MENGOSONGKAN DIRINYA SENDIRI
Views: 0
Bacaan: Filipi 2: 1-11
Salam sejahtera semoga kita makin dimampukan Tuhan untuk mengosongkan diri kita dan menjadi seorang hamba seperti Yesus (Filipi 2:6,7 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Ada orang tidak mau percaya Yesus karena belum bisa menerima jika Allah itu menjadi manusia. Melalui Filipi 2:6 ini dijelaskan bahwa Yesus itu sebelum lahir menjadi manusia adalah rupa Allah, sifat Allah sesungguhnya, sama dengan Allah. Tuhan Yesus menjadi sama dengan manusia adalah rahasia yang agung ( 1 Timotius 3:16) dan sulit diterima akal manusia. Karena itulah kelompok intoleran membenci Yesus, selalu menghina ajaran Kristen, “kok Tuhan menjadi manusia sih”. Bagi kelompok intoleran, rahasia agung tentang Tuhan Yesus menjadi sama dengan manusia, belum dibukakan Roh Kudus.
Mengapa Tuhan Yesus, yang rupa Allah menjadi rupa hamba dan sama dengan manusia? Sebab di dalam Tuhan Yesus sebagai manusia berdiam Allah secara jasmani seluruh kepenuhan ke-Allahan (Kolose 2:9). Sejak lahir sampai disalib, mati, dikubur, sepertinya kemuliaan Allah tidak tampak, karena itu banyak orang mengejek, merendahkan, menghina Yesus. Sampai sekarang banyak kelompok intoleran mengejek Yesus yang disalib. Padahal walau sama dengan manusia, Yesus tetap memiliki sepenuhnya sifat Allah dalam mengasihi manusia secara sempurna dengan berkorban untuk menyelamatkan manusia dari dosa, dan sifat Allah lainnya. Dengan melihat sifat Yesus, maka manusia mengenal sifat Allah. Melalui Yesus, Allah memperkenalkan diriNya kepada semua manusia secara sempurna. Orang yang menolak Yesus, berusaha sendiri mengenal Allah dengan pikiran mereka sendiri, seperti yang dilakukan ahli Taurat, tapi mereka salah mengenal Allah. Sifat Allah tidak bisa mereka teladani. Orang yang menolak Yesus, maka sifat Allah yang sempurna masih tersembunyi bagi mereka. Sifat Allah tidak bisa diselidiki dengan akal manusia yang terbatas, hanya dengan pertolongan Roh Kudus orang bisa mengenal Tuhan Yesus yang adalah rupa Allah menjadi rupa hamba, sama dengan manusia.
Yesus setara dengan Allah, tapi demi mengasihi dan menyelamatkan manusia dari dosa, maka Yesus mengosongkan diriNya, menanggalkan semua kemuliaan yang dimilikiNya, dan menjadi manusia yang tidak mulia, yang dihina, yang dianiaya, yang ditolak, disangkal, dikhianati. Yesus tidak menggunakan jubah yang mulia dalam melayani manusia. Yesus menanggalkan kedudukan yang maha mulia, maha tinggi, maha kuasa, untuk menjadi hamba, melayani manusia agar manusia mengenal sifat Allah, mengenal firman Allah dan lepas dari kuasa dosa kuasa iblis. Yesus kembali dalam kemuliaanNya setelah bangkit, naik ke surga duduk disebelah kanan Bapa. Yesus mengosongkan diri dalam rangka menjalani hidup yang rendah hati, taat pada Allah Bapa. Tapi Yesus tidak melepas keilahianNya yang menjadi jati diriNya. Walaupun Yesus menjadi manusia bukan berarti Yesus bukan Allah.
Mengosongkan diri bukan seperti mengosongkan air dari gelas. Tapi mengosongkan kemuliaan, kemahakuasaan, menjadi manusia yang tidak mulia, tidak berkuasa, lemah, menderita. Yesus sungguh-sungguh menjadi manusia yang merasakan penderitaan, dihina, disangkal dan dibunuh.
