita ini merasa aman dan terlindungi? Bukankah sesungguhnya pada saat itu ada perasaan dekat dengan Tuhan sang pencipta langit dan bumi? Dengan kata lain, kita dapat merasa aman dan terlindungi karena pada kenyataannya kita berada di atas ketinggian di mana kita dapat menyaksikan kebesaran Tuhan, sehingga kekaguman akan karya Tuhan inilah yang sekaligus mendorong kita untuk memuji Tuhan dan bersyukur atas karya-Nya. Dengan demikian semakin tumbuhlah keyakinan kita akan kebesaran Tuhan di mana DIA sungguh dapat diandalkan oleh kita yang percaya kepada-NYA. Oleh karena itu, kita dapat mengakui dan mengimani bahwa Tuhan aalah gunung batu keselamatan.
Jadi kuncinya menurut saya adalah perasaan dekat dengan Tuhan yang akhirnya membuat diri kita ini dapat merasa aman dan nyaman, meski kita tidak sedang berada di tempat yang tinggi sekalipun. Benar apa yang dikatakan oleh pemazmur, demikian “Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah”. Hanya dekat dengan Tuhan sajalah, maka kita dapat berani menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan ini. Karena Tuhan selalu melihat kita dari tempat-Nya yang tinggi dan siap memberikan pertolongan kepada kita yang membutuhkan.
Oleh karena itu, mari kita selalu mengasah kedekatan dengan Tuhan sehingga semakin peka juga kita untuk dapat merasakan kehadiran-NYA. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, Engkau adalah Gunung Batu pelindungan kami. Oleh karena itu kami selalu rindu untuk berada dekat dengan-Mu, sehingga kami berani menghadapi berbagai persoalan hidup kami. Terpujilah Nama-MU, ya Tuhan Yesus. Amin.