ENGKAU TELAH MENILIK SENGSARAKU
Views: 0
Bacaan: Mazmur 31: 1-16
Salam sejahtera,
Kiranya kita semakin percaya kepada Allah, terutama ketika mendengar gunjingan banyak orang, ketika ada yang bermufakat mencelakakan kita, bahkan saat nyawa kita terancam. Dalam situasi seperti itu, kita tetap percaya bahwa Allah telah menilik sengsara kita (Mazmur 31:8).
Pada Minggu VI Prapaskah, umat Kristen memperingati masuknya Yesus ke Yerusalem yang disambut dengan sorak sorai sebagai Raja. Yesus datang bukan dengan kekuatan duniawi atau kemegahan, melainkan dengan kerendahan hati, untuk membawa damai dan keselamatan. Ia bukan Raja yang menaklukkan melalui kekuatan militer, tetapi yang menebus melalui penderitaan dan pengorbanan. Sambutan “Hosana!” yang diteriakkan orang banyak—yang berarti “Selamatkanlah kami!”—sebenarnya adalah pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, meskipun mereka belum sepenuhnya memahami misi sejati-Nya: jalan salib.
Namun, rakyat Yerusalem yang semula menyambut Yesus, kemudian berubah menolak dan menyalibkan-Nya. Mengapa demikian? Karena harapan mereka tidak terpenuhi. Mereka mengharapkan Mesias yang akan membebaskan dari penjajahan Romawi secara politik. Ketika harapan itu tidak dipenuhi, mereka kecewa dan menolak-Nya. Para pemuka agama pun memprovokasi massa dan memanipulasi opini publik, sehingga orang banyak mudah terombang-ambing.
Yesus juga menantang kenyamanan mereka. Ia tidak mengambil alih kekuasaan politik, tetapi justru menegur sistem agama dan ekonomi yang korup, misalnya dengan mengusir pedagang dari Bait Allah. Hal ini membuat banyak orang merasa terganggu dan tidak nyaman. Sambutan mereka bersifat dangkal dan emosional, tidak berakar pada pengenalan yang sejati akan pribadi Yesus. Ketika keadaan berubah, iman yang tidak dalam pun goyah. Penolakan terhadap Yesus adalah cerminan hati manusia yang lebih memilih kenyamanan dan keinginan pribadi daripada kebenaran Allah.
Perubahan sikap penduduk Yerusalem menunjukkan iman yang tidak mendalam dan pengharapan yang keliru. Mereka tidak mengenal Yesus secara pribadi; mereka hanya menginginkan sosok Mesias yang sesuai keinginan mereka. Pertanyaannya bagi kita: Apakah kita juga menyambut Yesus hanya saat keadaan baik, lalu meninggalkan-Nya saat hidup tak sesuai harapan?
Dari Mazmur 31, kita belajar tentang iman yang mendalam—yakni beriman dengan bersandar penuh kepada Allah, sekalipun banyak suara dan pengaruh di sekitar kita menggoyahkan kepercayaan itu. Sama seperti penduduk Yerusalem yang mudah terpengaruh oleh para pemuka agama untuk meninggalkan Yesus.
Umat Israel juga pernah mengalami rasa malu karena mereka memberontak terhadap Asyur dan berharap bantuan dari Mesir, yang ternyata tidak mereka terima. Tuhan sudah memperingatkan melalui nabi-Nya agar mereka tidak bersandar pada Mesir, namun mereka tidak mendengarkannya. Mereka pun kecewa ketika berhala-berhala yang mereka sembah tidak mampu menolong saat bencana datang.
Melalui Mazmur 31, kita diingatkan bahwa hanya Allah yang dapat diandalkan. Ia membenarkan orang yang hidupnya terarah kepada-Nya. Tuhan menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mempercayakan hidupnya kepada-Nya. Orang yang percaya akan berdoa, “Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku” (Mazmur 31:6). Ia tidak menyerah pada nasib, melainkan percaya pada Tuhan yang setia dan sanggup melepaskan dari maut.
