ORA ELOK
Views: 0
Bacaan: Filipi 4:8 – TB2
“Akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, dahulu ketika masih kecil, bila melakukan tindakan yang tidak sopan, maka papa dan mama menegur saya dengan embel-embel frasa “ora elok”, yang maknanya tidak elok atau tidak bagus atau tidak baik. Misalnya: memberikan atau menerima sesuatu kepada atau dari orang lain dengan menggunakan tangan kiri, lewat di depan orang-orang yang sedang duduk tanpa permisi, menerima sesuatu dari orang lain tanpa mengucap terimakasih, mengunyah makanan sembari berbicara atau mengunyah makanan sampai menimbulkan bunyi, membuka pintu tanpa mengetuk, menyalip antrian, tidak mengantar tamu sampai halaman rumah, dan masih banyak yang lain..
Waktu itu, saya merasa bahwa hidup ini terlalu banyak aturan yang mesti diikuti. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia, tanpa sadar ‘aturan’ tadi menjadi sikap yang membentuk adab atau sopan santun dalam berelasi dengan orang lain. Meskipun sederhana, namun sangat bermakna dan tentunya dapat meninggalkan kesan yang baik bagi orang lain. Pertanyaannya adalah: bagaimana dengan situasi saat ini? Yang pasti, saya pernah mendapat keluhan dari salah seorang anggota jemaat yang merasa bahwa anak-anak muda sekarang ini tidak lagi memiliki sopan santun. Kemudian ia memberikan contoh: sudah tengah malam tetapi masih bermain gitar dan menyanyi dengan keras, lewat di depan orang yang duduk tapa permisi, namu ketika ditegur anak-anak muda ini tidak senang.
Situasi ini mungkin menjadi situasi yang terjadi di mana-mana, sekarang pertanyaan bagi kita adalah: “apa yang bisa kita lakukan sebagai orang-orang percaya?” Meski sepertinya klise, namun jawaban inilah yang paling tepat, yaitu tetap menjadi teladan yang baik setidaknya mulai dari dalam keluarga. Orang tua menjadi contoh bagi anak-anak yang masih remaja atau cucu-cucunya. Sebab, bila di dalam keluarga tidak pernah diberi contoh tentang adab atau sopan santun, maka anak-anak tentu tidak akan pernah mengenal apa itu adab.
Di akhir nasihatnya kepada jemaat di Filipi, Paulus memberikan tekanan yang sangat penting tentang bagaimana orang-orang Kristen bersikap dan berperilaku. Ciri-ciri yang nampak di dalam kehidupan orang-orang Kristen yang hidupnya dikuasai oleh damai sejahtera Allah akan mampu berpikir, berkata dan bertindak dengan baik. Paulus menyebutkan, “Akhirnya, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”. Di tengah zaman ini di mana anak-anak merupakan generasi Z atau bahkan generasi alpha, mengajarkan adab atau sopan santun tentu tetap diperlukan. Hanya saja orang tua atau orang yang lebih dewasa tidak hanya sekedar mengatakan _“ora elok”_melainkan juga memberikan penjelasan mengapa harus bertindak dengan adab. Dengan hikmat Tuhan, tentu kita semua pasti bisa melakukan. Kita mulai dari dalam keluarga.
Jujur, kadang saya masih rindu mendengar ungkapan “ora elok” sebagai sebuah alarm yang mengingatkan ada tindakan atau tutur kata yang kurang sopan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati!
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya, Tuhan, kami rindu untuk senantiasa menjadi garam dan terang di manapun kami berada. Karena dengan demikian, maka kami dapat memuliakan nama-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami agar pikiran, tutur kata dan tindakan kami diliputi dengan kebaikan. Di dalam Kristus, kami sudah berdoa. Amin.