ALLAH HADIR
Views: 0
Bacaan: Imamat 26: 1-13
Salam sejahtera kiranya kita makin menyadari bahwa Allah hadir di tengah-tengah hidup, pekerjaan, dan tugas kita. Hati Allah tidak muak melihat kita umatNya, ketika kita mau mengingat dan melakukan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari kita, seperti ungkapan dalam Imamat 26:11-12 Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengah-tengahmu dan hati-Ku tidak akan muak melihat kamu. Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku.
Orang yang sibuk dengan berbagai urusan membuat hidup bertambah tidak tenang. Ketika kita terlalu sibuk, kita lupa mana yang paling penting, kita lalai untuk hal yang paling penting, dan ini merusak hati kita. Karena itu Alkitab mengulangi perintah mengasihi Allah berkali-kali karena manusia mudah melupakan, lalai, tidak mengakui Tuhan dalam hidup. Hal yang paling penting bagi hati kita adalah memahami, menghayati tentang Allah yang hadir dalam hidup, dalam hati, jiwa, pikiran kita.
Membangkitkan dalam diri kita rasa penghargaan terhadap kenyataan yang hidup, bahwa Allah hadir. Dalam Alkitab dijelaskan tentang Allah yang bekerja dalam dunia. Kita membangkitkan dalam pikiran bahwa Allah hidup dan berkarya di dunia. (Masao Takenaka, Nasi dan Allah, BPK Gunung Mulia, 1993).
Dalam Imamat 26:1-3, dijelaskan bahwa Allah yang hadir itu kudus, mulia, terhormat, dihargai sebagai yang utama, terpenting bagi hati, jiwa pikiran kita. Ketika kita sedang mencari uang, materi, jabatan, kekuasaan, kebutuhan duniawi, maka Allah yang pertama dan utama, terpenting untuk dihargai, dihormati, disembah, bukan yang lain. Allah juga hadir dalam pergumulan di pesta pernikahan seperti di Kana. Menghargai kehadiran Allah karena kita mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, pikiran, perbuatan kita. Kita setiap saat memelihara relasi, bersama dengan Tuhan. Kita mengingat Allah dan kekuasaan Allah yang besar ditengah kesibukan kerja kita, setiap saat. Bukan uang, materi, orang penting, pengetahuan, teknologi yang sangat berkuasa dalam hidup kita. Kita membangun relasi dengan Tuhan berarti kita mengingat, merenungkan setiap saat ketetapan, kehendak, perintah, peraturan dan rencana Tuhan. Kita berpegang pada perintah Tuhan dan melakukan, sebagai wujud kita mengasihi dan menghormati, menyembah Tuhan.
Ada orang berusaha menolak kehadiran Allah dengan berpikir dan beragumentasi rasional. Orang sibuk mengejar uang atau materi, jabatan, kedudukan, kehormatan, kepuasan duniawi, sampai-sampai melupakan atau tidak menghargai kehadiran Allah, melupakan perintah, kehendak Tuhan, sehingga lebih mementingkan kehendak sendiri, nafsu kedagingan, kehendak dunia.
Lupa bahwa dirinya sudah dikasihi Tuhan dan lupa pada perintah Tuhan untuk mengasihi Tuhan sebagai yang paling utama sebelum bekerja, melakukan tugas, berjuang menghadapi tantangan hidup.
Orang yang terlalu sibuk, hidup di kota atau di mana saja tempat yang tidak tenang, dengan kebisingan dan polusi, bisa membuat makin hilangnya kemampuan menikmati suasana di sekitar kita, seperti suasana hujan, kabut di lereng gunung, suasana saling kunjungan, masing-masing suasana punya keunikan. Dalam Imamat 26:4-6 dijelaskan bahwa Allah memberikan hujan pada masanya, sehingga tanah memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladang akan memberi buahnya. Tuhan memberikan hasil panen, memetik buah, menabur benih. Tuhan memberi makanan dan membuat hidup menjadi aman tentram, serta memberi damai sejahtera di dalam negeri. Allah ingin kita mengingat Allah yang bekerja dalam alam semesta, memberi suasana. Melalui alam dan manusia saling mempengaruhi membentuk dan mengembangkan suasana yang aman, tentram, damai sejahtera.