Tuhan membenci penyembahan kepada berhala-berhala dunia yang sia-sia. Tetapi, orang yang sepenuhnya percaya kepada Tuhan akan bersorak-sorai dan bersukacita karena kasih setia-Nya. Kasih setia Tuhan adalah jaminan hidup bagi orang percaya. Kasih setia-Nya pula yang membuat Dia menilik kesengsaraan umat-Nya dan mengetahui kesesakan mereka.
Apa Arti “Tuhan Menilik Kesengsaraan”? Kata “menilik” berarti melihat dengan seksama, penuh perhatian. Tuhan tidak hanya “tahu”, tetapi memperhatikan secara aktif penderitaan umat-Nya. Ia tidak acuh atau membiarkan penderitaan itu terjadi begitu saja. Bahkan, penderitaan yang tak terlihat oleh orang lain pun diketahui dan dipahami-Nya. Tidak ada luka terlalu kecil atau tersembunyi bagi Tuhan.
Dan lebih dari itu, Tuhan bertindak sesuai kasih setia-Nya. Dalam konteks Mazmur ini, “menilik” diikuti oleh tindakan penyelamatan. Artinya, Tuhan tidak hanya mengetahui penderitaan kita, tetapi juga menolong dan memulihkan.
Bagaimana aplikasi dalam Kehidupan? Saat kita merasa tidak ada seorang pun yang memahami atau peduli terhadap pergumulan kita, ingatlah bahwa Tuhan menilik kesengsaraan kita. Ia melihat air mata kita, memahami batin kita, dan berjalan bersama kita dalam penderitaan itu. Ini menjadi penghiburan besar — bahwa kita tidak pernah sendiri. Tuhan berjalan dekat, mengangkat, dan menopang kita.
Beriman yang mendalam berarti kita yakin bahwa Tuhan mengetahui kesesakan jiwaku (Mazmur 31:8). Kata “mengetahui” di sini bukan sekadar pengertian intelektual, tetapi pengenalan yang intim dan mendalam. Kesesakan jiwa melukiskan batin yang penuh tekanan, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan. Tuhan memahami semua itu bahkan lebih dalam daripada kita sendiri — dan Dia peduli secara pribadi.
Ketika tidak seorang pun memahami apa yang kita alami secara batin, Tuhan mengenalnya sepenuhnya dan tidak membiarkan kita sendiri.
Mazmur juga menyatakan bahwa Tuhan menegakkan kakiku di tempat yang lapang. Ini adalah gambaran pemulihan dan pembebasan. Tanah yang lapang melambangkan ruang bebas, keselamatan, dan kehidupan yang tidak lagi dalam tekanan. “Menegakkan kaki” menunjukkan pijakan yang teguh dan stabil. Tuhan tidak hanya menyelamatkan kita dari penderitaan, tetapi juga menempatkan kita dalam keadaan aman dan penuh pengharapan.
Tuhan mengenal luka hati kita dan menyiapkan ruang yang lapang bagi kita—simbol kebebasan, damai, dan pemulihan.
Tuhan tidak membiarkan kita terjebak selamanya dalam penderitaan. Ia akan menegakkan kita dan membawa kita keluar ke ruang yang luas, di mana kita bisa berdiri teguh dan hidup dengan damai. Sebagaimana dinyanyikan dalam lirik NKB 195 ayat 2: “Kendatipun susah terus menekan, dan iblis geram menyerbu, Tuhanku menilik anak-Nya tetap; S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.” Reff: “S’lamatlah (s’lamatlah) jiwaku (jiwaku), S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.”amin
Berdoa:
Ya Tuhan, kiranya kami semakin percaya kepada-Mu, terutama ketika kami mendengar gunjingan banyak orang, ketika ada yang berniat mencelakakan kami, dan hidup kami terasa terancam. Dalam situasi seperti itu, ajarlah kami untuk tetap percaya bahwa Engkau telah menilik sengsara kami dan menyelamatkan jiwa kami. Dalam nama Yesus kami berdoa, Amin.