GEMPA BUMI MENGGULINGKAN BATU PENUTUP
Views: 0
Bacaan: Matius 27: 62- 28: 2
Salam sejahtera! Kiranya kita semakin diteguhkan dalam iman bahwa Yesus benar-benar bangkit, meskipun di tengah zaman ini ada begitu banyak upaya untuk menutupi kebenaran itu.
Gempa bumi menandai kuasa ilahi sedang bekerja. Dalam Alkitab, gempa bumi seringkali menyertai kehadiran Tuhan atau suatu peristiwa besar (Matius 27:51). Ini menandakan bahwa kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang mengguncang alam semesta secara rohani dan simbolis.
“Seorang malaikat Tuhan turun dari langit” . Malaikat bukan hanya pembawa berita, tetapi juga agen tindakan Allah. Ia menggulingkan batu, bukan untuk membiarkan Yesus keluar (Yesus sudah bangkit), tapi untuk menunjukkan bahwa kubur itu kosong. Sebab Yesus yang bangkit, bisa menembus ruang tertutup. Malaikat duduk di atas batu menunjukkan kemenangan dan otoritas. Apa yang manusia jadikan penghalang (batu kubur besar)—Allah gunakan sebagai panggung kemenangan.
Makna teologis dan reflektif bagi kita. Kebangkitan adalah karya Allah, bukan manusia. Bukan para murid yang menggulingkan batu, tetapi kuasa Tuhan melalui malaikat. Ini menekankan bahwa keselamatan dan kehidupan baru adalah anugerah, bukan hasil usaha manusia.
Kematian tidak dapat menahan Yesus. Batu besar, segel Roma, penjaga, semua tidak berdaya menghadang kebangkitan. Yesus menang atas maut — ini menjadi pusat pengharapan iman Kristen.
Tuhan memakai mereka yang dianggap kecil untuk perkara besar. Murid perempuan adalah orang biasa, bukan pemimpin, bukan murid utama, tapi dipilih menjadi saksi pertama kebangkitan. Ini menunjukkan bahwa setia lebih penting daripada status. Jangan meremehkan peran kita dalam rencana Tuhan, sekecil apa pun kelihatannya.
Dalam hidup yang “gelap” dan seolah penuh batu besar yang menutup jalan, Tuhan sanggup membuka jalan dengan kuasa-Nya. Kebangkitan Kristus adalah fajar baru, harapan baru bagi semua orang percaya. Hidup tidak berakhir di kubur; kita punya harapan kekal.
Namun bagi mereka yang tidak percaya kepada Yesus, kebangkitan-Nya justru menjadi berita yang ingin mereka tutupi. Sebab mereka tidak menaruh harapan pada kebangkitan itu. Hingga masa kini, tidak sedikit orang yang secara sengaja menyebarkan ajaran palsu dan berita bohong. Mereka menyatakan bahwa Yesus tidak bangkit, bahwa Ia hanyalah manusia biasa, bahkan meragukan Alkitab sebagai firman Tuhan dan menganggapnya sekadar karya buatan manusia. Penolakan semacam ini sebenarnya bukan hal yang baru—sejak zaman Yesus, penyangkalan terhadap kebangkitan-Nya sudah terjadi.
Batu besar yang menutup kubur Yesus bukan sekadar penghalang fisik, melainkan simbol dari usaha manusia untuk membungkam kebenaran. Dalam Matius 27:62–66, para imam kepala dan orang-orang Farisi meminta agar kubur Yesus dijaga ketat , ditutup rapat dengan batu besar, karena mereka takut murid-murid-Nya akan mengambil jenazah dan mengklaim bahwa Ia telah bangkit.
Namun dalam hikmat Allah, justru upaya manusia yang dimaksudkan untuk menghalangi kebenaran itu menjadi alat untuk memperkuat kesaksian kebangkitan. Karena kubur dijaga oleh tentara Romawi yang terkenal disiplin dan tegas, maka tidak ada alasan logis yang dapat menjelaskan mengapa kubur itu kemudian ditemukan kosong—selain karena Yesus benar-benar bangkit.
