CAPSA MERISAMGAR DI WARUNG BAKTOMI
Views: 0
Bacaan: 2 Petrus 1:5-7
“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ketika kecil dahulu, saya tidak mengerti mengapa perlu ada capsa merisamgar (alias: kecap, saos, merica, sambal, dan garam) di atas meja warung baktomi (warung bakso, soto atau bakmi). Karena bagi saya, semua itu tidak perlu karena baktomi sudah bisa langsung dinikmati. Seiring waktu akhirnya saya memahami bahwa capsa merisamgar sengaja disediakan agar pelanggan bisa membuat rasa baktomi itu pas dengan lidahnya masing-masing. Bagi saya, menyantap baktomi tidak perlu menambah capsa merisamgar lagi, namun bagi orang lain bisa saja berbeda. Walau penjual baktomi itu sudah mengolah masakannya agar siap disantap; akan tetapi seberapa manis, pedas, gurih atau asin hanya pelanggan sendirilah yang tahu seleranya masing-masing.
Menyantap baktomi berbeda dengan menyatakan kasih. Apabila menyantap sajian baktomi itu bergantung pada diri kita apakah perlu menambahkan unsur capsa merisamgar atau tidak; maka menyatakan kasih kepada semua orang tidaklah demikian. Menyatakan kasih bukanlah pilihan tentang melakukan atau tidak melakukan, melainkan keharusan yang mesti nampak di dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Menyatakan kasih kepada semua orang bukanlah tentang selera, melainkan kesediaan untuk menambahkan unsur-unsur yang akan semakin membuat iman kita itu menjadi dewasa sehingga dapat menyatakan kasih kepada semua orang.
Sebagai salah seorang murid Tuhan Yesus, Rasul Petrus telah merasakan proses bertumbuh dan berkembangnya iman kepada Tuhan Yesus. Di dalam pengalaman hidupnya, ia menyadari sepenuhnya bahwa Allah sendiri telah menganugerahkan segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh melalui pengenalan akan Kristus. Di dalam kesalehan inilah, kasih itu dapat dinyatakan. Berdasarkan pengalamannya, Petrus merasakan bahwa untuk dapat menjadi saleh sehingga mampu menyatakan kasih, tidaklah bisa terjadi secara instan. Setiap anak-anak Tuhan mesti setia dan taat untuk dibentuk dan mengikuti setiap proses itu. Tuhan sudah menyediakan semua unsur yang dibutuhkan itu, tinggal kita memasuki proses dan dibentuk sehingga dapat terus bertambah dan bertumbuh.
Menurut Petrus, apa yang ditambahkan di dalam imannya, yaitu: kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara, dan akhirnya kasih bagi semua orang. Petrus menyebutkan, demikian: “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”. Meskipun Petrus tidak bermaksud berbicara tentang urut-urutan proses, namun bisa ditangkap maknanya bahwa seseorang dapat menyatakan kasih kepada semua orang apabila di dalam dirinya ada kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, dan kesalehan.
Kiranya keberadaan capsa merisamgar di atas meja warung baktomi justru mengingatkan kita agar bersedia untuk menambahkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih di dalam iman kita. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, tolonglah kami agar dapat terus menambahkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, dan kasih di dalam iman kami. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.