KITA BERBEDA, APAKAH DAPAT BERSAMA?
Views: 0
Bacaan Filipi 2:1-11
Seringkali, berbeda menjadi alasan untuk tak dapat hidup bersama. Orang lebih memilih hidup bersama dengan mereka yang sama. Mungkin persamaan jadi memudahkan orang untuk tak menghadapi perdebatan bahkan pertengkaran. Bayangan akan adanya perasaan tak nyaman saat perdebatan dan pertengkaran membuat seseorang seringkali lebih memilih untuk tak hidup bersama dalam perbedaan.
Di tengah keinginan agar tak terdapat perdebatan dan permusuhan itu, seringkali yang terjadi malah ingin berpisah dari mereka yg berbeda. Pertanyaannya adalah, apakah mungkin segala perbedaan itu ditiadakan? Saya kita tak mungkin ya....Tuhan memang menciptakan isi dunia ini berbeda-beda, demikian juga manusia berbeda-beda; berbeda suku dan budaya, berbeda bahasa, berbeda wanta kulit, berbeda rambut, berbeda karakter, berbeda logat, berbeda pola pikir dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya. Naaah...apakah kita akan memilih untuk hidup hanya dengan yang sama dengan kita? Itu jadi tak mungkin kan?
Dalam bacaan Alkitab kita hari ini pun, jemaat di Filipi menghadapi persoalan hidup dalam perbedaan itu. Mereka bertengkar satu dengan yang lain karena adanya perbedaan di tengah mereka, lalu timbullah perpecahan. Kelompok yang satu memandang diri/kelompoknya lebih utama, sehingga mereka ingin agar semua orang berpihak pada mereka...bayangkan apa yang terjadi? Perpecahan.
Oleh karena itulah Paulus menasehati agar mandang yang lain lebih penting dari diri nya. Uaduuuuh...bagaimana ini dapat terjadi? Tentu dapat, kita diajak untuk mencontoh Kristus yang telah mengutamakan kita dibanding dirinya sendiri. Tapi tunggu dulu... untuk sampai pada tahap itu, maka dengan memandang pada Kristus, mari kita bertanya-tanya: apakah jika Kristus mengutamakan orang lain ( #kita), untuk diselamatkan, apakah itu berarti, Ia (Kristus) tak memandang bahwa dirinya sendiri berharga?.Untuk sampai pada saat seseorang memandang orang lain berharga bahkan lebih dari dirinya sendiri, tentulah ia mesti memandang dirinya sangat berharga. Dalam Hal ini, diri menjadi berharga ketika semua itu, yang dilakukan oleh diri itu, adah sesuatu yang dilakukan demi/tujuan untuk suatu yang jauuuh lebih tinggi dan mulia. Suatu yang lebih tinggi dan Mulia itu, bagi Kristus adalah "kehendakmu yang jadi" (ingat doa di taman Getsemani, ketika Yesus berdoa:
Matius 26:39
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”). Mencontoh Kristus yang mengutamakan orang lain berarti menempatkan kehendak Bapa yang utama dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat memandang berharga orang lain.
Namun sebelum sampai saat kita menghargai orang lain karena sedang mengutamakan kehendak Bapa, bukankah saudara dan saya pertama mesti merasa berharga atas diri sendiri dahulu karena sudah dikasihi dan disayangi oleh Allah?. Kita adalah umat yang dikasihinya sehingga kita tak lagi dikuasai oleh dosa yang mengikat kita dari berbagai dosa dan kelemahan kita. Hanya dengan sungguh-sungguh menghargai diri. Karena kasih Allah kepada saya lah maka saya dapat memandang kepada Kristus yang tak mementingkan diri, sehingga saya pun akan berlaku tidak memusuhi orang lain yang berbeda dengan kita, malah mengasihi mereka. Apalagi jika dalam perbedaan itu, kita bersama sedang bekerja dalam pelayanan dan pemberian diri kepada Allah.
Nah dengan kasih kita kepada Kristus, maka biarlah kita dikuasai oleh jiwa kebersamaan dalam perbedaan kita sebagai umat Allah. Mungkin mereka melakukann tugas dan panggilan hidup dan pelayanan nya di tempat atau kelompok lain, bagi kita itu tak masalah. Kita tak akan menjatuhkan atau mencari-cari kesalahan mereka karena merasa kita yang paling benar. Kita akan mengerjakan sebaik-baiknya panggilan hidup dan pelayanan kita dan bersukacita serta mendukung mereka melakukan panggilan hidup dan pelayanan mereka.
Dengan kerendahan hati kita akan saling menghargai, membangun dan mengutamakan seluruh panggilan hidup dan pelayanan itu kepada Tuhan. Jika semua pekerjaan itu utamanya untuk Tuhan, maka kerendahan hati pasti membungkus setiap motivasi, ide dan kerja yang lahir dari diri kita. Bersama-sama kita akan hidup dalam persekutuan yang terdiri dari orang-orang yang rendah hati.
Marilah kita terus melakukan panggilan hidup dan pelayanan kita bersama dengan kerendahan hati walau kita berbeda, karena semua ini kita lakukan dengan tujuan untuk kemuliaan Allah Bapa, dalam Kristus Yesus yang telah memberikan penghargaan besar bagi kita dengan menjadi Juruselamat bagi kita. Amin (LiN 20-07-2022)