SAWANG SINAWANG
Views: 0
Bacaan: Galatia 6:4 (TB – 2)
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, baru ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Sawang sinawang merupakan ungkapan dalam bahasa jawa. Arti harafiahnya adalah ‘memandang dan dipandang’. Lengkapnya adalah “sejatine urip kuwi mung sawang sinawang”. Yang artinya: sejatinya hidup itu hanyalah persoalan tentang bagaimana seseorang itu memandang / melihat kehidupan dan dipandang saja”. Dalam ungkapan tadi terkandung sebuah pengingat bahwa seringkali kita terjebak pada sikap “memandang orang lain” dan / atau “dilihat oleh orang lain”. Hal itu berarti bahwa seringkali kita terjebak pada sikap membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Sikap sawang sinawang ini tanpa sadar telah membelenggu seseorang menjadi iri hati terhadap orang lain. Dan iri hati itu dapat memunculkan kebencian, permufakatan jahat untuk menjatuhkan orang lain, dan lain-lain.
Sawang sinawang bukanlah untuk memaklumkan keadaan diri, melainkan upaya refleksi melihat ke dalam. Sikap ini merupakan sikap kewaspadaan agar kita tidak berambisi untuk memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain dengan segala macam cara. Dengan sawang sinawang ini maka seseorang diajak untuk dapat mengukur diri sendiri.
Dalam suratnya kepada Jemaat di Galati, Rasul Paulus mengajak anggota jemaat untuk tidak saling membadingkan diri. Paulus mengingatkan bahwa Tuhan memberikan berkat dan tugas yang berbeda-beda kepada anggota jemaat sesuai dengan kapasitas masing-masing. Paulus menyebutkan, “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, baru ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain”. Dengan memperhatikan nasihat Paulus ini, maka apa yan menjadi tanggungjawab kita adalah mengelola berkat Tuhan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya dan mengemban tugas yang diberikan Tuhan itu dengan kesetiaan sepenuhnya. Berdasarkan nasihat Paulus ini, maka sudah semestinya kita tidak terjebak untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain dalam hal apapun juga.
Saudaraku, Anda dan saya tentu memiliki talenta yang berbeda. Oleh karena itu, marilah kita menggunakan setiap talenta yang diberikan Tuhan itu dengan baik dan bertanggungjawab. Sehingga tidak terjebak pada ‘sawang sinawang’ dalam artian membanding-bandingkan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Kami menyukuri setiap talenta yang Engkau berikan kepada kami, ya Tuhan. Oleh karena iu, kami rindu untuk mengelola talenta itu agar dapat menjadi berkat tanpa terjebak pada sikap membanding-bandingka. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.