PERSEMBAHAN YANG HIDUP
Views: 0
Bacaan: Roma 12:1-2
Salam sejahtera semoga kita dimampukan untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah seperti ungkapan dalam Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Paulus memberi nasihat atas kemurahan Allah, yaitu karya Allah membenarkan dan menyelamatkan manusia dari dosa, secara gratis. Hidup dan perbuatan orang percaya di tempatkan dalam karya Allah dan kesetiaan Allah. Menasihati dalam arti meminta, memohon, menegur, meneguhkan, menuntut orang yang hidup dalam Kristus.
Nasihat itu mengandung tuntutan dan tuntunan perilaku bagi setiap orang. Tuntutan dan tuntunan itu adalah orang beriman mempersembahkan tubuh sebagai korban yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah. Tubuh tidak sama artinya dengan badan. Kalau hewan yang dikorbankan adalah daging dan tulang. Mempersembahkan tubuh berarti seluruh kemanusiaan, termasuk, hati jiwa, pikiran dan perilaku sehari-hari. Mempersembahkan tubuh untuk Tuhan berarti mempersembahkan seluruh hidup yaitu, hati, jiwa, pikiran, materi, potensi, sikap dan perilaku sehari-hari, relasi dengan sesama dalam keluarga, gereja dan masyarakat, relasi dengan lingkungan. Mempersembahkan berarti merelakan, dengan senang hati, bukan terpaksa, bukan kewajiban yang membuat orang merasa terbebani.
Mengapa dengan rela dan senang hati? Karena kita sudah mendapat kemurahan Allah, mendapat kasih karunia Allah yang telah menebus dosa manusia melalui pengorbanan Tuhan Yesus. Seorang bapak A melakukan pelayan di sebuah gereja sebagai kewajiban, karena itu ia merasa tidak ada sukacita dalam melayani. Sukacita dalam melayani karena kerelaan hati dan tidak merasa dibebani, tidak terpaksa.
Orang percaya meyakini bahwa tubuh dan nyawa adalah milik Allah. Sejak lahir sampai akhir hidup, tubuh dan nyawa kita, milik Allah. Setelah berakhir hidup kita, maka kita menyerahkan tubuh dan nyawa kita kepada Allah. Tubuh, jiwa dan nyawa milik Allah, maka semuanya kita persembahkan kepada Allah untuk mengasihi dan melayani Allah. Tubuh itu adalah tempat Roh Kudus bekerja untuk melayani Allah, melayani kehendak Allah, kebenaran dan keadilan Allah.
Mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup artinya persembahan yang tidak mati. Persembahan yang mati adalah persembahan yang tidak berguna, sia-sia bagi Tuhan dan bagi sesama. Persembahan yang mati, tidak berguna adalah persembahan dari orang yang tidak mau mendengar suara, perintah dan kehendak Allah, tidak mau ikut jalan Allah, hanya mau mengikuti rancangan sendiri, hatinya degil dan jahat (Yeremia 7:21-28). Persembahan yang hidup dari orang yang taat pada kehendak Allah, taat melakukan kehendakNya.
Persembahan yang kudus adalah persembahan yang tidak disucikan oleh hal-hal yang lahiriah, ibadah yang lahiriah, tidak disucikan oleh air atau alat-alat yang dibuat manusia. Uang persembahan yang kita berikan dalam kebaktian tidak menyucikan dosa kita. Bantuan untuk orang miskin, tidak menyucikan dosa kita. Orang beriman disucikan hanya karena penebusan dosa melalui pengorbanan Yesus, dan dibimbing Roh Kudus dalam melakukan kehendak Allah. Persembahan yang kudus adalah persembahan dari orang yang menyesali dosa, ditebus oleh Yesus dan mau hidup baru atau hidup kudus sesuai kehendak Allah dan berkenan dengan Allah.
Mempersembahkan tubuh atau hidup dengan kerelaan, adalah ibadah yang sejati. Ibadah sejati berbeda dengan ibadah lahiriah, ibadah seremonial. Ibadah lahiriah adalah ibadah tanpa hati, jiwa, pikiran yang mengalami kehadiran Allah, tanpa menyesali dosa dan tidak membutuhkan anugerah pengampunan dosa, tidak ada tekad hidup baru dan setelah pulang kebaktian tidak ada firman atau perintah Tuhan yang diingat, dihayati serta dilakukan. Ibadah lahiriah adalah orang datang kebaktian hanya secara fisik, tanpa hati, jiwa, pikiran, sikap, yang dikuasai Roh Kudus, tidak mau menerima dan dikuasai firman Tuhan. Ibadah yang sejati, adalah ibadah yang dilanjutkan dengan melakukan kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari, di tengah dunia.
Nasihat Paulus juga menuntut dan menuntun agar orang beriman tidak menyesuaikan diri dengan dunia. Maksudnya adalah orang beriman tidak mengikuti cara berpikir, cara hidup dan cara kelakuan dari dunia ini. Dunia yang dimaksud adalah dunia yang jahat, gelap, egois, yang merusak hati, jiwa dan pikiran manusia. Orang beriman harus hidup di dunia dan menghadapi pergumulan dunia dengan segala kejahatan, kecurangan ketidakadilan, ketidakbenaran, korupsi, tapi orang beriman tidak menyesuaikan dengan kejahatan, kegelapan dunia tersebut.
Nasihat Paulus menuntut dan menuntun orang untuk mengalami perubahan melalui pembaruan budi. Budi manusia dapat menjelaskan dan menentukan mana hal-hal yang pokok, yang penting, yang berguna, yang baik, yang benar, menurut kehendak Allah bukan kehendak sendiri. Pembaruan budi membuat orang beriman mempunyai tujuan hidup yang sesuai kehendak Allah dan berkenan bagi Allah. Membedakan berarti mempunyai kemampuan pengetahuan, penghayatan firman Tuhan dan juga kemampuan pengetahuan menghadapi masalah atau pergumulan hidup yang bisa menyesatkan dan yang benar menurut Tuhan. Pembaruan budi berarti bersikap kritis terhadap diri sendiri, pikiran sendiri dan pikiran dunia. Yang baik dan benar tidak menurut teman-teman atau menurut dunia, tapi menurut Allah.
Hidup orang beriman adalah hidup dalam persaudaraan, tidak egois, hidup dalam persekutuan dengan Allah, hidup yang merelakan diri untuk terlibat dalam dunia, bukan mengasingkan diri dari dunia. Keterlibatan dalam dunia dalam rangka mempersembahkan hidup bagi Allah. Ibadah yang sejati adalah ibadah kepada Allah yang diwujudkan dalam keterlibatan dan pelayanan di dalam dunia. Persembahan hidup sebagai ibadah yang sejati, membutuhkan pembaruan, yang menciptakan budi dan pikiran baru. Pembaruan tidak hanya dapat dipahami sebagai perubahan moral, melainkan pembaruan dalam Roh.
Marilah kita membawa kepada Tuhan persembahan hidup yang berkenan pada Tuhan. Nilai persembahan hidup, tidak dapat dibandingkan dengan berkat yang Tuhan berikan pada kita seperti ungkapan dalam PKJ 147 ayat 1. Di sini aku bawa, Tuhan, persembahan hidupku, semoga berkenan. Berapalah nilainya, Tuhan, dibandingkan berkatMu yang t’lah Kau limpahkan. T’rimalah Tuhan, O t’rimalah Tuhan. Amin.
Berdoa:
Ya Tuhan mampukan kami untuk mempersembahkan tubuh kami sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.