KELUARGA YANG BAHAGIA
Views: 0
Bahan: Yosua 24:15,
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN.
Memandang kehidupan keluarga yang hidup mewah, maka terbesit kata hati kita: “Bahagia sekali hidup mereka.” Seorang teman mengundang saya dan isteri makan di sebuah rentoran, teman ini juga suami isteri dan dua anaknya yang masih kecil. Teman ini berkata: tadinya saya mau pesan sup sirip ikan hiyu, tetapi yang ada hanya sup sarang burung, yang harganya 250 ribu rupiah semangkok, itu pada akhir tahun 1990. Sebelum kami berpisah dia memberikan saya rangkaian Mutiara yang diikat menjadi bross salib, yang biasa disematkan dikantong kemeja. Saya berkata dalam hati, alangkah bahagianya keluarga mereka itu. Teman saya ini usaha budidaya mutiara di laut banda, Maluku, yang berbulan-bulan meninggalkan keluarganya. Satu waktu saya ditelepon isteri teman itu datang ke rumahnya, ternyata mereka berkelahi karena teman ini berselingkuh di tempat kerjanya dan dia pulang karena terserang stroke. Dalam kunjungan itu yang bisa saya lakukan, hanya ajakan berdoa.
Bahan renungan kita adalah kalimat pidato Yosua, membarui janji Tuhan kepada umat Israel. Dalam pimpinan Yosua sesuai dengan firman Tuhan, umat Israel telah menduduki tanah Kanaan, semua suku telah mendapat tanah menjadi milik pusaka mereka. Dengan situasi negeri yang aman, kehidupan yang berkecukupan, Yosua menyampaikan suatu pilihan kepada umat Israel, pilih: “ya atau tidak hidup bersama Tuhan.” Untuk pilihan ini Yosua memberi penjelasan yang cukup luas dan mendalam tentang kuasa, kasih, kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan terhadap bangsa itu, tidak ada yang ditutup-tutupi. Bagaimana Tuhan mengalahkan bangsa-bangsa yang hendak menghambat perjalanan mereka. Tiba saatnya mereka memiliki negeri dan semua suku mendapat tanah, untuk dihuni dan diusahakan untuk pertanian gandum, anggur, pohon saitun dan pohon ara dan korma, padang rumput penggembalaan telah tersedia, sumur-sumur bisa mereka gali mendapat air. Bangsa itu telah menduduki negeri yang berlimpah susu dan madunya, ada daerah danau yang berlimpah ikan, dst; semua itu anugerah Tuhan, alangkah bahagianya mereka. Tetapi dengan situasi ini bangsa Israel bukanlah seperti kuda lepas kandang, hidup semaunya, ada rencana keselamatan dunia yang dituntun oleh firman Tuhan dan aturan-aturan hidup agar mereka memuliakan Tuhan, yang berbeda dengan bangsa lain. Harus dipahami, bahwa semua kebahagiaan itu menjadi milik mereka selama mereka hidup sesuai dengan firman dan hukum Tuhan. Bila mereka minggalkan Tuhan, maka pedang, sengsara, kebinasaan yang mereka dapat.
Tema kita berbunyi: KELUARGA YANG BAHAGIA, berlandaskan renungan kita, untuk mendapat kebahagiaan sejati, Yosua berkata: Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN. Hidup menyongsong susu dan madu akan diperolehnya dengan beribadah kepada Tuhan. Kemewahan sangat rapuh dan lemah sebagai dasar meraih kebahagiaan, mutiara yang banyak tidak mampu memberi kebahagiaan. Beribadah dan takut akan Tuhan dengan hidup seturut firman dan hukum Tuhan, itulah sumber meraih kebahagiaan “KELUARGA YANG BAHAGIA.”
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Bahagiakah keluarga Anda? Kalo tidak apa halangannya, apa yang kurang?
- Hal apakah yang menghambat kebahagiaan keluarga Anda?
- Yosua berkata: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN,” sudahkah terjadi di keluarga Anda seperti teladan Yosua?
Mari berdoa.
Ya Tuhan, ajarilah kami membangun dan menjalankan hidup keluarga kami menurut firman-Mu. Bahagia untuk keluarga kami adalah suatu perjuangan, karena banyak godaan menawarkan bahagia duniawi, dengan melanggar dan meninggalkan firman Tuhan yang mendatangkan kebinasaan. Allah Roh Kudus, karuniakan hikmat yang memimpin kami menurut firman Tuhan untuk kebahagiaan keluarga kami. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin. [AS311022]