TUHAN TELAH MELAKUKAN PERKARA BESAR
Views: 0
Bacaan: Mazmur 126:1-6
Salam sejahtera, semoga kita bersukacita, bersorak sorai, mulut penuh tawa, karena Tuhan telah melakukan perkara besar seperti ungkapan dalam Mazmur 126:2 Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
Ketika kita merenungkan bahwa Tuhan telah melakukan perkara atau perbuatan yang besar bagi pribadi kita, bagi keluarga, bagi gereja, bagi masyarakat kita, maka kita bisa bersukacita. Kalau orang tidak mengingat perbuatan Tuhan yang besar, maka hidupnya datar saja, tidak ada sukacita.
Menurut Mazmur 126 ini, perbuatan Tuhan yang besar adalah tindakan pemulihan. Kita diajak untuk merenungkan perbuatan Tuhan yang besar, pemulihan yang Tuhan lakukan, bukan melihat perbuatan besar diri kita, keluarga, gereja kita. Kalau orang hanya merenungkan perbuatan besar yang dilakukan diri sendiri, keluarga, gereja sendiri, maka orang ini bersukacita jika ada yang memuji dirinya. Jika tidak ada yang memuji maka orang tersebut tidak bersukacita. Seorang ayah, ibu, teman kerja, ketua program bisa mengatakan karena dirinya maka pekerjaan besar ini bisa terjadi. Ketika orang yang menghayati dirinya yang telah melakukan perbuatan besar, bukan Tuhan yang melakukan perbuatan besar, maka orang ini jarang bersukacita, karena tidak ada orang yang setiap hari memuji dirinya. Ada orang lebih sering mencari kesalahan, kekurangan orang lain. Seorang ketua program, hidupnya menjadi tertekan, karena bukan pujian yang didapatkan tapi penghakiman, dicari-cari kesalahan dirinya. Kita belajar dari Mazmur 126, yang perlu kita renungankan bahwa Allah telah melakukan perbuatan yang besar, Tuhan sudah melakukan pemulihan dalam diri pribadi, keluarga, gereja dan masyarakat kita, maka kita bersukacita, ada semangat, mau melanjutkan pelayanan, bukan mundur dari pelayanan, ketika ada yang menghakimi.
Pemulihan dari Tuhan seperti Tuhan memulihkan keadaan Sion. Pemulihan itu adalah pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Babel. Bertahun-tahun pintu gerbang Babel tertutup bagi bangsa Israel yang di dalam perbudakan. Setelah raja Koresy berkuasa, maka Tuhan membukakan pintu gerbang Babel dan bangsa Israel bebas, bisa berjalan menuju Yerusalem.
Pemulihan pada masa kini adalah pembebasan dari perbudakan dosa, perbudakan ketakutan, kekuatiran penindasan, yang menutup pintu gerbang kebahagiaan, kedamaian, dan keadilan. Hanya Tuhan yang bisa membukakan pintu gerbang yang tertutup tersebut dan kita berjalan menuju Kerajaan Allah, kerajaan penuh bahagia, bersorak sorai, damai, adil, benar, aman. Ini semua karena perbuatan Allah yang besar dan telah dilakukannya terhadap kita.
Setelah bebas dan sampai di Yerusalem, ternyata kota Yerusalem sudah hancur, tembok kota hancur, bait Allah hancur. Orang Israel yang sudah dibebaskan, terus berdoa pada Tuhan agar Yerusalem dipulihkan, bait Allah dan tembok kota dibangun lagi. Orang yang dalam perbudakan hidup menderita, kerja keras, tidak punya uang yang disimpan, tapi mereka setia mengikuti kehendak Tuhan dan selalu berdoa pada Tuhan. Mereka tidak sanggup membangun tembok dan bait Allah yang hancur. Tuhan melakukan perbuatan yang besar, sehingga tembok dan bait Allah bisa dibangun. Cara Tuhan melakukan perbuatan yang besar adalah menggerakan raja Koresy, agar mendorong bangsa-bangsa lain membantu proses pembangunan tembok dan bait Allah di Yerusalem. Raja Koresy bukan orang yang percaya Tuhan, tapi Tuhan bisa melakukan perbuatan besar dengan menggerakkan siapapun yang Tuhan pilih.