Seorang presiden, yang punya kuasa dan kemuliaan, ketika pulang ke rumah, maka dia menanggalkan kuasa, kemuliaan sebagai presiden kemudian menjadi orang biasa yang bisa bermain, berkomunikasi dengan dengan anak-anaknya. Bapak O yang punya hati untuk membina anak, remaja dan pemuda maka ia mau bermain, hadir sebagai teman bagi anak, remaja dan pemuda dengan mengambil gaya mereka. Ada bapak atau ibu yang sulit bergaul dengan anak, remaja pemuda di jemaatnya, karena takut tersinggung dengan gaya anak remaja dan pemuda, yang mungkin cuek atau masa bodoh terhadap orang dewasa. Tuhan Yesus mengosongkan diri untuk menjadi sama dengan manusia, agar bisa bergaul dekat, bisa mengasihi manusia, memberitakan firman Tuhan, menolong manusia yang miskin, lemah, sakit-sakitan, tertawan, diasingkan, bisa menyelamatkan manusia dari dosa.
Untuk melayani sesama dibutuhkan keinginan mengosongkan diri dan kerendahan hati seperti Yesus. Merendahkan hati dalam melayani artinya fokus kita bukan kepada kehebatan diri, kehormatan, kepentingan diri sendiri. Mengapa bapak O di atas mau melayani anak, remaja pemuda? Karena dia sudah mengosongkan kepentingan. kehormatan diri sendiri, bapak O lebih memperhatikan kepentingan anak remaja pemuda di jemaatnya. Bapak O mau menjadi hamba bukan menjadi tuan bagi anak remaja dan pemuda. Tujuannnya bukan untuk mencari keuntungan, kehormatan, pujian bagi diri sendiri tapi untuk memberitakan firman Tuhan, membawa anak remaja, pemuda menyesali dosa dan ditebus dosanya oleh Yesus dan dituntun Roh Kudus untuk hidup baru.
Kita menjadi hamba yang melayani keinginan Tuhan dengan taat. Ketika mengosongkan diri dari keinginan diri sendiri maka kita menjadikan keinginan Tuhan bagian dari hidup pribadi. Selama orang tidak bisa mengosongkan diri dari kemuliaan, kesenangan, keinginan diri sendiri maka sulit untuk melayani Tuhan dan sesama, sulit melayani anak remaja pemuda. Ketika kita mengosongkan diri sendiri, dalam melayani, maka yang hebat dan mulia itu adalah Tuhan sendiri bukan diri kita. Kita hanya mencari kemuliaan dari Tuhan bukan dari manusia. Ketika melayani, tidak ada orang yang memuji, kita tidak kecewa, karena kita sudah mengosong diri dan merendahkan hati, tidak mengejar kehormatan diri. Orang yang mengosongkan diri dan merendahkan hati, maka pelayanan itu bukan menjadi top, populer, tapi siap tidak dikenal, tidak disanjung, seperti Yesus tidak mendapat sanjungan dari orang lain, dari murid-murid, bahkan ada murid menyangkal dan berkhianat. Tapi Yesus yang sudah mengosongkan diri dan merendahkan hati, Yesus tidak marah, tidak kecewa tetap taat melayani Allah, tetap menjalani salib untuk menebus dosa manusia.
Ketika kita beribadah menyembah Tuhan, melayani Tuhan maka kita mengosongkan hati dan pikiran kita dari barang dunia, mengosongkan dari keinginan diri, keinginan duniawi. Tuhan hadir, keinginan Tuhan akan masuk dalam hati pikiran kita kalau Tuhan kita muliakan, keinginan Tuhan kita tinggikan dan kita mengosongkan keinginan diri sendiri seperti ungkapan dalam NKB. 6 ayat 1 Patut segenap yang ada diam dan sujud sembah, mengosongkan pikirannya dari barang dunia, kar’na Tuhan sungguh hadir, patut dipermulia. Amin
Berdoa :
Ya Tuhan mampukan Tuhan kami untuk mengosongkan diri kita dan menjadi seorang hamba seperti Yesus. Berilah kami dan semua orang untuk menerima Roh Kudus di dalam hati dan pikiran kami agar rahasia agung tentang Tuhan Yesus menjadi sama dengan manusia makin dibukakan. Dan kami makin mengenal Allah melalui Tuhan Yesus. Mampukan kami mengosongkan diri dari keinginan diri sendiri, keinginan dunia sehingga kami menerima keinginan Tuhan yaitu melayani sebagai hamba bagi orang lain di rumah, di gereja dan di tempat kerja dan masyarakat. Mampukan kami merendahkan diri tidak mengejar kehormatan dan kemuliaan diri sendiri ketika melayani sebagai hamba bagi sesama kami. Dalam Yesus kami berdoa amin.