SUPIT URANG
Views: 0
Bacaan: Mazmur 25:10
“Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
”Supit urang” merupakan salah satu istilah dalam taktik peperangan zaman Kerajaan Mataram dahulu. Secara hurufiah, ‘supit urang’ berarti capit udang. Ya betul, taktik perang ini terinspirasi dari cara udang dalam mencari mangsa. Udang akan memojokkan mangsa dengan kedua capitnya sebelum menangkap dan menyantap mangsa itu. Dengan demikian, taktik ‘supit urang’ ini merupakan taktik mengepung lawan dari berbagai penjuru, sehingga pasukan musuh akan terjebak di tengah dan dapat lebih mudah untuk dihancurkan. Agar taktik ini dapat berhasil, maka ada sebagian pasukan yang harus melalui jalan berputar dan jaraknya pasti lebih jauh, namun akan lebih efektif memenangkan perang.
Di tengah kondisi macet di jalanan yang dijumpai, kadangkala kita memilih rute berputar – walau dengan risiko jarak tempuh lebih jauh, sepertinya dapat menjadi pilihan terbaik agar waktu tempuh bisa menjadi lebih cepat. Ya, dalam hal ini berputar tidak diartikan sebagai upaya menghindari persoalan, melainkan justru upaya dalam menghadapi dan mengatasi persoalan secara efektif dan efisien. Untuk dapat menemukan dan memilih rute yang memutar ini memang membutuhkan pengenalan yang baik atas wilayah yang kita lalui. Bagaimana kalau tidak terlalu mengenal daerahnya? Untuk saat ini kita tidak perlu terlalu kuatir karena ada alat bantu yang dapat menolong kita untuk mencari alternatif jalan memutar yaitu dengan teknologi GPS atau global positioning system.
Dalam menghadapi persoalan hidup, kadang dibutuhkan taktik ‘supit urang’. Perlu mengambil jarak terlebih dahulu dari persoalan itu sembari berputar mencari jalan melingkar – dengan catatan: pasti akan lebih jauh jaraknya. Semua upaya itu dilakukan agar kita bisa lebih memahami persoalan – seperti apakah – yang sedang kita hadapi, kekuatan seperti apa yang kita miliki, strategi apa yang akan kita gunakan dalam menghadapi persoalan itu, baru setelah itu kita akan berupaya menghadapi dan menyelesaikan persoalan itu. Jalan melingkar menjadi alternatif dalam menyelesaikan persoalan.
Dalam menghadapi persoalan kehidupan itu tentu membutuhkan kesabaran dan kesediaan untuk berproses. Akan tetapi semua itu merupakan cara agar kita dapat memahami bagaimana sesungguhnya Tuhan membentuk kita supaya mengenal rancangan-Nya dengan lebih baik. Dan pada akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan yang baik. Pemazmur bersaksi, “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya”. Daud menghayati setiap pengalaman kehidupannya sebagai cara Tuhan untuk membentuk diri dan imannya. Ia pernah jatuh ke dalam dosa, dan ia bersedia bertobat. Ia juga pernah mengalami situasi yang terbuang, namun ia merasakan pertolongan Tuhan yang menyelamatkan. Sampai pada akhirnya, Daud berani mengakui imannya bahwa jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran.
Bagi kita yang sedang menghadapi berbagai macam persoalan, mari kita belajar dari sikap Daud ini. Mungkin kita perlu mengambil jarak sementara waktu dengan persoalan itu agar dapat memberikan evaluasi atas apa yang sudah kita lakukan, sekaligus mengatur strategi yang terbaik supaya dapat menghadapi persolan secara efektif dan efisien. Mungkin kita perlu memakai taktik ‘supit urang’ dengan bersedia mengambil jalan berputar yang lebih jauh namun untuk memenangkan ‘pertempuran’ dengan lebih cepat. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Terimakasih, ya Tuhan, karena Engkau telah mengingatkan kami tentang jalan dan rancangan-Mu. Kami yakin bahwa Engkau menuntun kami ke dalam kebaikan. Terpujilah Nama-MU, ya Kristus. Amin.