”TAHU SUTRA”
Views: 0
Bacaan: Filipi 2:5-8 (TB 2)
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri , dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, tahu sutra merupakan salah satu jenis tahu. Tahu sutra memiliki tekstur yang sangat lembut, selembut sutra dan mudah hancur. Bahan dasar pembuatan tahu sutra adalah kedelai. Kedelai disaring dengan menggunakan kain sutra dengan tenunan yang rapat agar memperoleh tekstur yang lembut. Dalam pembuatannya, air kedelai tidak perlu ditekan (dipres), jadi setiap tahu sutra bisa mempertahankan kelembapannya saat didinginkan. Proses yang seperti itu menghasilkan warna tahu sutra lebih pucat dibandingkan jenis tahu lainnya dan rasanya tawar. Meski demikian, di dalam tahu sutra terdapat kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis tahu segar lainnya. Tingkat kandungan protein di dalam tahu sutra sebesar 7,8%. Namun, kandungan protein tahu sutra lebih rendah dibandingkan dengan tahu keras. Tahu sutra juga mengandung lesitin yang nilainya lebih dari 5,5%. Oh ya, lesitin adalah zat yang dibutuhkan agar tetap awet muda, meningkatkan memori dan mempertinggi daya tahan tubuh. Tahu sutra juga memiliki kadar air sebesar 86% – tertinggi dibandingkan dengan jenis tahu lainnya. Mengonsumsi tahu sutra dapat mencegah penyakit akibat mensturasi pada wanita. Tahu sutra dapat diolah menjadi: wedang tahu, sapo tahu, sop tahu miso, puding, dll. Dari proses pembuatannya, maka tahu sutra memberikan pelajaran tentang kepercayaan dan praktik tanpa kekerasan.
Saudaraku, tahu sutra memberikan pelajaran penting bagi kita – anak-anak Tuhan. Setidaknya, memberikan gambaran tentang apa yang sudah dikaryakan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Pelayanan yang dikerjakan-Nya hingga paripurna menunjukkan ketaatan dan kesetiaan kepada Bapa. Bahkan pelayanan yang dilakukan-Nya itu tidak membuat orang lain menjadi korban, melainkan Dia mengurbankan diri-Nya sendiri. Kelembutan hati-Nya membuat Dia mudah untuk berbelarasa dengan mereka yang membutuhkan pertolongan dan kelepasan. Seperti halnya tahu sutra yang memiliki paradoks, di mana ia harus mempertahankan bentuknya agar tidak hancur. Dan ketika harus diolah, ia mesti rela untuk dihancurkan. Karya Tuhan Yesus pun sarat dengan paradoks. Untuk menanggung dosa manusia, Tuhan Yesus harus melakukan apa yang disenangi-Nya, yaitu menaati Bapa. Namun pada sisi lain, untuk melakukan apa yang disenangi-Nya itu, Dia harus melakukan apa yang Dia sangat gentar dan benci, yaitu terpisah dari Bapa. Tuhan Yesus telah melakukan itu semua demi kasih-Nya kepada kita. Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus, kita diminta untuk meneladani apa yang telah dikaryakan ini. Paulus mengingatkan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri , dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. Ketaatan dan kesetiaan untuk mengikuti apa yang menjadi kehendak Tuhan adalah panggilan sekaligus tugas bagi setiap kita. Meneladani tindakakan Kristus yang tanpa kekerasan dan melakukan kehendak-Nya dengan keyakinan penuh.
Saudaraku, saat ini kita berada di hari terakhir triduum yang sekaligus menandai akhir dari masa prapaskah. Kita diajak kembali untuk merenungkan, menghayati dan menghidupi keselamatan yang telah berikan Tuhan Yesus melalui pengurbanan-Nya. Kiranya sajian tahu sutra hari ini mengingatkan kembali tentang penggilan kita untuk tetap beriman dan rela berkurban dalam tindakan tanpa kekerasan. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, kami bersyukur untuk anugerah keselamatan yang telah Engkau beri. Mampukan kami untuk senantiasa menghidupi karya-Mu melalui pikiran, tutur kata dan perilaku hidup kami. Kami rindu untuk tetap beriman teguh dan bertindak tanpa kekerasan demi kemuliaan-Mu. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.