MENGADAKAN DAMAI
Views: 0
Bacaan: Yakobus 3: 13-18
Salam sejahtera semoga GKI Kwitang yang berusia 94 tahun, semakin dimampukan Tuhan menjadi gereja yang berbuah, kebenaran ditabur dalam damai untuk mengadakan damai, seperti ungkapan dalam Yakobus 3:18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
Henri Nouwen menulis tentang perjuangan pribadinya untuk spiritualitas dan kerukunan, tetapi ia tahu spiritual kasih dan harapan mengandung pengertian sosial. Ia mengerti bahwa perjuangan ini memerlukan solidaritas dengan orang-orang pinggiran, kasih setia kepada musuh, dan berdamai dengan sesama, semua orang sebagai saudara sendiri (John Dear, Henri Nouwen Karya Untuk Perdamaian dan Keadilan, Kanisius, 2004). Ia rindu sekali untuk berbicara kepada mereka yang berputus asa, bahwa Allah mengasihi mereka. Ia mempunyai keinginan yang membara menyebarkan perdamaian dan keadilan yang dijiwai Injil. Perjuangan perdamaian dan keadilan adalah faktor yang utuh dalam kehidupan spiritualitas.
Ada gagasan manusia yang mau menyelamatkan dunia, dengan membunuh jutaan orang melalui peperangan, konflik, kekerasan, gagasan ini sangat tidak masuk akal, tidak bijak dan tidak berbudi. Mengapa orang membunuh, menganiaya, memperlakukan tidak adil orang lain? Karena mereka tidak melihat orang lain sebagai saudara, tapi sebagai musuh.
Mengadakan perdamaian memerlukan kehidupan doa, melakukan perlawanan terhadap kekuatan kekerasan, menciptakan perdamaian dengan mengutamakan persamaan. Para pembawa damai perlu membentuk, bergabung, dan hidup di dalam masyarakat yang aktif dalam antikekerasan. Perdamaian membutuhkan sumber kehidupan dan lapangan pekerjaan untuk yang miskin dan hancur. Kehidupan spiritual yang memperjuangkan perdamaian dan keadilan, jauh melampaui tugas ibadah minggu dan ibadah lainnya. Spiritualitas bukan sekedar mengalami kasih Allah secara pribadi, tapi bekerjasama dalam kasih secara aktif dengan semua manusia.
Manusia adalah anak Allah yang saling bersaudara. Semangat bersaudara berarti berjuang untuk perdamaian dan keadilan, tidak dilakukan sendiri-sendiri tapi bersama berjuang. Individualisme mengganggu upaya untuk bersahabat dan bersaudara. Tanpa sebuah komunitas, orang tidak akan mampu mewujudkan perjuangan perdamaian dan keadilan. Tingkah laku individual dengan menjadi pahlawan, tidak akan membawa pendamaian. Memperjuangan perdamaian hanya melalui kebersamaan iman. Kalau sendiri-sendiri akan lemah, tapi bersama-sama akan ada perlawanan gigih, bahkan pada saat keadaan lemah dan putus asa. Perjuangan perdamaian dan keadilan akan tidak tahan lama, jika berjuang sendirian. Berjuang untuk perdamaian dan keadilan perlu bekerja sama, karena dalam kebersamaan orang saling menguatkan, saling mendukung, sehingga perjuangan bisa tahan lama. Tanpa kebersamaan kita akan terperosok dalam luka derita.
Untuk mengadakan perdamaian, orang mencari persahabatan dengan Yesus. Hanya dengan menjadi milik Yesus dan hanya dalam kuasa penebusan Yesus kita dimampukan melawan kuasa jahat, kuasa iblis, yang menghancurkan. Orang yang berada di luar nafsu dunia, dapat masuk ke dalam dunia secara bebas membawa dan mengadakan damai. Hanya orang yang teratur mempelajari kitab suci, beribadah, tekun mendengar sabda Yesus, dan melakukannya, mengembangkan doa hening, maka persahabatan dengan Yesus akan terjalin. Usaha untuk mengadakan perdamaian tumbuh dari kehidupan yang merenungkan dan bersekutu dengan Allah. Ketika kita membawa damai yang bersumber dari Injil, maka kita akan hidup dalam berkat Allah dan menjadi anak-anak Allah. Kita makin kokoh bekerja untuk perdamaian dan keadilan demi mencari Allah dan Kerajaan Allah. Kita makin mau melakukan kehendak Allah yaitu mencari perdamaian, melawan ketidakadilan, dalam bimbingan Roh Allah, dalam jalan Allah.
Orang perlu mengalami perubahan pribadi dalam melakukan perjuangan demi perdamaian dan keadilan yang diperintahkan Yesus. Hanya orang – orang yang benar-benar tahu bahwa dirinya dikasih Yesus dan bersukacita di dalam kasih itu, akan dimampukan mengadakan perdamaian.
Orang yang memperjuangkan atau mengadakan perdamaian dan keadilan, adalah orang yang bijak dan berbudi, mempunyai cara hidup yang baik, menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan (Yakobus 3:13-14). Orang yang menjalani kehidupan dengan kasih karunia Allah, yang indah, maka ia dapat membuktikan kepada semua orang bahwa kelemahlembutan berkuasa sebagai kekuatan yang mengendalikan di dalam hatinya. Jika orang dikuasai kepentingan diri sendiri, ambisi pribadi maka ia akan menuntut segala sesuatu dalam kesombongan diri, sehingga ia berani melakukan dusta, menggunakan berita palsu dan melawan kebenaran.
Orang bisa berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan, kebenaran, perdamaian dan keadilan, namun ketika orang mementingkan diri sendiri, meminta upah dihormati, maka akan timbul iri hati. Orang yang berambisi, mementingkan diri sendiri akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Orang yang mementingkan diri sendiri, tidak mau bekerjasama, akan muncul dosa sombong, memegahkan diri sendiri. Orang ini memegahkan diri sendiri ketika mengambil keputusan, merasa diri tinggi, paling berkuasa ketika memperlakukan orang yang lebih lemah dari dirinya. Orang yang memegahkan diri akan tergoda untuk membenci orang, memarahi orang, menyingkirkan orang seperti yang dilakukan orang Farisi dan Ahli Taurat, yang menyingkirkan orang lemah, miskin, berdosa, bersalah. Kalau sudah memegahkan diri, marah, menyingkirkan orang, sulit untuk membawa dan mengadakan damai. Membawa damai dan keadilan hanya dalam sikap rendah hati, lemah lembut, bijak, berbudi, tidak memihak, tidak munafik.
Marilah kita mengadakan damai, dengan membangun serikat persaudaraan yang teguh. Kita makin disempurnakan persatuan di dalam Tuhan. Kita bersama-sama maju, dikuatkan iman untuk mengadakan damai dan sejahtera, dengan pengasihan seperti ungkapan KJ. 249 ayat 1. Serikat persaudaraan, berdirilah teguh! Sempurnakan persatuan di dalam Tuhanmu. Bersama-sama majulah, dikuatkan iman. Berdamai, bersejahtera, dengan pengasihan. Amin
Berdoa:
Ya Tuhan mampukan jemaat GKI Kwitang yang berusia 94 tahun, menjadi gereja yang berbuah, kebenaran ditabur dalam damai untuk mengadakan damai. Mampukan kami berjuang mengadakan perdamaian, sejahtera dan keadilan dalam persaudaraan yang teguh, dan maju bersama-sama dalam persekutuan iman yang makin kuat. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.