”MIE LETHEK”
Views: 0
Bacaan: Yesaya 53: 3-4 (TB 2)
“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan. Orang pun menutup muka ketika melihat dia; demikianlah ia dihina dan bagi kita ia tidak masuk hitungan. Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan disakiti Allah”.
Salam sehat penuh rahmat, Tuhan sertamu!
Saudaraku, mie Lethek adalah salah satu varian mie yang terbilang ‘legend’ dari Bantul, Yogyakarta. Mie Lethek yang dibuat dengan bahan alami tanpa campuran pengawet dan pewarna. Secara harafiah, Mie lethek berarti ‘mie kotor’. Penamaan ini merujuk pada penampilan mie yang tidak secerah mie kering lain. Mie lethek berwarna kecoklatan karena dibuat dari tepung tapioka dan gaplek (singkong kering). Penyebutan ini dikarenakan pada umumnya dipahami bahwa biasanya mie berwarna kuning atau putih, namun penampilan Mie Lethek ini berwarna keruh dan tidak cerah. Cara pengolahan Mienya pun masih tradisional, dimana gaplek dihancurkan dan dicampur dengan tepung tapioka dengan cara menggilingnya menggunakan batu silinder yang cukup besar serta menggunakan sapi sebagai tenaga penggerak gilingannya. Selain itu, proses pencampuran bahan, pengontrolan terhadap kelembapan adonan, pengukusan, pengeringan, dan penngemasan masih dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia. Sejak tahun 2019, Mie Lethek telah mendapatkan sertifikat warisan budaya takbenda (WBTb) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Seperti mie pada umumnya, mie lethek bisa di olah menjadi mie lethek goreng, mie lethek rebus, hingga dijadikan campuran nasi. Meski namanya Mie Lethek, namun ia tidak se-lethek namanya karena masih dicari dan dinikmati banyak orang. Buktinya, banyak warung mie lethek yang selalu ramai dikunjungi orang untuk menyantap olahan mie lethek tersebut.
Saudaraku, Mie Lethek yang unik dan dicari banyak orang ini, mengingatkan kepada kita tentang peristiwa pengurbanan Tuhan Yesus di Kayu Salib. Kita tahu bahwa salib adalah simbol kehinaan dan kekalahan, namun justru salib dipakai oleh Tuhan sebagai jalan penebusan dosa. Alih-alih menggunakan jalan yang enak, mulus dan bagus; Allah justru memilih jalan salib – yang di mata manusia – sungguh hina. Jauh sebelum peristiwa salib Kristus, Nabi Yesaya telah menubuatkan tentang adanya seorang Hamba Tuhan yang menderita. Yesaya menyebutkan, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan. Orang pun menutup muka ketika melihat dia; demikianlah ia dihina dan bagi kita ia tidak masuk hitungan. Sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan disakiti Allah”. Nabi Yesaya memberikan gambaran bahwa Hamba Tuhan tersebut adalah seorang yang penuh kesengsaraan dan penderitaan. Ia dihina dan dihindari oleh orang-orang, bahkan sampai mereka menutup muka mereka dan tidak menganggapnya penting. Bahkan, Hamba Tuhan ini dianggap sedang menanggung hukuman dari Tuhan. Padahal, sesungguhnya ia sedang menanggung hukuman karena dosa-dosa umat manusia. Nubuat ini sudah tergenapi di dalam penderitaan dan kematian Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Kesaksian di dalam kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Yesus Kristus, sebagai Hamba Tuhan, telah menanggung penderitaan dan hukuman yang seharusnya dialami oleh umat manusia karena dosa-dosa mereka. Penderitaan dan kematian-Nya adalah bagian dari rencana penyelamatan Allah untuk mengampuni dan menyelamatkan kita dari dosa.
Saudaraku, seharusnya kitalah yang menerima hukuman dan mengalami maut kekal. Namun semua itu telah digantikan oleh pengurbanan Kristus di kayu Salib. Meski melalui jalan yang hina, namun salib Tuhan Yesus telah memenangkan banyak orang yang percaya kepada-Nya untuk diselamatkan. Oleh karena itu, tetap pegang teguh iman kepada-Nya sampai dengan akhir hayat kita. Jangan pernah tinggalkan Yesus. Kiranya sajian Mie Lethek hari ini selalu mengingatkan kita tentang jalan salib yang dipilih oleh Tuhan Yesus demi keselamatan kita. Selamat berjuang, Saudaraku, Tuhan Yesus memberkati.
Salam: Guruh dan keluarga.
Doa:
Ya Tuhan, meski jalan yang Engkau pilih adalah jalan yang hina, namun kami percaya bahwa itu adalah bukti cinta kasih-Mu kepada kami. Oleh karena itu, kami rindu untuk tetap memenga teguh salib-Mu sampai dengan akhir. Kiranya Roh Kudus menolong kami untuk melakukannya. Terimakasih Tuhan Yesus, amin.