MENJADI PENJALA MANUSIA
Views: 0
Bacaan: Matius 4:19
Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.”
Setiap hari, kita berhadapan dengan kesibukan. Seorang ibu, bangun pagi, lalu menyiapkan kebutuhan anak-anak studi, suami ke kantor lalu iapun mengerjakan tugas lainnya; di rumah atau di tempat kerjanya. Seorang suami, mungkin bersama istrinya menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan anak2nya dan istrinya, lalu iapun berangkat mengerjakan tugas-tugas pekerjaannya. Anak-anak dapat seharian penuh belajar; di sekolah/kampus, pulang mengerjakan PR, les, dsb lalu tidur. Istri pulang kerja atau pun melakukan pekerjaan yang ada, tak henti-hentinya sampai malam. Demikian pula suami, pulang kerja, lalu melakukan pendampingan kepada anak-anak (kan ndak bisa cuma istri saja kepada anak, supaya gambaran OT lengkap di mata anak-anak dan setelah itu Tuhan yang akan menyempurnakan segala sesuatunya ). Setiap orang demikian sibuk-dari hari ke hari.
Kita juga dapat membayangkan apa yang terjadi dengan para murid sebelum mengikut Tuhan. Demikian sibuknya, hari demi hari sebagai penjala ikan. Mereka dapat lupa pada dirinya sendiri, karena terlalu memikirkan apa yang akan dimakan, dipakai dan bagaimana mereka dan keluarga akan hidup. Tentu bukan tak boleh memikirkan semua hal itu tadi, namun apakah kita pernah berpikir bahwa hidup yang demikian dapat memberikan “kelelahan yang luar biasa”. Kelelahan yang tak hanya fisik, namun juga mental. Kemanusiaan kita memang membutuhkan pemenuhan kebutuhan fisik, namun cobalah bertanya pada diri sendiri: “apakah dengan pemenuhan kebutuhan fisik itu sudah cukup bagi ku?”. Segala kebutuhan fisik ini memang kita usahakan terpenuhi, dan banyak hal di dalam hidup kita membutuhkan tersedianya kebutuhan fisik, namun jika hanya kebutuhan fisik saja, kita menjadi tak adil pada tubuh/diri ini, karena hasil jawaban pertanyaan kita tadi, pastilah memberi jawab bahwa: “kebutuhan fisik dibutuhkan, namun aku juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan mental dan dan spiritual ku”.
Untuk memenuhi itu semua, kita tahu, bahwa kita membutuhkan orang di sekitar kita (terutama keluarga: suami, istri, anak, OT) untuk juga menjadi bagian dari pemenuhan kebutuhan mental dan spiritual kita, namun bersamaan dengan itu, kita juga memahami, bahwa kelkuarga kita memiliki keterbatasan, sehingga tak selalu dapat “hadir” di sekitar kita. Mereka, anggota keluarga kita, mereka juga memiliki tugas nya sendiri-sendiri juga kan?. Sebagai seorang anggota keluarga yang bijak, lalu kita memahami bahwa mereka juga memiliki tugas dan kebutuhan mereka untuk berada “sendiri”… Namun saya butuh kehadiran mereka… Atau “namun kita juga butuh pemenuhan kebutuhan pemenuhan mental dan spiritual saya…sementara keluarga saya “kurang” memberikannya…” Bagaimana ini?…
Semua itu terjadi karena kita “kelelahan”…mental dan spiritual kita lelah…
Dalam kondisi tadi, demikianlah lalu kita dapat menghayati, betapa berharganya panggilan Tuhan atas diri kita. Tuhan Yesus manggil kita untuk datang kepadaNya, untuk menerima kekuatan dan pemulihan dari kebutuhan mental dan spiritual yang “kurang” dalam diri kita, akibat kita terlalu hanya berkonsentrasi pada pemenuhan kebutuhan fisik semata. Jika kita mengingat Tuhan, maka lalu kita bersyukur bahwa Cinta KasihNya kepada kita sangatlah dalam dan tak terhingga. Tuhan Yesus telah menjadi sahabat sejati yang menerima kita apa adanya dan mau menolong dan menopang kita selalu. Ia adalah sosok kawan ajaib, yang menjadikan kita tangguh dan tak mudah jatuh dalam dosa dan rayuan duniawi semata. Untuk itulah Ia telah mengorbankan nyawa Nya demi mengasihi dan menyelamatkan kita. Jika kita mengingat itu semua, maka kita akan menjadi teguh berdiri dan berjuang dalam kehidupan dunia ini. Pencarian kebutuhan fisik di dunia, tak lagi hanya berhenti di situ saja, karena setelah mengikut Tuhan, sumber “kekuatan dan kesegaran” kehidupan kita di dunia ini, kini semua pencarian itu, berarti juga dalam kerangka kita sedang berjalan mengikutNya. Pekerjaan, tugas, studi dan sebagainya, apapun itu, kini tak hanya soal hal pemenuhan kebutuhan fisik saja namun bersamaan dengan itu, kita juga sedang berjalan mengikuti panggilanNya.