Kita sebagai orang Kristen yang setia pada Tuhan, dalam penderitaan, kesulitan, kesusahan, apapun, baik di rumah, di gereja, di tempat kerja, kita tetap menghayati bahwa Tuhan mampu melakukan perbuatan yang besar, Tuhan mampu memulihkan keadaan kita. Dengan penghayatan seperti ini Tuhan akan memberikan sukacita ketika melayani di rumah, di gereja, di masyarakat.
Pemulihan Tuhan yang utama bukan bangunan fisik tapi pemulihan hati jiwa pikiran menjadi umat yang bebas, iman yang murni, setia pada Tuhan, mengalami kasih Tuhan, bersukacita, bersemangat. Setelah dibebaskan bangsa Israel berjalan bersama-sama menuju kota Yerusalem, kota suci. Perjalanan ini disebut ziarah, yang dilakukan dengan berarak-arak, bersama-sama, tidak sendirian, tidak egois, tidak individualis. Kita masa kini juga dalam ziarah menuju Kerajaan Allah, kita melayani bersama-sama, tidak sendiri. Ketika ada penderitaan, kesulitan, kita tetap memuji Tuhan bahwa Tuhan telah melakukan perbuatan yang besar. Ketika kita kesulitan keuangan, kita tetap mengimani Allah mampu melakukan perbuatan yang besar, kita tetap bersukacita, bersemangat. Cara Tuhan melakukan perbuatan yang besar tidak dapat kita pikirkan. Kita hanya mengimani Tuhan melakukan perbuatan yang besar.
Kita yakin Tuhan melakukan perbuatan yang besar, tapi kita tetap bekerja, kita tetap menabur benih dengan menderita sambil menangis. Setelah bekerja kita akan menuai panen, dengan bersorak sorai, seperti Yusuf menabur benih kebaikan, kerajinan ketekunan, keuletan di rumah Potifar dan di penjara, dan akhirnya Yusuf menuai panen dengan sorak sorai. Yusuf percaya Tuhan mampu melakukan perbuatan besar, tapi tetap tekun bekerja walau menderita, susah dalam menjadi budak. Kita belajar seperti Yusuf, walau menderita, susah dalam bekerja sebagai budak, ia tidak putus asa, ia terus bekerja, bertanggungjawab, sampai Tuhan melakukan perbuatan yang besar, yang ajaib dan tidak bisa diduga manusia. Tangisan, penderitaan tidak membuat orang beriman, berhenti bekerja, berhenti melayani, berhenti menabur benih, kita terus menabur sambil menangis, sampai menghasilkan panen dengan bersukacita.
Yesus terus menabur benih dengan penderitaan dan air mata, dihina, disalib. Dengan perbuatan Allah yang besar, Yesus menuai kebangkitan dan murid-murid juga bangkit, menjadi berani, memberitakan Injil, walau mereka mengalami derita, di penjara. Mereka terus menabur benih sambil menangis, sampai Tuhan melakukan perbuatan besar, memberi hasil panen yang membawa sukacita. Seorang ibu terus menabur benih yang baik bagi anak-anaknya, seorang pelayan gereja terus menabur benih kebaikan, kebenaran sampai Tuhan melakukan perbuatan besar dan menghasilkan panen yang membuat sukacita. Mari kita memuji perbuatan Tuhan dan memberitakan perbuatan Tuhan serta firmanNya seperti ungkapan dalam KJ 391 ayat 4 Reff: Puji Tuhan, haleluya! Puji Tuhan, haleluya, kini dan selamanya! Amin. Sampaikanlah firmanNya di mana-mana pun, serta perbuatanNya teruskan bertekun! Reff
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami semakin bersukacita, karena Tuhan telah melakukan perkara besar, Tuhan memulihkan kami. Kami terus menabur benih yang baik, walau ada penderitaan, karena kami percaya Tuhan mampu melakukan perbuatan besar, dalam nama Yesus kami berdoa amin