JENANG ABANG PUTIH
Views: 0
Bacaan: Matus 6: 9-10
“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Jenang abang putih yang dimaksud di sini adalah bubur merah putih. Bagi orang Jawa, jenang adalah sebutan lain untuk bubur. Jenang atau bubur ini menjadi sajian khas setiap kali seseorang merayakan hari kelahirannya atau wetonan. Wetonan merupakan upacara untuk memperingati hari lahir seseorang berdasarkan pasarannya, yaitu: Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.
Menurut sejarah, jenang abang putih ini sudah ada sejak era Kerajaan Hindu. Bagi orang jawa, jenang pada umumnya dianggap sebagai makanan yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia yang paling awal. Oleh sebab itulah jenang abang putih dihadirkan ketika seseorang memperingati hari kelahirannya. Ada filosofi dan makna mendalam dari kedua warna jenang ini. Warna abang / merah dan putih ini dikaitkan dengan warna simbol pengingat bagi kehidupan. Abang menjadi simbol warna darah yang bermakna bahwa orang tersebut masih hidup. Sementara warna putih memiliki arti kesucian. Oleh karena itu, bila dilihat dari warnanya, maka jenang abang putih memiliki makna bahwa selama seseorang masih hidup, hendaknya ia senantiasa menjaga kesucian hati dan dirinya. Dengan demikian, jenang abang putih bukan hanya sajian melainkan juga permohonan kepada Tuhan agar dimampukan untuk menjaga kesucian ini.
Bagaimana agar kesucian hati dan diri ini tetap terjaga? Nah, di dalam jenang abang putih inilah disajikan caranya sekaligus, yaitu: pertama, mengingatkan tentang adanya keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan. Kedua, menegaskan adanya sikap saling menghargai dan menghormati sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dan ketiga, mengingatkan tentang adanya hubungan manusia dengan alam semesta dan makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa melalui jenang abang putih kita diajar untuk tidak hidup hanya bagi diri sendiri saja. Dengan kata lain, jenang abang putih mengingatkan manusia bahwa selama hidup, maka ia mesti mengasihi Tuhan, sesama dan semua ciptaan Tuhan yang diwujudkan dalam kesucian pikiran, perkataan dan tindakan.
Memang betul, bahwa dalam upacara wetonan ini, maka jenang abang putih akan dibagikan kepada semua tetangga. Tindakan ini menyimbolkan bahwa jenang abang bukan saja sebagai doa atau permohonan, melainkan pengejawantahan tentang hidup yang berbagi dan menjadi berkat. Doa memang seharusnya bukan hanya berupa kata-kata yang berisi permohonan, melainkan komitmen untuk bertindak agar apa yang dimohonkan itu dapat terwujud. Bukankah itu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus tentang berdoa? Tuhan Yesus mengajarkan, “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”. Sebagai anak-anak Tuhan, selain kita mendoakan tentang hadirnya Kerajaan Allah, kita diminta untuk menjadi alat dan mengupayakan agar tanda-tanda Kerajaan Allah ini hadir di muka bumi.
Oleh karena itu, memaknai hari kelahiran (termasuk GKI Kwitang) , kiranya jenang abang putih menjadi inspirasi bagi kita yang masih hidup ini untuk terus menjaga kesucian sebagai pengejawantahan relasi yang baik dengan Tuhan, sesama dan alam semesta. Khususnya agar tetap menjadi berkat dan menghadirkan Kerajaan Allah di muka bumi di tengah konteks Indonesia pasca vaksinasi covid-19. Selamat berjuang Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami bersykur karena Engkau sudah mengingatkan kami bahwa hidup itu bukan hanya untuk diri sendiri melainan harus bermakna bagi semua orang. Bahkan kami harus menjaga kesuciaan hidup kami untuk kemuliaan nama-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami. Terimaksih, Tuhan Yesus. Amin!