NASTAR
Views: 0
Bacaan: Galatia 5:22-23 (TB 2)
“Namun, buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, kue nastar sepertinya tidak asing lagi di telinga kita. Kue yang terbuat dari terigu, mentega dan olahan selai nanas ini menjadi kudapan yang hampir selalu hadir di saat Natal. Menurut sejarahnya, kue nastar merupakan salah satu resep kue asal Belanda yang diperkenalkan saat jaman penjajahan. Nama nastar sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Belanda yaitu nastaart. Kata ini merupakan gabungan dari kata ananas yang berarti nanas dan taart atau _ taartje _ yang berarti kue / pie. Pada awalnya nastar dibuat dengan isian bluebery atau apel. Akan tetapi pada masa itu sangat sulit ditemukan buah-buahan, sehingga digunakanlah nanas sebagai isiannya. Nah, dibalik kelezatannya, kue nastar mengandung filosofi yang mendalam, yaitu: kemakmuran, kesabaran, kebersamaan, keseimbangan, dan keramahan.
Filosofi nastar ini mengingatkan pada apa yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan. Sebagai pribadi yang sudah diselamatkan oleh Kristus, kita memiliki kewajiban supaya bertindak hati-hati dan tidak mengikuti hawa nafsu. Kita mesti selalu mengingat bahwa keinginan daging sangat bertentangan dengan keinginan Roh (lih. Gal. 5: 19-21). Agar hidup dan perilaku kita tidak bertentangan dengan keinginan Roh, maka kita mesti selalu melekat dan dituntun oleh Roh Kudus. Ibaratnya kita ini adalah ranting-ranting yang tidak akan dapat hidup dan menghasilkan buah, bila tidak melekat pada pangkal pohon. Oleh karena itu, agar kita juga dapat menghasilkan buah dan menjadi berkat, maka kita harus melekat pada tuntunan Roh Kudus. Bila kita melekat pada Roh Kudus, maka kita pun akan menghasilkan buah Roh. Rasul Paulus menasihatkan kepada jemaat Galatia, demikian: “Namun, buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”. Kata ‘kasih’ di sini menunjuk pada kehendak hati yang selalu murah hati dan selalu menginginkan kebaikan orang lain, tanpa peduli apa yang dilakukan orang itu. Secara singkat, kasih itu memberi secara cuma-cuma tanpa mengharapkan balasan. Kata ‘sukacita’ menunjuk pada rahmat yang berasal dari Allah, bukan sekadar kebahagiaan manusia yang bersifat sementara. Sukacita sejati merupakan ekspresi dari Roh yang menguasai diri kita meskipun sedang mengalami kesusahan sekalipun. Kata damai sejahtera merupakan hasil dari penyandaran diri pada hubungan yang akrab dengan Allah. Damai digambarkan sebagai keadaan istirahat tenang yang dihasilkan dari mencari Allah, dan jauh dari keadaan “kacau balau”. Kata kesabaran menggambarkan tentang kesediaan untuk selalu tabah dan bertahan di tengah berbagai penderitaan. Meski sebetulnya dapat membalas dendam, tetapi sebaliknya memilih untuk menahan diri. Kata kemurahan menunjuk pada tindakan yang bermanfaat bagi orang lain tanpa peduli tindakan sebelumnya. Kemurahan ini merupakan perbuatan baik yang nyata, kelembutan dalam berlaku terhadap yang lain, dan bersikap penuh rahmat. Kata kebaikan menunjuk pada perilaku yang menyatakan kebajikan, kemuliaan, dan bukti dari keselarasan dengan kehendak Allah. Kata kesetiaan menunjuk pada kehendak untuk mendedikasikan diri kepada Allah dan tidak berpaling pada yang lain. Meski tidak mudah untuk menjadi setia, namun kita mesti selalu yakin akan campur tangan Tuhan di dalam kehidupan kita. Karena Allah adalah setia, maka sudah seharusnya juga kita berlaku setia. Kata kelemahlembutan menunjuk pada kemampuan dalam menguasai energi dan kekuatan. Kita diharapkan mampu mengampuni kesalahan, memperbaiki kekeliruan, dan menguasai jiwa kita sendiri dengan baik. Kata penguasaan diri merupakan bingkai dari semua buah roh itu. Kita mesti dapat mengendalikan diri agar tetap sesuai dengan kehendak Allah dan menjauhi dosa.
Saudaraku, kiranya sajian kue nastar hari ini selalu mengingatkan kita akan buah Roh yang harus kita nyatakan di dalam kehidupan kita. Hendaknya setiap suap kue nastar yang masuk ke dalam mulut, akan mendorong kita untuk selalu mempraktikkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Selamat berjuang, saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami rindu agar dapat menyatakan buah Roh di dalam pikiran, tutur kata dan perilaku kehidupan kami. Dengan demikian Nama-Mu kiranya dimuliakan dan hidup kami dapat menjadi berkat bagi orang lain. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk dapat mewujudkannya. Terimakasih Tuhan Yesus, Amin.