MILIKI IMAN DEWASA, BUKAN KANAK-KANAK
Views: 0
Bacaan: Ayub 2 : 10
”Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya”
Syalom jemaat yang terkasih didalam Tuhan.. Semoga bapak/ibu/saudara-saudari dalam keadaan baik..
Jemaat yang terkasih..Sungguh timbul perasaan haru ketika kita mengunjungi orang yang sudah dalam terminal stage karena penyakit kankernya, justru kita dikuatkan dengan kesaksian tentang penyerahan dirinya kepada Tuhan. Dia percaya bahwa Tuhan telah memilihnya untuk menerima keadaan seperti itu dengan ucapan syukur dan percaya penuh pada rencana Tuhan atas dirinya.
Jarang kita menemukan orang percaya yang memiliki iman yang dewasa seperti itu, yang sering kita jumpai justru banyak yang imannya kekanak-kanakan, yang memerlukan symbol/ tanda untuk membuktikan kasih Tuhan buat dirinya, jika engkau Allah yang baik, berilah mujizat maka aku akan percaya kuasamu, dan seterusnya. Itulah yang disebut iman yang kekanak-kanakkan, memerlukan wujud, baru dia bisa memahami kasih Tuhan bagi dirinya.
Arthur Ashe, pemenang tiga gelar juara tenis Grand slam, Amerika open dan Wimbeldon mengalami serangan jantung akibat penyakit jantung koroner dan harus menjalani operasi by-pass, namun dia justru terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang diterimanya. Seorang penggemarnya bertanya kepadanya melalui surat, “Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?”
Arthur menjawab, di dunia ini ada 50 juta anak yang bermain tenis, 500 ribu menjadi pemain tenis profesional, hanya 5000 orang yang mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai turnamen Wimbeldon, 4 orang di semi final dan hanya satu orang yang menjadi juara dan ketika saya menjadi juaranya, saya tidak bertanya kepada Tuhan, mengapa saya Tuhan?
Bukankah kita juga tidak pernah bertanya kepada Tuhan ketika Tuhan memberikan kesuksesan, kekuasaan, kekayaan, kepandaian, kesehatan yang prima, namun kita selalu bertanya kepada Tuhan ketika pergumulan hidup yang berat menimpa kita, ketika penyakit kita bertambah berat, ketika usaha kita sudah di ujung tanduk.
Alkitab mencatat teladan dari Ayub, yang mengalami pencobaan yang bertubi-tubi dan berat, namun dia tidak berdosa dengan bibirnya, dia tidak komplen, tidak bersungut-sungut dan tidak mengutuki Allah.
Allah mau kita memiliki karakter iman seperti Ayub, meskipun bertubi-tubi dalam pencobaan yang berat namun Ia tetap setia dan menjunjung komitmen imannya kepada Allah. Dia tidak marah dan mengutuki Allah.
Mari kita miliki iman yang dewasa, bukan iman yang kanak-kanak. Yang bukan hanya menerima keadaan yang baik, penuh sukacita. Namun juga mau menerima pergumulan yang membuat kita tidak nyaman. Sebab Ia selalu melingkupi dan menopang setiap kita dalam suka maupun dalam duka. Selamat berefleksim Tuhan memberkati kita.
Doa
Mari kita berdoa, ya Tuhan Allah acapkali kami belum dapat mengontrol diri kami. Kami yang seringkali tidak bisa menahan amarah dan emosi ketika kami berada dititik terendah dalam kehidupan kami. Acapkali kami menyalahkan orang-orang disekitar kami bahkan menyalahkan Engkau atas apa yang terjadi dalam kehidupan kami. Ampuni kami ya Tuhan, mampukaan kami untuk boleh terus belajar dan berproses menjadi anak-anak-Mu menggunakan bibir kami hanya untuk memberkati sesama kami. Inilah ya Tuhan, kami telah berdoa. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.