Di tengah dunia yang sibuk ini, kita mengembangkan pikiran untuk menghargai suasana di tempat orang berada, seperti menikmati suasana minum teh, menghargai keindahan ketika minum teh, menikmati lukisan, menghirup dan menghargai udara yang segar. Suasana menunjukkan kepada seluruh jiwa dari lingkungan yang mengelilingi kita.
Udara adalah unsur dari suasana yang diberikan Allah dan tidak dibuat manusia. Allah memberi udara melalui alam. Gunung-gunung dan sungai-sungai, matahari dan bulan, pohon-pohon dan bunga-bunga semuanya adalah pemberian Allah. Kita dipanggil untuk hidup berkawan dengan alam. Dari suasana yang diberikan, kita mengingat Allah yang hadir, mengingat kehendak Allah yang harus kita lakukan.
Unsur lain dari suasana adalah orang-orang. Kita dipanggil untuk hidup bersama dengan tetangga-tetangga kita secara bertanggungjawab. Menjadi manusia berarti hidup bersama. Orang saling membagi kegembiraan dan penderitaan. Salib itu bukan lambang perang salib, atau tindakan menaklukan. Salib itu hidup bersama untuk bangkit bukan merusak. Salib itu adalah wujud keteguhan Allah untuk menjadi Immanuel, Allah hadir, Allah beserta kita, menjadi Allah di antara kita, bahkan sampai menderita, kemudian menjanjikan kebahagiaan dan pengharapan abadi bagi semua orang. Salib adalah lambang kebersamaan Allah dengan umat manusia, kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Tatanan sosial, di tempat kita hidup, juga merupakan unsur dari suasana. Kita hidup tidak hanya berhubungan dengan alam dan tetangga, tetapi juga bagian dan berhubungan dengan bangsa dan negara lain, dan di tengah masyarakat bangsa. Di mana ada penindasan atas hak-hak kemanusiaan dan penyangkalan atas keadilan ekonomi hal ini membuat suasana rumah dan masyarakat menjadi sangat terganggu. Tanpa keadilan sosial, tidak akan ada perdamaian. Ketika suatu pengadilan, mahkamah, penguasa berlaku tidak adil, tebang pilih, mengutamakan kepentingan sendiri atau keluarga, kelompok tertentu, maka akan merusak kedamaian dalam masyarakat. Kita terpanggil untuk memberi tanggapan yang tepat, berhikmat untuk mengembangkan jiwa keadilan dan bekerja untuk kedamaian. Kita sebagai garam dan terang dunia, tugas kita adalah bekerja demi kedamaian dalam dunia yang terpecah-pecah, memperbaiki tatanan sosial agar menjadi lebih baik, damai, benar dan adil.
Kita mengimani bahwa Allah hadir hendak memberi berkat dengan melimpahkan kuasa RohNya. Berkat dan kuasa Roh jumlah tak terbatas bagai hujan yang lebat. Dengan kuasa Roh Kudus kita mau diubah arah hidup, diperbaharui hati kita, dan Tuhan mencurahkan karuniaNya seperti ungkapan dalam KJ. 18 ayat 1 Allah hadir bagi kita dan hendak memb’ri berkat, melimpahkan kuasa RohNya bagai hujan yang lebat. Reff: Dengan Roh Kudus, ya Tuhan, umatMu berkatilah! Baharui hati kami; o, curahkan kurnia. amin
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami makin menyadari bahwa Allah hadir di tengah-tengah hidup, pekerjaan, dan tugas kami. Hati Allah tidak muak melihat kami umatMu, ketika kami mau mengingat dan melakukan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari kami, kami berdoa,dalam nama Tuhan Yesus. Amin