SABAR DAN MEMAAFKAN
Views: 0
Bacaan: Amsal 19: 11
Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.
Salam Damai Sejahtera dalam kasih Kristus bagi sahabat: bapa-ibu, para muda dan para anak
Senang bisa berjumpa kembali dengan sahabat semua dalam renungan harian GKI Kwitang, bersama saya Pdt Lindawati Niman. Doa saya sahabat dipenuhi kekuatan dan limpahan kasih karunia Tuhan.
Sahabat, kita sering kali menjadi begitu marah dan kecewa mendengar kabar burung yang disampaikan kepada kita yang menurut diri kita itu tak benar kenyataannya. Namun bayangkanlah jika kita membiarkan diri ini terus menerus dikuasai kemarahan dan kekecewaan, tentu hidup kita menjadi tak menyenangkan bukan? Lagi pula yang terjadi seringkali adalah bahwa iia yang menyebarkan berita justru sedang memiliki kesusahannya sendiri yg lebih besar. Selain itu, keadaan seperti itu, dapat juga melahirkan penyakit fisik baru atau memperparah yang telah ada. Kita tentu tak menghendaki terjadi
Pada kita. Tahukah? Semua itu dapat kita “lihat”, ketika akal budi kita bekerja. Oleh karena itulah kita perlu mencari jalan dan cara, agar kemarahan dan kekecewaan itu tak berlangsung terus menerus.
Untuk dapat menanggulanginya, Alkitab menujukkan jalannya pada kita; salah satunya yakni dengan menjadi panjang sabar dan memaafkan pelanggaran. Jika kita berakal budi, kita tentu memahami bahwa, entah bagaimana, ada saja orang-orang di sekitar kita yang dengan alasan mereka sendiri (yang seringkali justru menunjukkan mereka yang sedang memiliki persoalan), mencari-cari cara agar dapat mengatakan dan menyebarkan yang tidak benar tentang kita. Jika yang mereka lakukan itu soal hukum, dan kita bersedia dan siap menghadapi proses hukumnya, maka ya, silahkan masuk ke dalamnya. Namun seringkali kita tak perlu atau tak mau memasuki proses hukum untuk menyelesaikannya. Nah apa yg harus kita buat? Sabar dan memaafkan. Dalam Kitab amsal ini, kita diajari untuk menjadi sabar dan memaafkan bukan karena kita bodoh dan membiarkan kebodohan dan kejahatan merajalela, namun itu disebabkan justru karena kita memiliki Akal budi.
Apakah akal budi itu? Wikipedia menyejajarkannya dengan:akal sehat dan nalar umum. Penilaian yang masuk akal untuk memahami dan menilai untuk dasar bertindak. Ini berbeda tentu dengan hewan yang hanya didasari pada nafsunya: marah, lapar, dlm. Akal budi ini hanya dimiliki manusia. Jadi, jika Amsal mengajarkan agar manusia memakai akal budinya, maka itu semua pastilah dari “pengalamannya” yang membuatnya menjadi bijaksana sehingga ia dalam bertindak mengenakan akal budinya terutama, lalu setelah proses yang terjadi, semuanya membuatnya membuatnya sabar dan memaafkan pelanggaran.
Dalam hal sabar dan memaafkan pelanggaran, mengapa kita yang menggunakan akal budi menjadi demikian?. Hal pertama yang membuat kita mau menggunakan akal budi dan menjadi sabar dan juga mau memaafkan adalah karena kita menyadari bahwa kita juga bukan manusia sempurna. No body perfect. Harapannya setelah sabar lalu memaafkan, kita tak berlaku seperti manusia yang tak berakal budi, yakni menyebarkan/melampiaskan amarah kita di tempat lain. Atau dengan sengaja menyebarkan isyu di tempat lain, untuk memuaskan kemarahan kita. Jika demikian, apa bedanya kita dengan hewan yang tindakan kita berdasarkan nafsu?. Oleh karena itu kesabaran dan pengampunan bagi kita orang beriman, mestinya dibarengi dengan akal budi yang mau “melepaskan” ( release) segala kemarahan itu. Dalam kesabaran dan pengampunan itu, kita tak diikat/dikuasai kemarahan.
Release, bagi kita dapat terjadi ketika kita menghayati sungguh bahwa kita sangat dikasihi oleh Tuhan Allah kita. (Jika memerlukan, silahkan datang pada Healing Group Ministry, pada setiap kamis malam di GKI Kwitang). Dengan menghayati rengkuhan kasihNya bagi kita, kita menjadi kuat dan tenang. Lalu kitapun dapat mengampuni karena kita juga telah diampuni melalu rengkuhan kasih Kristus bagi kita. Semua pemahaman ini membutuhkan akal budi sebagai orang-orang beriman.
Nah sahabat, marilah kita menghidupi kasih dan kebaikan Tuhan Allah dalam Kristus Yesus, lalu hiduplah dalam damai dengan sabar dan penuh pengampunan seorang kepada yang lain. Tuhan bersama kita (LiN-RH,30 -8-2023)