NO HOAX
Views: 0
Bacaan: Yohanes 1:23 – TB2
“Jawabnya: “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata “hoax”_. Kata ini senantiasa dikaitkan dengan informasi atau berita, yaitu informasi atau berita _hoax. Kata hoax itu sendiri berarti palsu. Informasi hoax merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau bisa juga diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta dengan menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Dengan kata lain, “hoax” merupakan tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar.
Berbicara tentang hoax versus kejujuran ini mengingatkan kita tentang Yohanes Pembaptis. Sesungguhnya dengan segala keterbatasan data dan informasi saat itu, sangat mudah bagi Yohanes untuk membuat informasi hoax tentang dirinya. Banyaknya orang yang mengikuti dan mendengarkan pengajarannya dengan antusias, sebenarnya menjadi sarana yang sangat mudah untuk membuat berita hoax tentang dirinya. Bahkan ketika banyak orang meminta konfirmasi tentang siapa dirinya, sebetulnya dengan mudah dia dapat mengaku saja sebagai Elia, salah seorang nabi bahkan mesias sekalipun. Bukankah ia dapat mengeruk keuntungan dari hoax-nya itu?
Akan tetapi, Yohanes tidak tergoda untuk membuat informasi hoax tentang dirinya. Dengan jujur ia mengatakan bahwa dirinya bukanlah Mesias, Elia atau juga salah seorang dari nabi yang akan datang. Dengan jujur, tegas dan tanpa malu Yohanes mengatakan, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya”. Bagi Yohanes Mesias yang akan datang setelah dirinya itu jauh lebih penting dan lebih agung dibandingkan dengan dirinya. Dengan sadar Yohanes menempatkan dirinya sebagai ‘fore rider’ – pembuka jalan – bagi Sang Mesias yang sejati, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Yohanes sangat menghayati spiritualitas hamba yang dihidupinya. Bahkan dengan kerendahan hati, Yohanes merasa tidak layak untuk membuka tali kasut Tuhan Yesus. Yohanes tidak mencari keuntungan sedikitpun dari pelayanannya. Sikap ini jelas menunjukkan dipeliharanya integritas hamba Tuhan, yaitu jujur tentang dirinya sendiri. Kejujuran yang dipelihara dan dipraktikkannya itulah yang membuat Yohanes mampu melayani dengan sukacita. Dalam kejujuran terhadap diri dan sikapnya ini, Yohanes tidak mengimitasi siapapun atau berupaya menjadi orang lain. Yohanes telah menjadi dirinya sendiri dengan segala kesederhanaannya.
Di tengah-tengah gempuran informasi hoax yang datang bertubi-tubi, mari kita meneladani Yohanes yang berani untuk berperilaku jujur sebagai wujud nyata dari spiritualitas dan integritas hamba Tuhan. Turn back hoax – mari lawan hoax – dengan berani menjadi diri sendiri, bersikap jujur dan menularkan kejujuran di mana dan kapan saja. Apalagi waktu ini adalah saat penantian Sang Deus Adventus. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Kadangkala ketidakberanian untuk menjadi diri sendiri, telah membuat kami ingin menjadi orang lain atau menyebarkan berita palsu demi keuntungan diri sendiri, ya Tuhan. Oleh karena itu, kami rindu untuk menghidupi sikap jujur di dalam diri kami. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terimakasih, Tuhan Yesus. Amin.
