TE HA ER
Views: 0
Bacaan: Mazmur 30:12-13
“Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ungkapan “menunggu THR turun” seolah menjadi ‘paduan suara’ yang dinyanyikan oleh banyak orang menjelang hari raya keagamaan tertentu. Betul, THR ini adalah akronim dari “Tunjangan Hari Raya”. Ketika THR belum diberikan, rupanya ada sebagian orang yang mulai mengeluhkannya. Bahkan untuk sebagian orang, keluhan ini cenderung terdengar seperti ratapan.
Memang mesti diakui bahwa ada kondisi-kondisi tertentu di dalam kehidupan ini yang dapat membuat seseorang untuk meratap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, meratap berarti: menangis disertai ucapan yang menyedihkan; mengeluh (dengan menangis, menjerit dan sebagainya). Dari pemaknaan dalam KBBI ini, nampak sekali bahwa meratap merupakan tindakan yang cenderung bersifat negatif karena orang yang meratap itu seolah-olah sudah kehilangan pengharapan.
Bagaimana Alkitab memaknai tentang ‘meratap’ atau ‘ratapan’? Bila kita memperhatikan secara seksama, maka kita akan menemukan bahwa hampir separo isi dari Kitab Mazmur itu merupakan kitab ratapan. Ada juga sebuah Kitab yang diberi judul “Kitab Ratapan”. Dengan melihat keterangan ini, maka itu berarti bahwa Alkitab memberikan tempat untuk ‘meratap’ atau ‘ratapan’ ini. Meski demikian, Alkitab memahami ‘meratap’ bukan karena kehilangan pengharapan, melainkan karena berani jujur di hadapan Allah. Ratapan merupakan respons yang wajar terhadap realitas penderitaan atau permasalahan yang dihadapi, di mana kita melibatkan Tuhan di tengah rasa kesakitan dan / atau pergumulan tersebut. Dengan demikian, ratapan itu bukan sekedar keluhan-keluhan, melainkan dipenuhi pengharapan juga. Dengan kata lain, ketika kita meratapi sesuatu yang dirasakan tidak benar, maka ratapan itu sesungguhnya mengajak diri kita sendiri dan orang lain untuk aktif mengupayakan perubahan.
Dalam Mazmur 30 pemazmur mengungkapkan pengalaman di mana ia pernah mengalami pergumulan hebat yang hampir membawanya kepada kematian. Pemazmur meratap kepada Tuhan karena keadaanya itu. Melalui ratapan ini kita dapat memahami betapa tidakberdayanya pemazmur ketika bergulat dengan persoalan yang berat yang membuatnya sekarat dan berada di ambang kematian. Pemazmur menggambarkan penderitaannya itu sebagai tangisan di waktu malam. Akan tetapi, di tengah-tengah keadaan yang payah itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Allah berkenan mendengarkan doanya dan meluputkan dia dari maut. Tangisan malam itu berlalu dan digantikan dengan pagi hari yang penuh dengan sorak sorai. Pertolongan Tuhan inilah yang membuat pemazmur bertekad untuk memuji Tuhan selama-lamanya. Pemazmur mengatakan, “Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu”.
Dari pengalaman pemazmur ini, maka kita dapat belajar bahwa: pertama, Tuhan sanggup untuk menolong kita untuk keluar dari pergumulan karena kemurahan-Nya. Kedua, menghayati proses itu sebagai cara Tuhan untuk mendidik agar kita sungguh percaya kepada-Nya bukan pada kekuatan diri sendiri. Ketiga, pertolongan Tuhan itu menyadarkan kita untuk selalu memuji Nama-nya bukan memuji diri sendiri. Nah sekarang, sebagai anak-anak Tuhan kita memaknai THR sebagai “Tuhan Hapuskan Ratapan”. Sebab sesungguhnya sukacita kita bukan karena sekedar mandapatkan tunjangan hari raya, melainkan karena Tuhan telah menolong kita tepat pada waktunya dan menghapus ratapan kita.
Oleh karena itu, jangan pernah iman kita dilemahkan oleh persoalan atau permasalahan, melainkan tetap yakin dan percaya bahwa Tuhan akan menghapuskan ratapan serta menggantinya dengan sorak-sorai. Ingat akronim ‘THR’ ini, yaitu: Tuhan Hapuskan Ratapan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Tuhan, Engkau adalah Allah yang selalu sedia untuk menolong kami tepat pada waktunya. Oleh karena itu kami rindu untuk selalu menyandarkan kehidupan kami ke dalam tangan-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami agar berlaku tetap setia kepada-Mu. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.