PAKDHE DAN BUDHE MANTRI GIGI
Views: 0
Bacaan: Yesaya 38: 19
”Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa memberitahukan kesetiaan-Mu kepada anak-anaknya”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Para tetangganya di daerah Menteng Jaya – Menteng, mengenal kedua sosok ini sebagai “Pakdhe dan Budhe Mantri Gigi” – selanjutnya saya akan sebut dengan Pakdhe dan budhe saja. Pakdhe berprofesi sebagai seorang tekniker (asisten dokter gigi yang membuat gigi palsu). Dahulu beliau pernah bekerja pada seorang dokter gigi untuk membuat gigi palsu. Sampai sekarang pun beliau masih sering membantu orang untuk membuat gigi palsu. Hal itu nampak dari adanya sebuah dental chair (kursi dokter gigi) yang ada di rumahnya. Dan secara resmi, saat ini beliau membantu tugas seorang dokter gigi di sebuah klinik gigi di daerah Cinere – Depok untuk membuat gigi palsu. Dan setidaknya seminggu tiga kali beliau berangkat ke klinik tersebut. Apabila kita melihat kelincahannya bersepeda motor dalam menaklukkan jalan raya dari arah Menteng ke Cinere pergi dan pulang, rasanya orang tidak akan menyangka bahwa usia beliau sudah menginjak 84 tahun.
Mereka berdua adalah anggota jemaat GKI Kwitang. Budhe juga pernah melayani sebagai penatua. Setiap hari Minggu, mereka berdua berboncengan sepeda motor dengan mesra ke gereja di jalan Kwitang 28. Kesederhanaan, keramahan, kerendahatian dan kesukacitaan untuk berbagi, nampaknya menjadi ciri khas Pakdhe dan Budhe ini. Hampir 2 tahun mereka sempat tidak bisa berboncengan mesra untuk pergi ke gereja karena situasi pandemi. Namun dengan sudah dibukanya kembali ibadah tatap muka terbatas, sekarang mereka berdua sudah bisa berbonceng mesra lagi ke gereja.
Bila ditanyakan kepada mereka berdua “mana yang lebih dahulu: bahagia terlebih dahulu baru kemudian mengucap syukur atau mengucap syukur terlebih dahulu baru kemudian berbahagia?”, maka pastilah Pakdhe dan Budhe ini akan bingung untuk menjawabnya. Mengapa? Karena prinsip keduanya adalah selalu bahagia dan bersyukur apapun keadaannya. Betapa tidak? Kebahagiaan dan ucapan syukur itu tercermin dari tindakannya untuk selalu berbagi. Meski keduanya adalah orang yang sangat sederhana dan rumahnya juga tidak besar, namun pernah suatu waktu mereka menampung sampai belasan orang keponakan mereka dari desa dan mendidik mereka hingga lulus sekolah dan dapat bekerja dengan baik. Ada di antara keponakannya itu yang menjadi anggota Pasukan Pengaman Presiden, perawat kesehatan di RS Fatmawati dan sebagainya. Keempat putra – putrinya juga dapat menyelesaikan pendidikannya dengan baik, bahkan ada salah seorang yang mencapai jenjang pendidikan Doktoral. Banyak orang yang ditolong dalam membuat gigi palsu juga tidak dipungut biaya. By the way, karyawan kantor GKI Kwitang, pasti pernah ikut menikmati makanan kecil dan / atau buah pisang yang dibawa oleh Pakdhe dan Budhe ini setiap kali mereka bertandang ke kantor gereja. Dan kalau ada orang yang bertanya, “lho, kok bisa?” Pasti Pakdhe dan Budhe akan menjawab, “Tuhan Yesus yang mencukupkan”.
Mengenal “Pakdhe dan Budhe” ini mengingatkan saya pada kisah Raja Hizkia. Berbagai tantangan dan persoalan kehidupan yang dialami, telah membentuk Hizkia sebagai pribadi yang mengucap syukur seumur hidupnya. Oleh karena itu hizkia membuat refleksi dan nasihat yang baik, demikian, ”Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa memberitahukan kesetiaan-Mu kepada anak-anaknya”. Bagi Hizkia hanya orang yang hiduplah yang dapat mengucap syukur, karena dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada Tuhan dan maut tidak dapat memuji-muji nama-Nya. Dengan kata lain, bila kita masih diberi kehidupan, maka sudah selayaknya kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan yang diwujudkan dalam pikiran, perkataan dan sikap hidup.
Sampai di sini mungkin Anda bertanya, siapakah “Pakdhe dan Budhe Mantri Gigi” itu? Ya, mereka adalah adalah Bapak dan ibu Jusuf Budiman. Kiranya pengalaman hidup Bapak dan ibu Jusuf Budiman tentang bahagia dan bersyukur selama hidup kiranya menginspirasi kita. Mari kita juga berupaya mewujudkan hidup yang bahagia dan bersyukur karena Tuhan itu sungguh amat baik. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Tuhan, kami rindu untuk menjadi orang yang berbahagia dan mensyukuri berkat-berkat-Mu di dalam kehidupan kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk mewujudkannya. Terimakasih, ya Tuhan Yesus. Amin.