Peristiwa ini menggemakan kebenaran firman Tuhan dalam Kejadian 50:20(TB2) “Memang kamu telah merencakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah merencanakannya demi kebaikan ….” Demikian pula, usaha manusia untuk menutupi kebangkitan Yesus justru menjadi bagian dari kesaksian yang memperkuat iman kita hari ini.
Para pemimpin Yahudi menyebut Yesus sebagai “penyesat” (Matius 27:63). Kata ini menunjukkan sikap permusuhan, seolah Yesus adalah penggoda dan pembohong. Tetapi perspektif Allah sangat berbeda. Dalam Yohanes 14:6, Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Dan dalam peristiwa baptisan-Nya, Allah berseru, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (Matius 3:17)
Dunia melihat Yesus sebagai ancaman terhadap sistem yang mapan dan penuh kepentingan. Tapi Allah melihat-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan, Anak-Nya yang kudus.
Mengapa Dunia Menyerang Kebangkitan dan Alkitab? Karena kebangkitan Yesus adalah inti kekristenan. Seperti kata Paulus: “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga iman kamu.” (1 Korintus 15:14)
Kebangkitan adalah bukti bahwa Yesus adalah Tuhan. Dunia yang ingin hidup bebas dari otoritas Allah akan menolak kebenaran itu, dan karena itu mereka menyebarkan narasi tandingan.
Seperti para pemimpin agama di zaman Yesus takut murid-murid menyebarkan berita kebangkitan, demikian juga dunia hari ini takut bahwa kebenaran itu akan membuka mata banyak orang.
Kita harus menghadapi Ajaran Palsu dan Berita Bohong di Media Sosial. Karena kita harus mengenali Kebenaran dengan Akar yang Kuat. “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32). Kita mempelajari Alkitab dengan mendalam—bukan hanya tahu bahwa Yesus bangkit, tetapi juga mengerti bukti historis, teologis, dan spiritualnya: Kubur kosong (tidak ditemukan jasad Yesus), Kesaksian saksi mata (lebih dari 500 orang, 1 Korintus 15:6) Transformasi para murid (dari takut menjadi martir).
Dalam hidup ini, ada begitu banyak “batu besar” yang menghalangi pandangan kita terhadap pengharapan dalam Yesus yang bangkit. Ada batu besar yang datang dari luar—seperti orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus dan menyebarkan ajaran serta berita palsu yang meragukan kebangkitan-Nya. Tapi ada juga batu besar dalam kehidupan sehari-hari: kedukaan yang mendalam, kesulitan ekonomi, sakit yang tak kunjung sembuh, ketidakadilan, penghinaan, pemutusan hubungan kerja, kesulitan mendapatkan pekerjaan, tantangan dalam studi, dan masih banyak lagi.
Namun, kita percaya bahwa Allah memiliki cara-Nya sendiri untuk menggulingkan batu-batu besar itu. Ia sanggup membuka jalan, agar kita dapat melihat terang pengharapan dalam Yesus yang bangkit dan hidup. Kebangkitan Kristus mengajak kita untuk tidak lagi hidup dengan “ragi lama”, tetapi dengan “ragi kebangkitan”—ragi yang menumbuhkan pengharapan, semangat baru, dan daya juang yang segar.
Melalui kuasa kebangkitan-Nya, Tuhan memampukan kita untuk tetap melayani, bersaksi, bersekutu, bekerja, dan berusaha dengan iman yang teguh dan harapan yang menyala.
Batu yang tebal terguling, Yesus bangkit menundukan maut, naik ke surga, sebagai Tuhan yang kekal dan yang hidup untuk mengasihi, untuk menghapus dosa, dan menjadi dasar iman kita seperti lirik NKB 70 ayat 4. Kubur tak mampu menahan Tuhanku, maka tergulinglah batu tebal. Yesus t’lah bangkit menundukkan maut naik ke sorga, Tuhanku kekal! Reff Maha pengasih hidup dan mati untuk menghapus dosaku bersih; kebangkitanNya dasar imanku, kedatanganNya berkat abadi. amin
Berdoa:
Ya Tuhan kiranya kami semakin diteguhkan dalam iman bahwa Yesus benar-benar bangkit, meskipun di tengah zaman ini ada begitu banyak upaya untuk menutupi kebenaran itu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin