NANAS MADU
Views: 0
Bacaan: Kolose 2:6-7
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Siapa tidak kenal dengan nanas madu? Buah ini dijajakan di banyak ruas jalan di Jakarta. Nanas madu sering juga disebut sebagai nanas Pemalang karena memang berasal dari Pemalang Jawa Tengah. Nanas madu memiliki ciri fisik lebih mungil dibandingkan dengan nanas dari daerah lain seperti nanas Subang maupun nanas Palembang. Nanas madu ini hanya berukuran 400gr sampai dengan 700gr, namun demikian memiliki rasa yang lebih manis, cukup kandungan airnya serta bagian tengah buah yang tidak tebal dibandingkan dengan jenis lainnya.
Merujuk pada Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Nanas Madu Pemalang yang disusun Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Pemalang Tahun 2022, nanas madu ini bukan tanaman asli Pemalang, melainkan berasal dari Bogor, yaitu: nanas jenis ‘queen’. Nanas tersebut dibawa oleh tokoh masyarakat Desa Beluk, Kecamatan Belik, Pemalang pada tahun 1942. Sampai di Beluk, mahkota buahnya dibuang di pekarangan rumah. Ternyata mahkota buah itu tumbuh. Karena tumbuh dan berkembang dengan baik, maka tanaman nanas kemudian dijadikan tanaman konservasi di daerah perbukitan setempat yang rawan longsor, sekaligus dibudidayakan. Pada tahun 1975, tanaman nanas Queen itu berkembang secara alami di Desa Beluk dan desa-desa sekitarnya. Namun di Pemalang, buah nanasnya memiliki rasa yang sangat manis, dengan ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nanas pada umumnya.
Bentuk dan rasa dari nanas madu Pemalang ini sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis dan kelembapan udara yang tetap terjaga dengan adanya embun – bahkan saat kemarau sekalipun. Media penanaman nanas ini juga berbeda jika dibandingkan dengan wilayah lainnya, yakni dengan media batu. Oleh sebab itulah sebelum dikenal sebagai nanas madu Pemalang, nanas ini dikenal sebagai nanas batu. Memang benar bahwa Kondisi tanah memang merupakan salah satu faktor penting dalam proses budidaya tanaman. Tanah berperan sebagai tempat tumbuh tegak tanaman, tempat persediaan air, udara, dan unsur hara, serta tempat hidupnya organisme yang mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pertumbuhan dan perkembangan nanas madu Pemalang ini, mengingatkan tentang jati diri kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus. Agar dapat memiliki karakter seperti Kristus, maka kita juga harus berakar dan bertumbuh di dalam Dia. Rasul Paulus mengingatkan, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. Bila kita ingin selalu menghidupi dan menghayati karakter Kristus di dalam hidup kita, maka kita memang harus berakar dan dibangun di atas Dia. Seberapa banyak “nutrisi” yang kita serap melalui relasi yang akrab dengan Kristus akan menentukan bagaimana kita menghidupi karakter Kristus itu setiap harinya.
Saudaraku, kiranya kisah seputar nanas madu ini dapat kembali mengingatkan kita untuk selalu memiliki relasi yang akrab dengan Kristus sehingga kita dapat berakar dan bertumbuh di dalam Dia. Dengan demikian, maka kita dapat menyatakan Kristus melalui hidup kita. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk selalu dekat dengan-Mu agar kami dapat menyatakan Engkau melalui hidup kami. Kiranya roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.