SIKAP MENYAMBUT NATAL
Views: 0
Bahan: Mazmur 57:7-9,
Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa;
Saudara-saudari yang dikasihi Kristus, tidak terasa, Minggu depan kita merayakan Natal bersama seluruh bangsa. Di negeri kita hari Natal itu menjadi hari libur nasional, dengan demikian secara langsung masyarakat negeri ini turut terdampak natal. Tidak semua negara meliburkan pada hari natal, pasti di Afganistan tidak menjadikan hari natal sebagai hari libur, tetapi menurut cerita seorang teman di kota Abu Dhabi (negara Islam), hari natal menjadi hari libur, bahkan di hotel, di bandara, dipasang dekorasi khas natal. Bagaimana dengan orang Kristen, Natal sangat berarti, suatu perayaan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Kelahiran awal dari kehadiran, hidup dan karya Yesus Kristus Juruselamat dunia, Allah yang lahir sebagai manusia agar Dia menjangkau seluruh kehidupan manusia untuk diselamatkan oleh-Nya.
Ayat renungan kita menyatakan kegairahan dan kesiapan hatinya untuk menyanyi dan bermazmur di antara bangsa-bangsa. Hatinya mendesak, seolah-olah tak terbendung lagi, meledak dengan nyanyian dan mazmur untuk bersyukur, sehingga dia katakan: “bangunlah” hai gambus dan kecapi, aku mau “membangunkan fajar.” Biasanya fajar yang membangunkan kita, dan kadang kita bangun kesiangan, tetapi dalam bahan renungan kita, justru dia mau membangunkan fajar, untuk bersyukur, menyanyi dan bermazmur kepada Allah. Mari apa yang kita lakukan di jemaat gereja kita, dengan menyambut Natal. Panitia Natal sudah dibentuk dan bekerja pada bulan Oktober, kelompok Paduan Suara telah berlatih lagu yang akan dinyanyikan untuk Natal, anak-anak Sekolah Minggu diberi latihan tari-tarian yang akan ditampilkan pada perayaan Natal, tak kalah usaha penggalangan dana mulai bekerja dan renana mereka agar nanti merayakan Natal dengan sukacita, gembira, meriah dan akan diberi konsumsi yang cukup. Secara tidak sadar dengan persiapan seperti ini kita hendak menyatakan: “Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!” Fajar Natal, pasti datang, apakah hati kita sungguh siap bersyukur, bernyanyi dan bermazmur?
Dengan menyatakan: “Hatiku siap, aku mau membangunkan fajar Natal,” kita menyiapkan bukan saja untuk tanggal 25 Desember, tetapi di balik Natal itu kita juga menantikan kedatangan Kristus kembali. Sejauh mana kesiapan kita untuk menyambut kedatagan-Nya kembali. Tanggal 25 Desember akan berlalu, tetapi persiapan kita menyambut kedatangan Kristus kembali tidak akan berakhir, kita harus mampu mengatakan: “Hatiku siap ya Allah.” Bukan saja menyambut Bayi Yesus, tetapi kita siap menyambut Yesus Kristus Hakim terakhir dan Pembela agar kita kedapatan kudus dan suci, layak masuk Kerajaan Surga. Untuk yang satu ini siapkah hati Anda?
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Bagaimana jemaat Anda mempersiapkan merayakan Natal secara umum?
- Apa yang menjadi titik pusat perayaan Natal bagi Anda?
- Di masyarakat kita Natal dirayakan oleh berbagai komunitas, oleh kantor pemerintah atau swasta, marga atau family, komunitas sekampung, dll. Menurut Anda apakah perlu perayaan Natal seperti itu?
Mari berdoa:
Bapa Tuhan Yesus Kristus, Mesias telah diutus bagi dunia, bermula di Betlehem. Dunia tidak siap menyambut Dia, hanya kandang domba, kaum gembala dan orang majus bersukacita atas kelahiran-Nya. Mesias akan datang kembali, untuk itu kami menantikan dengan persiapan hati untuk bersyukur, bernyanyi dan bermazmur, seperti kami merayakan Natal yang sudah kami siapkan di hati. Datanglah ke dalam hati kami, ya Kristus, Amin. [AS181223]
