DIRIMULAH SANG GARAM ITU
Views: 0
Bacaan: Matius 5:13-14
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.“
Salam Damai Sejahtera dalam Kasih Kristus, Saudaraku: bapa- ibu, para muda dan anak
Apa kabarnya hari ini? Kiranya kekuatan dan sukacita dari Tuhan tetap melingkupi…
Mau masak/makan apa hari ini? Hari ini saya sarapan spring rol isi: ceplok telor, timun , sayuran wortel dikasih garam, semua supaya enak, sehat. Semua Digulung dalam rice wrap. Nah ttp masakan kita yang lain juga semua pakai garam kan agar enak. Tahukan garam tak hanya digunakan untuk masak, ttp juga untuk mengawetkan makanan. Bahkan penulis Yunani, Plutarch mengatakan Daging, jika dibiarkan begitu saja akan busuk, maka jika diberi garam akan menjaganya tetap segar. Garam sepertinya melindungi daging dari kebusukan dan menjaganya tetap awet.
Jika Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah garam dunia, Ia tentu menghendaki agar kita tetap memberi pengaruh baik di tengah dunia yang membawa pembusukan. Kita menyadari bahwa kita sering mendengar sana-sini deru dunia yang dipenuhi keburukan: keserakahan, keegoisan, perbudakan nafsu, kekerasan dan kekejaman. Bahkan harus diakui bahwa kita juga dapat terimbas karena semua itu. Inilah situasi pembusukan yang ada di sekitar kita.
Jadi siapakah yang menjadi sang garam?
Kitalah sang garam itu. Jika kita adalah sang garam, itu berarti bahwa ada berkat dan cahaya Tuhan yang memancar dari kehidupan kita, yang dapat memberi pengaruh baik bagi dunia ini. Itu semua terjadi karena kasih dan kuasa Kristus yang telah kita terima dan kita alami. Kuasa itu akan mengalir dan memancar melalui diri mu karena kuasa Kristus sendiri.
Namun sayang, seringkali, kegelapan dan kebusukan dunia yang kita alami atau dan ada di sekitar kita, membuat kita terlalu fokus dan itu mencuri konsentrasi kita pada kenyataan bahwa kita adalah garam dunia. Lalu kita menjadi kehilangan damai dan apakah tidak mungkin, jika demikian malah kita juga akan dapat mengalami pembusukan juga?; Dikuasai emosi, kesedihan, kemarahan yang mengakibatkan kehilangan damai sejahtera dan lalu sampai diri ini mengalami ‘kerusakan dan pembusukan” dll….apakah kita mau menjadi demikian?
Sekaranglah saatnya, kita diingatkan Firman Tuhan, lalu memutuskan: “saya akan fokus kembali!, Bahwa saya adalah sang garam dan terang itu, karena Kristus.” Kiranya dengan itu, kepercayaan diri kita kembali lagi, bahwa tak ada yang boleh ku ijinkan membusukkan aku, karena sebaliknya aku adalah garam itu. Kepercayaan diri seperti ini lahir dari iman kita kepada Kristus, karena Kristus terus menerus menyambut dan menerima kita apa adanya, sebagaimana diri ini. Dalam situasi ini, kita mengaku bahwa diri kita dapat berhadapan dan melihat dengan pembusukan dunia yang dapat mempengaruhi diri, namun lalu memutuskan untuk datang kepada Kristus untuk dibersihkan dari pengaruh pembusukan dunia itu dan melihat diri sebagai sosok berharga, seperti yang Kristus katakan, bahwa kitalah garam dunia itu.
Kita juga lalu dipenuhi syukur karena kasih dan cinta Tuhan kepada kita. Lalu dipenuhi syukur karena melihat berbagai kebaikan dan Cinta Tuhan yang telah ada di sekitar kita.
Sama seperti garam yang memiliki proses dalam mengasinkan, mengawetkan sehingga segala makanan itu menjadi bermanfaat dalam untuk kehidupan, demikianlah kita memandang, segala proses kebaikan sekecil apapun yang kita sebarkan untuk membawa dan memberi kebaikan dan kasih dalam kehidupan ini, akan kita hargai. Sebagaimana Tuhan menghargai setiap saat kehadiran kita sebagai garam, demikianlah kita menghargai diri kita sendiri yang dalam prosesnya terus-menerus, menjadi garam bagi dunia ini.
Kiranya dengan tetap memiliki kekuatan iman, kita bergantung dan berharap dan percaya bahwa Tuhan menopang kita untuk terus menjadi garam bagi dunia ini (LiN-RH31-08-2022)