RUJAK CINGUR
Views: 0
Bacaan: Pengkhotbah 3:11
”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Rujak cingur adalah salah satu makanan tradisional yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur, terutama daerah asalnya Surabaya. Dalam bahasa Jawa kata cingur berarti “mulut”, hal ini merujuk pada bahan irisan mulut atau moncong sapi yang direbus dan dicampurkan ke dalam hidangan. Rujak cingur biasanya terdiri dari irisan beberapa jenis buah seperti timun krai (yaitu sejenis timun khas Jawa Timur), bengkuang, mangga muda, nanas, kedondong, kemudian ditambah lontong, tahu, tempe, bendoyo (timun krai yang direbus), cingur, serta sayuran seperti kecambah/taoge, kangkung, dan kacang panjang. Semua bahan tadi dicampur dengan saus atau bumbu yang terbuat dari olahan petis udang, air matang untuk sedikit mengencerkan, gula/gula merah, cabai, kacang tanah yang digoreng, bawang goreng, garam, dan irisan tipis pisang biji hijau yang masih muda (pisang klutuk). Semua saus/bumbu dicampur dengan cara diulek, itu sebabnya rujak cingur juga sering disebut rujak ulek.
Untuk menyajikan hidangan rujak cingur yang lezat, maka digunakan dua jenis petis sebagai bumbunya yaitu petis yang hitam yang paling enak dan petis kecoklatan yang terbilang kurang enak. Mengapa harus ada 2 jenis petis di dalam seporsi rujak cinngur? Rupanya, jika dibuat hanya dengan menggunakan petis hitam yang berkualitas tinggi ternyata justru menghasilkan rujak yang kurang lezat bahkan cenderung membuat eneg. Untuk itu perlu diseimbangkan dengan penggunaan petis kecoklatan yang kurang enak. Hal ini merupakan salah satu cara untuk bisa mendapatkan rujak dengan citarasa yang pas di lidah dan nikmat.
Menyantap rujak cingur mengingatkan kita bahwa hidup tidak senantiasa berada dalam waktu dan kondisi yang enak saja, melainkan kadang menghadapi masa dan keadaan yang tidak enak. Akan tetapi kedua situasi itu telah membentuk diri kita menjadi seperti sekarang ini. Berada di dalam saat yang baik dan buruk senantiasa menjadi cara kita untuk senantiasa “eling lan waspodo” – ingat dan senantiasa waspada. Kita tidak selalu ada dalam waktu dan suasana yang enak, supaya tidak menjadi sombong dan mentang-mentang. Sebaliknya kita tidak selalu ada di dalam masa dan kondisi tidak enak, supaya tidak bersungut-sungut dan melupakan Tuhan. Petis hitam dan petis coklat di dalam rujak cingur mengingatkan kita pada nasihat penulis kitab Pengkhotbah, bahwa segala sesuatu ada masanya dan untuk apapun di bawah langit ada waktunya. Betul! Penulis Kitab Pengkhotbah menyebut bahwa ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari.
Pengkhotbah menasihati agar kita berhati-hati dan bijak dalam mengunakan kesempatan yang telah diberikan Tuhan. Jangan sampai kehilangan kesempatan dengan sia-sia. Setiap kenikmatan hidup sebagai pemberian dari Allah hanya dapat dirasakan pada saat kita memiliki hubungan yang benar dengan Dia. Oleh karena itu kita mesti selalu menempatkan Dia sebagai Tuhan dan Allah. Lebih jauh pengkhotbah menyebutkan, ”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”. Pengkhotbah mengingatkan bahwa Allah telah memberikan kekekalan dalam hati manusia. Kekekalan adalah kesadaran sejarah masa lampau, masa kini sampai masa depan. Meskipun masa depan itu kita tak tahu yang harus kita hadapi. Sebab manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Marilah kita nikmati keindahan yang telah terima di sepanjang kehidupan ini dengan tetap menyongsong masa depan yang disediakan oleh Allah bagi kita.
Seporsi rujak cingur kali ini, mengajak kita agar bijak melihat dan menjalani kehidupan apapun waktu dan keadaannya. Baik atau buruk situasi yang kita alami, kita harus tetap yakin bahwa Tuhan membuat semua indah pada waktunya. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga
Doa:
Tuhan, ajarlah kami bijak dalam menjalani kehidupan kami, sehingga kami dapat menghayati keindahan pertolongan Tuhan yang diberikan tepat pada waktunya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.