Gereja Kristen Indonesia Kwitang
  • Home
  • Tentang GKI Kwitang
    • Contact
    • Pengumuman
  • Renungan & Ibadah
    • Renungan Harian
    • Perteduhan Jiwa
    • Ibadah Minggu
  • Liturgi Ibadah
  • Warta Gereja
June 29, 2024

”TIWUL”

admin Renungan Harian firman, harian, renungan, tuhan

Views: 0

https://youtu.be/XtP2lTttwEE?si=RhwiBwKb4X5n_YlB

Bacaan: Efesus 4:2-3 (TB 2)
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”.

Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!

Tiwul mengingatkan masa kecil saya. Setiap hari Minggu pagi, Mamah selalu membelikan kami tiwul krawu, yaitu penganan dari tiwul manis dengan parutan kelapa di atasnya. Tiwul krawu itu kami santap sebelum berangkat ke Sekolah Minggu. Bagi yang belum tahu, tiwul adalah salah satu makanan tradisional Jawa pengganti nasi yang dibuat dari gaplék (singkong yang sudah dikeringkan) kemudian ditumbuk dan dikukus hingga matang. Tak hanya lezat, nasi tiwul memiliki kandungan gizi yang tinggi dan bermanfaat. Kandungan serat dalam tiwul juga sangat bagus bagi pencernaan untuk mencegah sembelit. Cukup makan sedikit saja, sudah dapat mengenyangkan perut. Selain itu kandungan karbohidratnya lebih rendah dari nasi putih dan bebas gluten sehingga cocok untuk diet menurunkan berat badan.

Tiwul mudah ditemukan di Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, dan Blitar. Tidak diketahui secara pasti kapan tiwul ini mulai dibuat, namun tiwul sudah menjadi makanan pokok sebagian besar rakyat Jawa pada masa penjajahan Jepang seiring dengan mahal dan langkanya beras kala itu. Saat agresi militer Belanda yang ke-2 tahun 1948-1949, tiwul menjadi bekal makanan yang dibawa oleh para pasukan republik. Oleh karena itu, nasi tiwul menjadi bagian dari sejarah perjuangan melawan penjajah. Bagi pasukan republik dan rakyat yang berjuang melawan penjajah, tiwul bukan hanya sekedar makanan, melainkan mengandung filosofi yang dalam.

Dalam kamus bahasa Jawa modern Bausastra oleh Purwadarminta dijelaskan bahwa kata tiwul ini merupakan keratabasa (akronim) dari _‘setiti bén aja di awul-awul’ (terjemahannya teliti / cermat agar tidak berantakan). Dengan kata lain tiwul bermakna agar bertindak hati-hati, seksama, cermat, dan tidak ceroboh supaya tetap satu dan tidak mudah dipecah belah. Tiwul mengajarkan kepada manusia untuk tetap bersatu, berhati-hati dalam mengambil tindakan, dan juga tidak mudah dibuat berantakan atau terpecah-belah.

Filosofi tiwul mengingatkan kita kepada nasihat Rasul Paulus kepada jemaat Efesus tentang rendah hati, lemah lembut, dan sabar agar dapat memelihara kesatuan dan persekutuan di tengah perbedaan latar belakang setiap anggota jemaat. Rasul Paulus mengingatkan, “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dengan saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”. Kerendahhatian mengarahkan kita kepada pengenalan diri, sehingga dapat memiliki kesadaran bahwa yang ada pada pada diri kita hanyalah karunia dari Tuhan. Dengan demikian, tidak ada hal yang patut kita sombongkan di hadapan orang lain. Kelemahlembutan mengajarkan kita agar menjaga persekutuan supaya lebih baik. Nasihat ini sesdungguhnya tentang pegendalian nafsu supaya tidak semena-mena terhadap orang lain. Khususnya, bagi anggot ajemaat yang dipercaya untuk menjadi pemimpin. Kesabaran mengarahkan agar semangat kita tidak kendor meski menghadapi gesekan, gunjingan dan perbedaan pendapat di tengah persekutuan. Kerendahhatian, kelemahlembutan, dan kesabaran yang dinyatakan ini menjadi bukti bahwa kasih itu menguasai hati kita. Dengan demikian, damai sejahtera Allah dapat hadir di tengah-tengah persekutuan jemaat.

Saudaraku, hari ini filosofi tiwul alias ‘setiti bén aja di awul-awul’ mengajak kita untuk tetap memelihara persekutuan dengan sebaik-baiknya. Bila setiti (teliti / cermat) itu dapat diwujudkan dalam sikap rendah hati, lemah lembut dan sabar, maka niscaya tidak akan di awul-awul karena damai sejatera Allah berada di tengah-tengah persekutuan. Selamat berjuang, Tuhan Yesus memberkati.

Salam: Guruh dan keluarga.

Doa:
Ya Tuhan, kami rindu agar persekutuan jemaat Tuhan tetap menjadi satu sama seperti Bapa dan Yesus adalah satu. Kami sadar bahwa kami harus terus berupaya agar tetap rendah hati, lemah lembut dan sabar. Untuk itu kami memohon pertolongan Roh Kudus agar mampu mewujdukannya. Terimakah Tuhan Yesus, Amin.

TANTANGAN YANG MENEGUHKAN PELAYANAN Kebaktian Minggu – 30 Juni 2024

Related Posts

Renungan Harian

”NASI HITAM”

Renungan Harian

AWAS, SESAT!

Renungan Harian

“PUJILAH TUHAN, KUDUSKANLAH NAMANYA!”

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 24 Agustus 2025
  • Kebaktian Minggu 17 Agustus 2025
Gereja Kristen Indonesia Kwitang
GKI Kwitang berada di daerah Kwitang, Jakarta Pusat. Pada tanggal 11 Agustus 1929, jemaat Gereformeerd berbahasa Melayu di Batavia didewasakan dan digembalakan oleh seorang pendeta pribumi dengan majelis jemaat tersendiri. Tanggal itulah yang kemudian diperingati sebagai hari jadi GKI Kwitang. Anggota jemaat GKI Kwitang terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

Renungan & Ibadah

  • Kebaktian Minggu 13 September 2025
  • Kebaktian Minggu 07 September 2025
  • Kebaktian Minggu 31 Agustus 2025