DEMI KESELAMATAN BANGSA
Views: 0
Bahan: Hakim-hakim 11:7, 11,
Tetapi kata Yefta kepada tua-tua Gilead itu: “Bukankah kamu sendiri membenci aku dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku, pada waktu kamu terdesak? Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu mengangkat dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu kehadapan Tuhan, di Mizpa.
Tema renungan ini membuka wawasan kita DEMI KESELAMATAN BANGSA, yang mengarah pada suatu pengorbanan. Mengorbankan sesuatu, bahkan yang cukup berharga demi keselamatan bangsa, demikianlah situasi Israel pada zaman itu. Pemimpin sesuai kebutuhan selalu dihadirkan Allah bagi umat Israel setelah Yosua meninggal, itulah situasi zaman hakim-hakim, Allah hendak menyatakan diri-Nya satu-satunya Pemimpin atau Raja bagi Israel. Di daerah Gilead, yang berbatasan dengan negeri orang Amon, telah diancam. Pasukan bani Amon telah berperang melawan Israel, pasukan Israel keteter karena tidak ada pemimpin atau panglima yang kuat dan mampu menghadapi bani Amon.
Yefta seorang anak Gilead, tetapi dia diusir oleh keluarganya karena ternyata dia anak seorang perempuan sundal, diusir karena anak sundal tidak mempunyai hak waris dari ayahnya, dia pergi dan tinggal di tanah Tob. Di sana dia bergabung dengan petualang dan preman, mereka menjadi kelompok yang kuat untuk merampok. Demikianlah dia menjadi terkenal sebagai seorang pahlawan. Dalam keadaan terdesak bangsa Israel teringat kepada Yefta yang ternyata telah menjadi seorang kuat, bahkan disebut sebagai pahlawan. Dalam keadaan yang kristis itulah orang Israel memilih Yefta agar bersedia kembali ke Israel untuk menyelamatkan bangsa itu. DEMI KESELAMATAN BANGSA, orang Israel memilih Yefta yang dulu mereka usir, walau seolah-olah menjilat ludah. Demikian juga Yefta, Demi Keselamatan Bangsa Israel, dia rela kembali ke Israel walau dengan trauma diusir yang menyakitkan hatinya.
Ternyata Yefta tidak gegabah, mentang-mentang sudah jadi jagoan, menerima pilihan dan panggilan menjadi pemimpin suatu bangsa. Menghadapi bani Amon bukan suatu yang gampang, maka di atas kesediaannya kembali ke Israel dan menerima tawaran menjadi pemimpin bangsa itu, dikatakan: “Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa.” Perjuangan Yefta bukan lagi sebagai perampok, tetapi mempertahankan dan membangun martabat suatu bangsa. Dia bukan lagi sebagai petualang dan preman, tetapi menjadi pimpinan suatu bangsa yang besar. Karena itu Yefta bukan lagi mengandalkan kekuatan ototnya, atau kelihaiannya, tetapi mengandalkan Tuhan. Dia pergi ke rumah Tuhan ke Mizpa membawa rencananya dan perkaranya ke hadapan Tuhan. Kesungguhannya mengandalkan Tuhan kemudian terlihat, sebelum dia maju ke pertempuran, dia mengucapkan nazar (janji) di hadapan Tuhan. Demikian Tuhan menyertai Yefta dan memberi kemenangan untuk bangsa Israel melalui Yefta. Seorang anak sundal yang terusir dari negerinya, kembali dipilih dan dipanggil menjadi panglima dan pemimpin bangsanya, dengan berserah dan mengandalkan Tuhan, demi keselamatan bangsa. Mungkinkah kita mendapatkan pemimpin bangsa kita yang mengandalkan pertolongan, hikmat, dan kekuatan dari Tuhan, demi keselamatan bangsa kita? Semoga.
Kita aplikasikan renungan ini dengan pokok berikut:
- Apa dasar/kriteria bangsa Israel memanggil Yefta yang dulu mereka usir?
- Menurut Anda apa kriteria/dasar Yefta memenuhi panggilan bangsa Israel?
- Apa usaha kita sebagai orang Kristen untuk mendapatkan pemimpin yang mengandalkan Tuhan dalam pemilu mendatang?
Mari berdoa:
Bapa kami yang di sorga, andalan hidup kami hanya kuasa kasih Tuhan. Demikian juga harapan dan permohonan kami, kiranya kuasa kasih Tuhan yang mengalir melalui pempimpin pemerintahan kami. Kami mohon melalui pemilu mendatang, Tuhan mengaruniakan presiden dan wakilnya seturut dengan kehendak dan rencana Tuhan, dalam Kristus kami berdoa. Amin. [AS290124]