MONTOR MABUR, MABUR NANG NDUWUR
Views: 0
Bacaan: Kolose 1:3-5 – TB2
“Kami senantiasa mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di surga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, ketika masih kecil dahulu, saya dan teman-teman memang tidak pernah melihat montor mabur – alias pesawat terbang – secara langsung. Oleh karena itu bila kami sedang bermin, dan mendengar suara montor mabur di kejauhan, maka kami berlomba untuk segera mencari sumber suaranya. Meski hanya nampak seperti titik kecil di langit, namun kami bangga bisa menemukan montor mabur tadi. Nah, yang paling seru adalah kami segera meneriakkan kalimat yang selalu kami katakan setiap kali melihat montor mabur, yaitu: “montor mabur, mabur nang nduwur, sing ati-ati” (artinya: pesawat terbang, terbang di langit, berhati-hatilah!). Kami akan meneriakkan kalimat tadi sampai montor mabur tadi hilang dari pandangan.
Cerita tadi mungkin terdengar lucu. Namun tanpa sadar ternyata ada nilai-nilai yang saya pelajari dari kebiasaan mengatakan “montor mabur, mabur nang nduwur, sing ati-ati”. Ya, saya belajar untuk peduli dan mendoakan pihak lain, dalam hal ini adalah mengharapkan pesawat terbang itu terbang dengan hati-hati supaya sampai di tujuan dengan selamat. Secara tidak sengaja saya belajar untuk berdoa syafaat bagi pihak lain di luar diri saya. Doa syafaat dimaknai sebagai doa yang bukan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, melainkan untuk mendoakan hal-hal positif dan kebaikan pihak lain.
Saudaraku, di dalam Alkitab, kita dapat melihat banyak contoh praktik berdoa syafaat yang dilakukan oleh para tokoh Alkitab. Salah satunya adalah Rasul Paulus. Rasul Paulus mendoakan orang-orang yang dilayaninya. Meski tidak disebutkan secara spesifik nama-nama orang yang didoakan, namun Paulus mendoakan agar mereka memelihara iman di tengah-tengah tantangan iman yang begitu keras. Orang-orang yang dilayaninya, diberi tempat yang istimewa di dalam hati Paulus. Oleh sebab itulah, Paulus selalu mendoakan pertumhuhan iman mereka. Kepada Jemaat di Kolose, Rasul Paulus mendoakan, “Kami senantiasa mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di surga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil”. Bila Paulus mendoakan Jemaat di Kolose, maka sesungguhnya itu adalah perwujudan cinta kasih dan perhatian yang tulus.
Saya sangat meyakini bahwa bila saya dapat berdiri tegar dan melayani, itu karena doa-doa dari orang-orang yang mengasihi saya, seperti: papa – mama saya, bapak-ibu mertua saya, Bunda dan anak-anak, dan tentunya Anda. Teriakan “montor mabur, mabur nang nduwur, sing ati-ati” kembali mengiang di dalam benak saya, seolah mengingatkan untuk tidak lelah berdoa syafaat bagi pihak lain. Karena di dalam doa syafaat terkandung cinta yang mendalam terhadap mereka yang didoakan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk menjadi pendoa syafaat bagi pihak lain. Kami rindu meneladani enkau yang juga berdoa bagi kami dan bagi dunia ini. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.