AYAM INGKUNG
Views: 0
Bacaan: Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Ayam ingkung dikenal sebagai komponen pokok dalam tumpeng, sehingga sejarahnya pun memang tidak terlepas dari sejerah perkembangan tumpeng. Ayam ingkung merupakan sajian dari ayam utuh yang dihidangkan bersama jeroannya. Ketika disajikan ayam ingkung dibentuk seperti sedang menyembah (meringkuk) dengan kepala yang menoleh kebelakang. Keberadaan ayam ingkung itu tentu bukan hanya sebagai pelengkap atau lauk pauk saja, melainkan ada makna yang hendak disampiakan, yaitu:
Pertama, nama ingkung. Kata ingkung diambil dari kata manengkung, sebuah kata dalam bahasa Jawa kuno yang memiliki arti bersujud atau berdoa kepada Tuhan dengan kesungguhan hati. Nama ‘ingkung’ ini menggambarkan jika berada dihadap Yang Maha Kuasa, manusia harus menunduk atau merendah dan berdoa kepada-Nya.
Kedua, bentuk ketika disajikan. Terkait dengan nama ingkung tadi, maka saat disajikan ayam dibentuk meringkuk mengambarkan seseorang sedang bersujud. Bentuk ini mengingatkan agar manusia senantiasa berserah diri kepada Tuhan dan selalu memohon pengampunan-Nya. Kepala yang menoleh kebelakang menyimbilkan manusia yang harus selalu ingat tentang apa yang sudah dijalani sehingga dapat senantiasa memiliki rasa syukur terhadap sesuatu yang telah dimiliki.
Ketiga, material ayam yang digunakan. Ayam merupakan binatang yang punya banyak manfaat, baik sebagai hewan peliharaan, sumber pendapatan, sekaligus bisa dimanfaatkan menjadi makanan. Ayam juga merupakan hewan yang tidak melahap semua makanan yang diberikan padanya. Ia akan memilih dan memakan mana yang baik dan meninggalkan makanan yang buruk. Oleh karena itu, ayam di sini menyimbolkan agar sepanjang hidupnya, manusia dapat menjadi berkat bagi semua orang. Dan untuk itulah, manusia mesti dapat memilih dan memilah mana yang baik dan buruk.
Keempat, ayam jantan. Ayam jantan seringkali dipakai untuk menggambarkan sifat angkuh, congkak, tidak setia dan merasa menjadi pemenang. Oleh karena itu mengolah ayam jantan dapat diartikan sebagai menghindari sifat buruk yang dilambangkan oleh ayam jantan ini. Alih-alih berlaku sombong, manusia harus manengkung.
Ayam ingkung mengingatkan kita agar selalu dapat menggunakan seluruh hidup kita ini agar dapat bermanfaat dan menjadi berkat bagi sesama. Maksudnya adalah supaya manusia dapat memiliki karakter yang baik; seperti: rendah hati, dapat memilih yang baik dan meningggalkan yang buruk, selalu bersyukur dan berserah kepada Tuhan. Selain itu, manusia juga dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain. Rasul Paulus mengingatkan kepad aJemaat di Roma, demikian, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. Ibadah yang sejati memiliki dua aspek, yaitu: perama, menjalin komunikasi dengan Allah dalam kehidupan pribadi dan komunal (kebersamaan). Dan kedua, kita harus memiliki komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepada diri kita.
Kiranya sajian ayam ingkung kali ini mengingatkan kita agar menjadi anak-anak Tuhan yang rendah hati, mampu bersyukur, melakukan yang baik dan benar, serta menjadi berkat di manapun kita berada. Dengan demikian, maka kehidupan kita dapat menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Kami mengucapkan syukur karena Engkau melimpahkan berkat keselamatan dan kehidupan kepada kami, ya Tuhan. Oleh karena itu kami rindu untuk memberikan kehidupan kami ini sebagai persembahan hidup bagi kemuliaan Nama-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terpujilah Engkau, ya Tuhan Yesus. Amin.