RABU ABU: BUKAN DRAMA YANG PALSU
Views: 6
Bacaan: Matius 6: 1-8
Salam Damai Sejahtera dalam Anugerah Tuhan Yesus Kristus bagi bapak ibu, para muda dan para anak, yang datang dalam nama Tuhan Yesus.
Sebuah kesempatan isimewa jika kita dapat memaauki Rabu Abu, Kita diajak untuk bertobat dan percaya selalu kepada Kasih Allah dalam kehidupan kita, kepada Injil yang mengabarkan bahwa Kristus membawa keselamatan. Ini berarti dalam perayaan ini, kita menghayati lagi bahwa kesengsaraan Tuhan Yesus yang akan berujung Kebangkitan dan KenaikanNya ke Surga. Mengikuti perayaan ini adalah wujud bahwa kita sudah ada di jalan yang yang benar di dalam kehidupan ini; mengikuti teladan dan Jalan Keselamatan dari Dia. Dalam perayaan ini, kita menyerahkan diri kepada Allah dan percaya bahwa dalam keadaan apapun kita, umat Tuhan akan setia membawa kebaikan dan damai sejahtera, juga kabar keselamatan bagi dunia. Itulah sebabnya kita yang mengakui bahwa kita ini abu, mau bertobat dan mendapatkan keselamatan dari Injil Tuhan Yesus Kristus.
Namun harus diakui bahwa ada saja orang-orang yang memperingati Rabu Abu karena kita merayakan nya dengan “drama” penoreran abu itu. Tentu salah jika kita berhenti pada “drama” itu. Sejajar Dengan bacaan ini, hal seperti itulah yang kita hindari, yakni beribadah dengan kepalsuan. Apa artinya ibadah dengan kepalsuan? Jika kita menonton drama di TV atau Layar Lebar atau di internet, kita akan melihat berbagai adegan; harapannya dari drama itu kita dapat melihat ringkasan dari kehidupan yang nantinya pesan yang disampaikan membuat kehidupan kita dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Drama itu dapat menjadikan kita yang melihat atau yang memerankannya mendapatkan peringatan akan makna kehidupan dan bagaimanakah kita akan menjalaninya. Berbeda dengan sebaliknya; jika hidup kita juga adalah “drama”, maka hidup dijalani dengan topeng, lalu kebenarannya justru disembunyikan. Kisah Alkitab mengatakan demikian bahwa Tuhan tak menyukai jika kita justru menjalani hidup ini sebagai “drama“ semata; Berpuasa dengan muka muram, memberi agar dilihat orang, dan berdoa di perempatan jalan. Apakah juga sahabat akan memakai baju putih dengan sayap di belang dan mahkota di kepala, untuk menunjukkan kesalehan? Tentu tidak kan. Berteriak tentang kesalahan dan dosa orang lain, apakah tak malu? Padahal mereka (baca Farisi dalam bacaan kita tadi), bahkan rela merampas dan korup pada harta para janda dan orang miskin. Dengan jubah panjang dan doa di tengan jalan, itu semua drama, untuk menutupi bahwa mereka berlaku dan berbuat kejam. Ini kan jadi terbalik: kehidupan malah dijadikan drama untuk melanggengkan kejahatan dari ada hati dan pikiran juga perbuatan buruk yang disembunyikan. “Drama “ dipakai dalam kehidupan untuk mengecoh sesamanya.
Namun dalam bacaan kita hari ini, kita diingatkan bahwa jika kita melakukan “drama” spt di atas, maka sesungguhnya Tuhan tak dapat tertipu. Mengapa?
Karena Tuhan mengenal hati setiap orang. Penghayatan ini membuat umat Kristen menyadari bahwa apa yang ada di dalam hati, pikiran dan perbuatan, sekalipun disembunyikan (karena curang dan jahat kah?), maka sesungguhnya Tuhan mengetahuinya. Dan ini membuat umat Tuhan menjalani kehidupan yang sejajar dalam doa, dalam sikap dan dalam perbuatannya. Hidup sebagai orang yang utuh, tak terpecah kepribadiannya: ketika ibadah pun ketika dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita
Menyesali perbuatan dan dosa kita, maka demikianlah sesungguhnya kita, tak mengejar dosa, dan mau berjuang melakukan yang benar dan adil di hadapan Tuhan dalam keseharian hidup. Dengan penyesalan di ibadah Rabu Abu kitapun sedang berkata bahwa kita mau hidup kuat di dalam Tuhan Yesus, berjuang sampai akhir hidup, yakin bahwa tak ada perjuangan yang sia-sia dalam meneladani Tuhan. Dengan penerimaan diri apa adanya, dengan perjuangan, dengan dipenuhi syukur atas berbagai bentuk berkat, kasih dan penyertaan Allah kita, kita akan hidup jujur dan benar di hadapan Allah yang mengenal hati dan pikiran yang terdalam. Dengan Ibadah Rabu Abu, kita mohon agar dijauhkan dari “drama” yang menyesatkan dan jauh dari kehendak Allah.
Kini marilah kita memmohon Tuhan Tolonglah kami…, Tuhan kasihanilah kami…, Kyrie Eleison. Selamat Rabu Abu. (LiN-RH, 05-03-2025)