Dalam berjalan bersamaNya, lalu kita ingat apa yang Tuhan Yesus katakan dengan “kamu akan Ku jadikan penjala manusia”. Kata Tuhan Yesus ini adalah sebuah “efek” penyerta karena kita sendiri sedang berjalan mengikuti Tuhan dalam setiap bentuk kerja dan tugas, studi dll. Kita kini menyadari bahwa kita juga sedang membawa kehadiran Kristus kepada setiap orang yang kita jumpai: Istri atau suami atau anak-anak atau orang tua adalah tempat pertama yang akan mendapat pancaran dari kehadiran Kristus.
Itu menjadi panggilan yang dengan bahagia kita lakukan. Selain pengenalan pada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, pengaruh baik, pancaran sukacita, pemberian hasil kerja kita, sikap yang ramah dan dukungan serta bimbingan bahkan juga segala pemenuhan fisik yang kita berikan kepada keluarga, adalah dalam kerangka menjadikan mereka “murid Kristus”. “Kehadiran saya, membuat semua anggota keluargaku merasakan dan melihat kehadiran Kristus, lalu mereka menjadi pengikut Kristus yang setia”. Saudara dan saya akan dengan senang hati dan penuh cinta memberikan berbagai bentuk hadiah kepada istri, suami, anak-anak dan orang tua atau keluarga yang lain, karena demikianlah kini saudara telah merasakan kebahagiaan karena kehadiran Kristus dalam hidup saudara. Merekalah, keluarga kita, adalah orang-orang pertama yang layak mendapatkan kasih, cinta dan pemberian saudara. Jangan pernah lupakan dan tinggalkan keluarga dalam kebahagiaan dan keberhasilan saudara. Karena kini tugas pertama saudara adalah keluarga saudara, agar mereka merasakan kebahagiaan menjadi orang-orang yang terdekat dengan saudara. Demikianlah saudara berperan menjadikan mereka murid Kristus, melalui “kehadiran” saudara.
Setelah kepada keluarga, nah setelah itu barulah sebarkan pancaran kebaikan Tuhan kepada orang lain dan tempat dimana saudara dapat menolong, membangun dan berbagi. Di sanalah Tuhan menempatkan saudara untuk berperan. Karena mungkin saja, uluran tangan saudara kepada mereka yang lain itu, saudara-saudara kita yang lain, ternyata membantu kehidupan mereka atau malah membatu mereka bertahan hidup, lalu mereka bersyukur atas kehadiran Tuhan melalui kehadiran saudara. (Jadi…selama kehadiran kita tak membuat kita atau mereka jadi tak ingat/atau semakin dekat kepada Tuhan, maka kehadiran kita di tengah mereka harus dipertanyakan ya…)Demikianlah saudara dan saya sedang menjadi penjala manusia…
Betapa indah dan bahagianya menjadi pengikut Tuhan Yesus dan menjadi penjala manusia. (LiN-RH-07-09-2022)