SONGONG
Views: 0
Bacaan: 3 Yohanes 1:11 – TB2
“Saudara yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Siapa yang berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi siapa yang berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Bila Anda memerhatikan, maka kata ‘songong’ menjadi salah satu kata yang dalam seminggu terakhir ini menjadi viral dan trending topic di media sosial. Meski mungkin baru viral dan jadi trending topic, sesungguhnya kata ini sudah sering dipakai anak-anak muda sebagai kosa kata bahasa gaul sehari-hari untuk menggambarkan sosok orang yang dianggap tidak menyenangkan.
Pertanyaannya adalah: apa arti dari kata ‘songong’ tersbeut? Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata ‘songong’ sebagai tidak tahu adat. Sedangkan arti dalam bahasa gaul, kata ‘songong’ dimaksudkan sebagai arogan atau sombong, bisa juga sombong atau besar kepala. Oleh karena itu, kata ‘songong’ dapatlah dimengerti sebagai sikap arogan, sombong, besar kepala dan tidak tahu adat. Bagaimana perasaan kita apabila berjumpa dengan orang yang ‘songong’_ tersebut? Tentu amat sangat menjengkelkan hati, bukan? Sikap ‘songong’ tidak akan dapat membawa damai, malah sebaliknya membawa perpecahan.
Meski kata ‘songong’ini lebih banyak digunakan sebagai bahasa gaul sehari-hari, bukan berarti bahwa sikap ‘songong’ tidak bisa muncul di Gereja. Dahulu, pada masa pelayanan Rasul Yohanes ada juga orang yang dapat dikategorikan memiliki sikap ‘songong’. Ia bernama Diotrefes. Rasul Yohanes menyebut Diotrefes sebagai orang yang ingin menjadi paling terkemuka di antara jemaat sehingga ia menolak penatua dan para penginjil dengan kalimat yang kasar. Sikap ini muncul karena Diotrefes tidak mau mengakui Rasul Yohanes dan teman-teman serta merasa dirinya lebih baik dari yang lain. Karena sikapnya itu, maka Diotrefes juga melarang warga jemaat menerima teman-teman Yohanes ke dalam rumah mereka. Maksudnya tentu ialah para penginjil yang mengembara dalam rangka pekabaran Injil. Bila ada anggota jemaat yang menerimanya, maka warga jemaat tersebut akan dikucilkan.
Sikap Diotrefes ini berbeda dengan sikap Demetrius – tokoh yang lain di Jemaat yang sama. Tentang Demetrius, Yohanes menyebutkan bahwa semua orang memberi kesaksian yang baik tentang dirinya. Karena ada perbandingan yang mencolok antara Diotrefes dengan Demetrius, maka Yohanes memberikan nasihat kepada Gayus, “Saudara yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Siapa yang berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi siapa yang berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah”.
Orang yang ‘songong’ membuat dirinya akan sangat mudah untuk bersikap tidak tunduk kepada kehendak Tuhan. Oleh karena itu, bila sikap ‘songong’ ini muncul di tengah-tengah pelayanan, maka pastilah tidak akan menjadi berkat bagi orang lain. Karena sikap ‘songong’ justru akan membawa perpecahan bukan kedamaian.
Bila kita tahu bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahrtera, maka tentunya kita juga harus melakukan pelayana kkta ini siring dengan rancangan Tuhan itu. Di manapun kita berada, maka kita harus membawa damai sejahtera bukan perpecahan. Oleh karena itu kita mesti meniru sikap Demetrius bukan Diotrefes. Jangan kita bersikap songong, melainkan mesti menjadi berkat di manapun kita berada. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu untuk terus belajar bersikap rendah hati di manapun kami berada, Sehingga kami mampu menjadi berkat. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk mewujudkannya. Di dalam Nama Tuhan Yesus kami sudah berdoa. Amin.